Thursday, October 28, 2010

Mencintai Bayangan Sendiri

Semua orang pasti menganggapku sudah gila.
Mana ada orang yang mencintai bayangannya sendiri.
Namun aku tidak bisa berbohong pada diriku sendiri.
Aku harus jujur kepada diriku sendiri.
Bagaimana aku bisa hidup kalau begitu.

Jujur saja, Ia selalu ada dalam hidupku.
Ia selalu ada disampingku.
Ia selalu menemaniku setiap saat.
Di kala terik. Di kala gelap.
Di kala hujan. Di kala badai, Ia selalu ada.

Awalnya aku tidak memperhatikan ini, namun belakangan ini semua menjadi teramat jelas.
Ia berubah. Selalu mengertiku.
Aku juga berubah, selalu mengertinya.
Yang lain boleh pergi meninggalkanku.
Namun Ia tetap tinggal. Menjadi temanku.

Memang, semua orang berkata itu tidak mungkin.
Tapi aku berharap tidak ada yang mustahil.
Semua orang berkata, itu kegilaan, madness, insanity.
Tapi aku berkata, itu kejujuran. Naluri alamiah yang keluar dari diriku.
Semua berkata, kamu sudah tidak waras.
Tapi aku berkata, aku belum pernah sebahagia ini sebelumnya.

Ia tidak bisa memegangmu!
Aku tidak butuh dipegang.
Ia tidak bisa menciummu!
Aku tidak butuh dicium.
Ia tidak bisa bercumbu denganmu!
Aku tidak butuh dicumbu.
Aku hanya butuh ditemani. Sosok yang selalu ada disampingku. Setiap saat.

Aku tahu dengan akal sehat bahwa semua ini dilarang.
Tidak akan pernah dan tidak akan bisa.
Dunia tidak akan pernah mengizinkan hal ini terjadi.
Namun, tidak bisakah kalian? Membiarkan aku sesaat saja, menikmati cintaku padanya.
Sesaat saja. Aku memuaskan rasa sayangku kepadanya.
Aku tahu batasnya. Ketika waktu memanggilku. Ketika cahaya tidak lagi ada. Ketika itulah aku harus melepasnya.
Hanya saja, biarkan aku mencintainya, walau sesaat.

Tuesday, October 19, 2010

Menjadi Kreatif

Baru-baru ini aku menemukan beberapa cara unik dalam meng-update status facebook.

Berawal dari keinginan memotivasi diri sendiri, dan juga sharing ke orang lain, maka lahirlah beberapa kreativitas yang mungkin digemari beberapa orang (atau setidaknya aku berpikir begitu).

1. Quote of My Mind
Aku seperti memiliki jalan pemikiran sendiri terhadap sesuatu. Sesuatu yang mungkin berbeda dari cara orang lain. Jadi, baiklah itu secara spontanitas, aku tuangkan dalam suatu kalimat-kalimat fakta singkat yang bisa diserap oleh orang lain. Aku memberi kebebasan kepada para pembaca di sini untuk setuju ataupun tidak setuju. Teserah. Kalimat favoritku sampai saat ini adalah:

"if you want to die slowly, live in Jakarta. If you want to die fast, drive in Jakarta."


2. Talk to My Self
Rutinku yang satu ini nampaknya masih menjadi kontroversi di luar sana. Beberapa rekan menganggapku gila, atau bahkan memiliki kepribadian ganda. Sementara, aku melihatnya sedikit berbeda. Aku berpikir, sebenarnya seseorang dapat bercakap-cakap dengan dirinya sendiri.
Tokoh pertama: Adalah tokoh yang terjebak dengan rutinitas hidupnya sehari-hari.
Tokoh kedua: Adalah tokoh idealnya. Seseorang yang berpikir ideal, menurut ideologinya masing-masing. Suatu sisi yang masih memiliki ideologi dan mimpi-mimpi yang mau diraih dalam hidupnya.
Percakapan tersebut sebenarnya hanya untuk mengingatkan. Coba tengok betapa banyak orang-orang di luar sana, yang menyerah dengan keadaan, dan mengubur mimpi-mimpinya. Sekarang, bagaimana kalau mimpi-mimpinya bisa berbicara. Yakni dirinya sendiri.


3. 98,3 Myself FM on Facebook.

Sebenarnya kreativitas ini lahir dari kerinduan diriku untuk kembali siaran radio. Hmm... I still can smell the air of morning fresh when I was an announcer five years in past. Begitu bersemangat. Dan, nampaknya beberapa orang suka mengirim salam. Sebenarnya bisa saja langsung mengirim pesan tersebut. Namun, ketika melalui suatu media massa tertentu, ternyata mengirim salam itu menumbuhkan suatu sensasi yang berbeda dari pada sekedar mengirim SMS biasa. Hehehe. Enjoy...

Just be creative, just be you...

Thursday, October 14, 2010

Suatu Waktu Di Masa Lalu

Aku menendang ayunan itu,

braak...

Hingga mengeluarkan bunyi yang sangat keras. Di dalamnya ada seorang bayi. Bayiku. Hasil perbuatanku dengan kekasihku. Atau mungkin, mantan kekasihku.

Hatiku sakit. Setiap malam aku mendengar tangisan bayi itu, hatiku sakit. Teriris dengan pedih. Aku benci sebenci-bencinya kepada Ibu dari anak itu. Kenapa Ia dengan tega meninggalkan anak ini di sini.

Kenapa dia begitu saja merelakan tanggung jawab semuanya kepadaku?

Apalah aku? Aku hanya seorang tukang becak. Aku tak mampu untuk membeli susu anak ini. Setiap hari aku harus membawakan susu untuk anak ini. Kuat sekali dia minum susu.

Malam itu aku sudah tidak tahan lagi. Aku seperti kesetanan. Hatiku sudah sangat sakit, perih dan luka. Tak sadar aku menendang bayi itu. Ia jatuh terguling-guling hingga pintu depan. Belum berhenti sampai di situ, Ia terus terguling ke beberapa anak tangga di pintu depan. Umurnya baru 6 bulan. Kepalanya terbentur di setiap anak tangga. Sampai akhirnya anak itu berhenti terguling. Masih dibalut dengan kain seadanya.

Matilah. Pecah sudah kepala anak itu.

Aku bingung antara menyesal atau tidak melakukan hal itu kepada anak itu. Pelan-pelan aku kembali mengambilnya dan aku letakkan di tempat tidur. Ia menangis sangat keras. Aku tak tahan, aku memilih pergi dari tempat itu.

Malam itu aku keluar, berjalan di sepanjang kegelapan. Bukan lagi hanya jalan yang gelap, melainkan hatiku juga sudah gelap. Akal sehatku sudah mati, aku tidak tahu lagi bagaimana harus bertahan. Aku tidak tahu kemana lagi harus meminta pertolongan. Kedua orang tuaku juga orang miskin. Hidup pas-pasan. Aku tak mungkin meminta dari mereka. Aku harus berusaha sendiri.

Ya Ilah, apa yang harus aku lakukan?
Ini semua memang salahku. Dosa kemudaan memang pembual. Setan memang pembual. Ia merayuku, untuk melakukan semuanya itu. Aku memang seperti di atas angin waktu itu. Aku baru saja menyelesaikan sekolah tingkat atasku. Tidak ada satupun dari keluargaku yang seberhasil aku. Saat ini aku sudah bekerja di Jakarta. Punya gaji, punya kehidupan. Punya pacar yang baik dan aku siap menikahinya.

Sampai suatu saat datang wanita ini. Dia selalu menghinaku. Katanya aku hanya seorang Cleaning Service. Tidak akan mau wanita terhormat seperti aku, dengan seorang Cleaning Service.

Aku merasa sangat tertantang. Aku harus mendapatkan dia.

Aku berusaha mendekatinya. Aku mengerahkan segala cara untuk mendekatinya. Sampai akhirnya Ia jatuh juga kepelukanku. Dan sejujurnya, aku juga, jatuh kepelukannya. Hidup menjadi sangat indah waktu itu. Semua seperti berwarna. Sembunyi-sembunyi kami bermesraan. Kami mulai melangkah lebih jauh, kami mulai bercumbu. Bahkan kami melakukan yang lebih dari itu.

Semua sangat indah waktu itu. Seperti berada di surga. Bersama dengan orang yang aku cintai aku menjalani dunia ini. Sampai akhirnya kalimat itu keluar dari mulutnya:

Aku terlambat.

Runtuh rasanya duniaku. Tiba-tiba, duniaku langsung terbalik. Surgaku berubah menjadi neraka.

Bagimana dengan orang tua dia?
Aku harus bagaimana?
Apakah aku harus pergi? Atau bertanggung jawab?
Bagaimana dengan masalah pekerjaan?
Bagaimana dengan masalah kepercayaan?

Pertanyaan itu berulang-ulang di kepalaku. Dan bertambah-tambah lagi dengan pertanyaan-pertanyaan yang lain.

Mana mungkin keluarganya akan menerimaku?
Aku hanya seorang Cleaning Service. Mereka orang terhormat.
Apa yang bisa kuberikan kepada mereka? Gajiku tidak cukup.

Pertanyaan itu terus terputar tak mengenal waktu. Aku shocked berat. Ditambah lagi kekasihku memintaku menyiapkan dana berpuluh-puluh juta untuk meminangnya. Aku gak punya apa-apa. Aku hanya punya 1 juta. Tapi apa gunanya lah itu. Aku black out. Semua hidupku berasa seperti kemelut. Tak ada jalan keluar. Semua buntu. Aku selalu termenung.

Hingga suatu hari aku dipanggil bosku. Katanya aku di-skors sampai waktu yang tidak ditentukan. Seketika itu juga aku naik pitam.

Kalau mau pecat bilang aja, gak usah pake digantungin begini!!!

Aku mendatanginya seraya ingin menghabisinya. Aku kalap. Untung banyak orang-orang lain di sana yang merelai. Aku pergi dengan kemarahan. Dan menendang sana-sini dalam amarah.

Habis sudah. Semuanya habis. Tak punya apa-apa. Kehilangan pekerjaan. Habis sudah.

Malam itu akhirnya aku memutuskan untuk meneriwa tawaran temanku. Belum pernah aku melakukan ini sebelumnya. Aku terdesak. Aku terpaksa melakukannya.

Esok malamnya aku bersiap-siap. Ibuku sempat bertanya:

Ibu: Mau kemana?
Aku: Udah bu, doakan saja supaya selamat.
Ibu: Mau kemana?
Aku: Udah bu, doakan saja supaya saya selamat.

Aku menyiapkan semua peralatanku. Motor hasil sewaan juga sudah siap. Aku mengendarainya. Aku masih setengah-setengah. Sesekali aku berhenti, dan memutuskan untuk mundur. Kemudian aku kembali mengingat anakku. Aku harus melakukannya. Demi anakku.

Akhirnya aku sampai di depan rumah itu. Untuk ukuran rumah-rumah di kampung, rumah ini termasuk rumah gedongan. Maklum, almarhum pemilik rumah ini dulu perwira.

Aku ambil tang-ku, aku congkel pintunya.
Tidak terlalu sukar, aku sudah biasa melakukannya.
Kemudian, aku ambil kawat, aku buka kuncinya.
Juga tidak terlalu sulit.

Tidak ada lagi yang kupikirkan. Aku hanya melakukannya.

Sampai akhirnya semua terbuka. Aku melangkah masuk.
Tiba-tiba lampu menyala dan wanita itu, janda dari sang perwira berdiri tepat di depanku.

Beberapa lama kami saling bertatap-tatapan. Aku kalut setengah mati. Aku tidak menduga kejadian seperti ini akan terjadi.

Ia berteriak sangat keras. Keras sekali. Aku memukulnya tepat diperut. Ia terhuyung-huyung sebentar. Kemudian Ia berteriak lagi. Kali ini bahkan lebih keras. Aku kalap. Aku bingung. Yang terbayang kepadaku bagaimana kalau seluruh warga datang dan membinasakanku. Kemudian kejadian itu terjadi. Aku menusuk leher bagian kanannya dengan belati yang aku bawa. Clluuk... Bunyi belati yang tajam beradu dengan kulit lehernya. Ia terdiam. Darah mengalir dari lehernya, dan membasahi bagian ujung dari belati tersebut. Darah itu kemudian mengalir lebih deras dan menetes ke lantai.

Aku tak tahan melihatnya. Aku kemudian pergi ke kotak obat dan mengambil kapas, alkohol dan perban. Rumah sakit tempat ku bekerja mengajarkanku sedikit tentang hal ini. Kemudian aku merawatnya. Membersihkan lukanya. Menyapunya dengan alkohol. Dan memasangkan perban di lehernya.

Kemudian aku bicara kepadanya. Aku berbohong. Aku bilang aku menagih utang pacar dari Janda itu. Jadi aku meminta ganti rugi kepadanya secara langsung. Karena pacarnya telah kabur. Aku beralasan.

Aku meminta seluruh perhiasannya. Aku meminta barang-barangnya yang lain. Anehnya, Dia setuju. Bahkan Dia dengan rela ikut mengantarkanku ke luar. Ke depan gang, tempat motor sewaanku berada.

Akh, sial sekali aku. Ketika aku berjalan mendahului dia, tukang-tukang ojeg sedang mangkal tidak jauh dari motorku itu. Kala itu sudah jam 3 pagi. Aneh sekali. Seorang Janda membawa barang-barang keluar dari rumahnya. Bersama aku, orang yang tidak di kenal di Kampung itu. Dan ada bekas luka perban di lehernya.

Matilah aku. Dalam hatiku.

Sedikit saja Ia berteriak. Habis sudah nyawaku. Aku teringat dengan ucapan Ibuku ketika aku berangkat tadi. Aku memohon didoakan supaya selamat.

Ternyata inilah akhir hidupku. Inilah jalan kematianku. Habis sudah jalan hidupku di sini.

Langkahku gontai. Tidak ada lagi gairah dalam diriku. Bahkan ketika aku sampai di motor sewaanku aku sudah siap untuk dihabisi orang-orang.

Namun, nampaknya Surga masih memihakku.

Janda itu sama sekali tidak teriak. Ia bahkan membantuku merapihkan barang-barang itu di atas motorku. Aku tidak tahu apa yang terjadi. Tukang-tukang Ojeg yang mangkal itu pun tidak curiga. Padahal aku membawa begitu banyak kardus-kardus berisi barang-barang. Bahkan mereka tidak mendekat untuk bertanya. Aku tak tahu kenapa.

Kemudian aku siap berangkat. Kakiku masih lemas. Aku takut kalau-kalau Wanita itu berubah pikiran dan kemudian berteriak. Aku menjalankan motorku dengan pelan. Tanpa rasa, tanpa gairah. Habis sudah hidupku ku pikir.

Dalam kegelapan aku mengendarai motor. Sepuluh meter pertama terlewati. Dua puluh meter pertama. Wanita itu masih belum berteriak. Aku menoleh ke belakang Ia masih berdiri di sana sebentar melihat ke arahku. Entah apa yang ada dipikirannya.

Sampai akhirnya lampu jalan itu sudah tidak terlihat lagi. Hanya aku dan motor sewaanku, perhiasan-perhiasan itu, dan barang-barang yang kurampok dari rumah Wanita itu. Nampaknya wanita itu sama sekali tidak teriak. Bahkan sepertinya Ia melepasku pergi begitu saja.

Surga masih dipihakku, kupikir.
**********************************************************


Malam ini, aku bermain dengan anakku. Di rumah yang sangat besar. Bahkan lebih besar dari saksi kejahatanku dahulu. Aku bermain dengan anakku dan adiknya. Kami berlarian, berkejar-kejaran di-sofa. Sementara Ibu kandung dari anakku sedang berbincang-bincang dengan saudaranya di depan televisi.

Aku sangat bersyukur malam ini. Surga masih dipihakku. Tuhan telah menjadikan semuanya baik. Teramat baik. Untukku dan keluargaku. Berkat-berkatnya melimpah ruah dalam keluargaku. Sekarang aku berkecukupan. Tidak kaya, namun cukup.

Aku mampu membelikan apa yang diinginkan oleh anak-anakku. Dahulu, aku harus kena tendang dan pukulan-pukulan dari Ayahku karena aku memberanikan diri meminta Tahu Gejrot. Sekali-sekalinya dalam hidupku aku meminta. Sekali itu dalam hidupku, aku ingin seperti anak-anak normal lain pada umumnya. Membeli jajan. Aku mencoba meminta jajan pada Ayahku, namun yang ku terima adalah tendangan tepat di dadaku. Dan aku terpental hingga 2 meter ke belakang.

Masa itu sudah lewat. Terima kasih Tuhan sudah memberikan kami berkat berkecukupan.

Surga masih dipihakku.



-Dari suatu sumber-

Tuesday, October 12, 2010

Tears

I once asked God, why should there are clothes to cover human?

I listened the answer and I wrote it here: http://sahathutajulubo.blogspot.com/2009/09/aurat.html

Now, I got some similar question about tears. Why should be there are tears?

I will come up with the answer if I already get it.

I'm sure there is some special explanations about this.

Monday, October 04, 2010

ex-OI Outing 2010

Siang itu adalah pertama kalinya gua ngerasa takut banget untuk rafting (Arung Jeram). Bukannya gua takut dengan tantangannya yah, melainkan dengan keselamatan seluruh rombongan. Pasalnya, gua merasa sedikit-banyak bertanggung jawab sejak gua terpilih untuk mengepalai proyek outing tahun ini. Volume air siang itu memang lebih deras. Apa mau di kata, alam yang berbicara, hujan deras mengguyur Sukabumi beberapa hari terakhir. Tak ayal makanya riak air dan jeram menjadi sedikit lebih berbahaya.

Turun dari boat aku mendengar kisah-kisah itu. Beberapa rekan terlempar keluar dari boat dan rescue team menyelamatkan mereka. Bahkan ada satu boat yang seluruh awaknya terlempar keluar karena boat terbalik. Naasnya lagi, salah seorang awak wanita di tempat itu sampai tenggelam di bawah boat sekian lama. Cukup lama sehingga Ia tak kuat lagi menahan nafas dan akhirnya meminum dan menghirup semua air di sekitarnya, di bawah boat itu. Untung saja sang pemandu akhirnya sadar dan menarik Ia keluar tepat pada waktunya.

"Gila! Gua takut banget. Yang gua inget cuma anak-anak gua (sambil terisak dia menceritakannya). Gua gak bisa mikir apa-apa lagi. Kalo gua bisa berdiri lagi di sini, gua bersyukur banget kalo Tuhan memberikan gua kesempatan lagi untuk hidup."

Yang lainnya berkata dalam suatu pembicaraan singkat:

"Setengah nyawa gua melayang. Bukannya apa-apa gua gak bisa berenang. Udahlah, gua pasrah aja terbawa arus."

Hati kecil gua bersyukur. Untunglah gak sampai fatal. Thanks God. Gua sendiri lancar-lancar aja waktu di arung jeram, tetapi tidak untuk semua orang ternyata.

Outing kali ini memang berbeda. Tidak seperti biasanya. Pasalnya, ada perubahan organisasi besar-besaran di Departemen tempat aku tinggal. Di rombak sedemikan rupa, hingga nama Departemen dan Divisi tidak lagi ada, digantikan menjadi Unit Kerja atau Domain Kerja. Pengurusan penurunan dana juga serta-merta menjadi sangat kompleks. Pembuatan PO. Permohonan proposal, dsb. membuat aku sedikit muak sebenarnya mengingat birokrasi yang sangat panjang tersebut. Syukurlah, waktu 3 minggu lebih sedikit, ternyata dapat mendobrak seluruh birokrasi tersebut.

Enough
Birokrasi; karena waktu yang terbatas, bahkan segala-galanya terbatas, maka dibuatlah suatu outing yang lebih sederhana dan santai. Bagi-bagi hadiah. Dan tidak terlalu banyak team building. Instead, lebih banyak mengenang masa bersama. Outing kali ini memang lebih bertemakan perpisahan organisasi kami yang lama menjadi organisasi baru.

I just realized, that night, after the video was played, it was a great time indeed. To rememorize all the good things together. All the fun and the problems we've been through. All the people who have chosed to "moving forward". To be honest, I was a little bit sentimental to see all those people faces. Appeared on screen, while background music played. The faces were zooming from far to close. I had time, even only a few, to be reminded my good things with them. I miss them, frankly speaking. I miss the old times. I miss my life with them. When they were around. (I always like this every time I get sensitive. Suddenly english. Trully sorry).

And, so this outing called "Once a team, always a team". Indeed, we are. And I believe I am not the only person who feeling this. I believe all my mates, from ex-OI team feel the same way too.

We were team, and we always will...

Just remember,

As time goes by, friendship never flies...

Good luck mates.

-Dedicated to all OI Core and Transport Netman, Department; Ericsson Indonesia-

Saturday, September 25, 2010

Fitnes; Pengen Sehat Aja Susah

Baru-baru ini aku memutuskan untuk mendaftar di sebuah Klub Fitnes. Pasalnya, Olah Raga adalah sesuatu yang sangat jarang aku lakukan semenjak aku pindah ke Jakarta. Dahulu, waktu masih di Bandung, Fitnes ataupun Jogging adalah rutin aku lakukan demi menjaga vitalitas tubuh. Namun semenjak di Jakarta, hal itu menjadi begitu jarang.

Banyak faktor yang membuat aku enggan atau malas berolah raga. Jakarta, adalah kota yang padat dan macet. Tak ayal, ketika seseorang pulang dari kantor, lebih memilih beristirahat di rumah dari pada mesti melakukan kegiatan lainnya. Bayangkan saja, seseorang bisa berada di Jalan sampai dengan 2 atau 3 jam. Keletihan di jalan, dan bawaannya ingin rileks dan santai. Faktor lainnya adalah waktu kerja yang tidak beraturan. Kadang harus kerja di jam kerja normal, kadang mesti kerja malam.

Akhirnya setelah menimbang-nimbang bahwa kehidupanku ini seperti stuck, hidup enggan, mati enggan, makanya aku memutuskan untuk kembali berolah raga. Sekalian mengikuti Klub yang mahal, sehingga merasa sayang atau rugi kalau jarang datang.

Ternyata hal itu lumayan berhasil. Sedikit banyak aku dipaksa untuk berolah raga.

Mindset orang fitnes adalah untuk membentuk otot, memperbaiki postur tubuh, dsb. Sementara kalau aku belum ke arah sana. Hanya ingin mengembalikan vitalitas tubuh, kebugaran dan kesehatan. Lumayan, semua lemak sepertinya terbakar. Dan sekarang sedang bertekad untuk membasmi lemak yang sudah menebal di sayap perut kanan dan kiri. Hihihihi.

Ternyata mau sehat saja susah. Semudah kita meracuni tubuh kita dengan makanan apapun, sesukar itu juga kita berusaha untuk menawar racun-racun tersebut dengan berolah raga.

Let's get in on!!

Thursday, September 16, 2010

Menggubah Lagu: Haleluya, Syukur BagiMu

Sedang mencoba-coba menciptakan choral work, suatu karya yang hanya akan dimainkan dengan instrumen vokal manusia.

Liriknya sebagai berikut:

Haleluya, haleluya
Syukur bagi namaMu yang Kudus dan Mulia
S'bab Kau baik dalam hidupku
Tak pernah Kau meninggalkanku s'panjang umur hidupku
Kau tetap setia menjaga diriku
Dan ku kan bernyanyi:
Haleluya, Sukacita dalam Tuhan.
Haleluya, haleluya.

Karya ini aku ciptakan sebagai rasa syukur yang mendalam betapa Allah selalu ada dalam hidupku. Sekalipun aku sering mendukakan hatiNya.

Lagu ini terdiri dari 4 bagian. Bagian pertama adalah pembuka dan sekaligus juga penutupnya. Bunyi yang ingin terdengar dibagian pertama ini adalah: do re mi fa sol fa, fa mi do mi re do. Selanjutnya adalah bagian sahut-sahutan Alto dan Bass, kemudian sahut-sahutan Sopran 1, Sopran 2, Alto + Bass, dan ditutup oleh powerful Tenor.

Bagian ketiga adalah puncak dari lagunya. Bar ke-14 sampai dengan Bar ke-25. Bar-26 merupakan bagian yang harus dinyanyikan dengan kuat, sehingga menimbulkan perubahan efek yang drastis untuk bagian selanjutnya (bagian ke-4). Bagian ke-4 adalah bagian Allegro. Seluruh penyanyi harus bisa merasakan dan menyanyikan beat yang diminta di lagu ini. Dimulai dari messo forte Alto + Tenor + Sopran 2, kemudian disusul oleh Bass. Ketika Bass mulai masuk Alto + Tenor + Sopran 2 harus mengecil. Kemudian disusul oleh Sopran 1.

Diharapkan komposisi ini bisa menampilkan keindahan sekaligus sukacita hidup di dalam Tuhan kita Yesus Kristus. Dan tentunya menyentuh hati banyak orang. Tuhan Yesus memberkati.















































































PS: Bagi choral lovers yang ingin mencoba lagu ini, dapat meminta .pdf-nya kepada saya secara Japri melalui sahathutajulubo@yahoo.com.
Sebagai gantinya, mohon dikirimkan hasil rekaman dari lagu ini sebagai feedback untuk perbaikan. Terima kasih.

Tuesday, September 14, 2010

Kemarahan

Peristiwa penusukan anggota Majelis HKBP Ciketing dan penganiayaan Pendeta yang baru-baru ini terjadi, sedikit banyak telah mengusik diri gua.

Here's the point:

Setinggi-tinggi apapun gua sekolah, sebijak apapun gua mencoba menahan diri, tetap saja jiwa bestiality gua keluar.

Sebenarnya tulisan berikut sih, tidak membahas mengenai penusukan dan penganiayaan tersebut, tetapi lebih kepada penguasaan diri dan hakikat dari seorang manusia itu sendiri (berat benerrr nih tulisan).

Faktanya, dalam diri seseorang tersebut sebenarnya terpendam suatu nilai-nilai ideologis yang mengakar begitu dalam, sehingga sedikit saja nilai-nilai ideologis itu terusik, langsung! seolah-olah membangunkan seekor Singa.

Kadang gua berpikir, pikiran manusia itu kan sebenarnya sangat fleksibel yah, bisa seluas jagat raya, bisa mengecil seperti titik berwarna hitam. Bagaimana kalau sisi nilai-nilai ideologis tersebut secara berkala dan teratur diusik, dengan penambahan intensitas pada metode peng-usik-an tersebut. Niscaya, hal tersebut akan dianggap biasa dan normal oleh manusia itu sendiri. Perlahan, dan tidak sadar.

Artinya, dalam suatu kondisi lingkungan yang biasa mengusik nilai-nilai ideologis tersebut, respon dari seseorang tidak akan menjadi sangat ekstrim, sementara pada kondisi lingkungan yang biasanya tenang (minim pengusikan) hampir dipastikan terdapat lompatan respon yang ekstrim.

Di negara-negara barat, dengan budaya yang ceplas-ceplos, nampaknya masalah pengusikan ini sering terjadi. Tentunya untuk hal hakiki masing-masing personal yang berbeda-beda. Mungkin Agama, mungkin juga keluarga, mungkin ideologi, dsb. Nah, karena keseringan tersebut, sehingga respon pengusikan-pengusikan yang lain tidak terlalu ekstrim. Sementara di negara-negara yang sarat dengan sopan santun, pengusikan malah membawa kepada respon ekstrim "kiamat kecil".

Kesimpulannya, pengusikan terhadap diri ideologis dan kenyamanan seseorang, sebenarnya perlu dilakukan. Dalam kadar dan ukuran yang tepat. Menjaga-jaga, sehingga tidak terjadi ledakan ekstrim dalam diri seseorang tersebut. Hal ini juga akan membawa seseorang menjadi lebih down to earth.

Bagaimana dengan pengusikan kelompok orang dalam skala yang lebih besar? Tentunya, pengusikan juga harus dilakukan kepada kelompok tersebut. Namun, tentunya harus disertai dengan kesadaran bersama, bahwa pengusikan tersebut berakhir pada efek yang lebih baik. Sebagai contoh misalnya "kritik" pada suatu anggota tertentu. Tidak ada masalah dengan melayangkan kritik. Saya pikir, kritik adalah salah satu bentuk pengusikan yang dapat diterima oleh semua orang.

Wednesday, September 01, 2010

There I Was

There I was..

stood before the altar, hold tight my microphone;
the moving lamps were everywhere, flew easily accross the room.
Church room.

Then I sung my first tone. That's it. It happened, and I could not turn back. I must went through to praise and worship the Lord, that entire long night.

Only one thing blew on my mind that time: how all of us can feel the new dimension of Praise and Worship, the new atmosfer and the real humble heart in worshipping the Lord.

I did my best. What I did was, to praise God it self in honesty, in Spirit and in truth.

I liked it. How the church people responded the way of our act in worshipping the Lord. They had their own style, and I fully understand it. It doesn't matter how you look in worshipping the Lord, it just need to come out from your deepest heart.

Remind me once again, who must had the night, except Lord Jesus, King of King and Lord of Lord.

Oh gosh, that was not what I saw. He was abandoned, and I felt really sad about it. Some famous artists, who happended to came very late, had the high chair that night. The offering was damaged and ruined. All did was to wait for those famous artists, and more programs added to wait them.

Even, the special song, which never been written before, played, so that the famous artist could sang, so that she can please people church, and no ticket will be returned because of disappointment of audiences.

For some people, it was a great way, to save the night.
For me, it was the way to abandoned The Lord, and replaced Him with those famous artists.
New graven image was borned that night.
I was really sad about it, and I still am.

Lagi gak jelas

Terkadang bingung juga, dan bertanya-tanya:

Mengapa yah Tuhan menciptakan emosi

Hmm... untuk beberapa orang, pertanyaan ini memang menjadi suatu pertanyaan yang sangat bodoh. Namun, untuk orang yang seperti gundah sepertiku, nampaknya hal ini menjadi lazim dan sangat masuk akal.

Pasalnya, kegundahan diriku sama sekali tanpa sebab. Tidak ada apa-apa. Tidak ada masalah yang berarti. Mungkin ego-ku yang sedikit terganggu, tapi harusnya tidak sebesar ini lah efeknya.

Mungkin juga aku sudah jenuh akan kehidupanku dan butuh sesuatu yang baru. Tapi nampaknya tidak sejauh itu. Kegundahanku hanya sesuatu yang simpel nampaknya. Tidak tahu kenapa. Hanya gundah saja. That's it. Titik. Tanpa sebab, dan mungkin besok sudah hilang.

Aku kesaaaaalll...
Aku benciiiiiiiiiii...

Mungkin dengan meneriakan itu bisa membantuku sedikit. Atau malah sedikit berbisik:

Aku cemas...
Aku letih...
Aku lelah...
Aku capek...

Nampaknya itu semua adalah kata yang sama. Hanya pengulangan saja.

Pun begitu, aku merasa senang saat ini. Karena, akhirnya setelah sekian lama, blog ini terisi lagi. Mungkin nanti ketika aku lebih berani dan jujur kepada diri sendiri, aku bisa lebih berani menuliskan apa yang ada dipikiranku di-blog ini. Transparan. Tidak ditutup-tutupi.

Friday, August 27, 2010

Aku, aku sendiri

Belakangan ini gua mulai kembali menilai-nilai diri gua sendiri. Dan kalau gua banding-bandingkan, ada perubahan yang begitu signifikan yang terjadi dalam diri gua.

1. Gua berubah dari ramah menjadi tidak peduli. Dulu biasanya gua adalah orang yang setiap saat pengen ngobrol. Sekarang mah nggak yah. Ngobrol seperlunya aja kali. Hidup dalam dunia sendiri.

Dan tiba-tiba gua malas melanjutkan tulisan ini...
Jadi ya sudahlah. Di-posting segini aja. Dari pada gak pernah posting-posting lagi.

2. Lebih kepada diri sendiri dan egois. Males juga sih sebenarnya nulis-nulis seperti ini, dan dilihat orang banyak. Kesannya gimana gitu. Apa kata para pembaca yah kalau membaca tulisan ini. Mungkin kalau yang tidak kenal, dia akan berusaha mengerti gua. Tapi kalau kenal, mereka pasti akan bilang:

Benerrrr bangetttt tuhh!!

Thursday, May 06, 2010

Suka BB Duka BB

Sebenarnya sudah tertidur, cuma yah karena ada pesan masuk di-chat FB, dan BB-ku pun berbunyi dengan lantangnya akhirnya aku terbangun. Setelah aku cek, ternyata aku sedang chat juga dengan salah satu temanku yang lain. Nampaknya chat itu ku lakukan dalam kantukku. Hasilnya seperti ini:

Teman: Apa kabar??
Gue: Baik
Teman: sdfkajdfkadjflkajsdflkasjdflkafja (pertanyaan panjang)?
Gue: Apa yah?
Teman: asdklfjasdlkfjadklfjasldfkjadklfjaldkf (pertanyaan panjang)?
Gue: Oh, baik.
Temang: ajkhfjakjfhaksfhaskfhadjkafhsfjk
Gue: ... (udah gak bernyawa lagi. terlelap.)

Demikianlah punya BB ini. Kebetulan memang baru-baru ini gua memutuskan untuk menggunakan Black Berry, dan di-support dengan layanan online terus dari Indosat. Secara gua engineer yang mengerjakan Network Indosat gitu lho, jadi gua tahu keunggulannya dari yang lain. Huehehehe. Gua mencatat beberapa hal yang gua sukai dengan kebiasaan baru gua mengutak-atik BB:

1. Bisa tanya apa saja, kapan saja, saat itu juga, ke google atau wikipedia. Ketika ada pertanyaan dibenak gua tentang apa saja, langsung gua tanya. Misalnya waktu itu ada iklan lampu. Gua mau tahu itu produk asli Indonesia atau distributor, ternyata perusahaan itu distributor dari Jepang. Uuh.. gak oke.
2. Bisa online chat terus. Kalo lagi nunggu-nunggu gak jelas, bisa langsung ngajak ngobrol teman di ujung sana. Virtual friends pun muncul di sekeliling gua seketika.
3. Kebetulan tipe BB gua yang model ngebut kalo streaming (bisa 3G). Jadi asyik banget, bisa buka Youtube kapan aja. Tambah earphone, jadi deh.
4. Dan banyak lagi.

Gak enaknya:
1. Gak enak bayar langganannya.
2. Gak enak kalo ada yang bangunin malam-malam gara-gara ngajak chatting. Hahaha. Lebih lagi, gak enak sama lawan bicara kalo gua cuma jawab: "oh.. , ok, ehm.. , wow.. dsb." Ya iyalah, orang tidur diajak ngomong. Heran.

-sahat

Sunday, April 18, 2010

Berkirim Surat

Kalau dipikir-pikir, sudah lama sekali terakhir berkirim surat. Kapan yah, kalau tidak salah waktu SD deh. Habis bagaimana, jaman sudah makin canggih. Sudah ada E-mail, SMS, Telepon genggam, dan banyak teknologi lainnya yang membuat komunikasi menjadi sangat praktis. Tapi menurutku surat itu malah lebih personal. Penuh dengan sentuhan kasih sayang.

Namun, rasanya kurang bagaimana gitu. Dengan mengirim surat, aku akan menulis kata-kata itu, kalimat-kalimat itu dengan tulisan tangan sendiri. Aku akan berpikir dan berangan-angan sedikit (sambil menggigit-gigit pena yang ku gunakan) tentang apa yang akan ku tulis. Ada sedikit coret-coretan kecil di halaman, karena biasanya aku suka terbalik menyusun SPOK. Hehehe.

Kalau jaman sekarang berkirim surat nampaknya menjadi hal yang sangat menarik. Mungkin isinya kira-kira begini:

"Hai teman, apa kabarmu di sana? Aku baik-baik saja di sini. Hmm... nampaknya sudah lama sekali yah kita tidak berkomunikasi. Ada begitu banyak hal nih dalam surat ini yang akan ku ceritakan. Mulai dari beratnya pekerjaanku, bla bla bla bla bla, bla bla bla bla bla, dan bla bla bla bla bla.
Kamu gimana?"

Kalimat terakhir adalah kalimat ampuh untuk memaksa si pembaca surat membalas surat.

Surat itu menurutku suatu seni. Seni berkomunikasi satu arah yang seharusnya tidak membosankan. Dengan wangi kertas surat yang harum, sedikit berwarna-warni, tulisan yang sangat akrab, basa-basi, curhat, dan segala macam hal yang ada dibenak kita, kita tuangkan dalam bentuk tulisan. (This is the best part) Dan kita yakin pembaca di seberang sana, membaca surat kita dengan penuh antusias.

Nampaknya kebiasaan korespondensi surat-menyurat ini harus dikembalikan di dunia yang serba instan ini. Kembali pada kebiasaan relaksasi yang sangat menenangkan jiwa. Membaca Surat.

Mau kirim surat kepadaku? Kirim saja ke:
Jl. Kalibaru Barat IV No. 26, RT 02/07, Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara. 14110. Indonesia.

Kalau kamu tertarik untuk kukirimi surat, tinggalkan saja alamatmu di sini. Jikalau waktunya tepat, nanti aku coba kirim surat. Hehehehe.

Tuesday, April 13, 2010

Aku Teringat (1)

Aku teringat: Sewaktu sedang menyetir di daerah Depok. Sedang macet-macetnya. Aku pasang musik agak keras, mengambil Handphone (sebagai pengganti microphone), dan mulai bernyanyi mengikuti musik sambil memejamkan mata, mengangkat-angkat tangan dan sedikit menyunggingkan dagu (Bak Sedang Konser). Dan ketika aku membuka mata: Para penumpang di angkot depan sedang melihat ku; terbelalak. Voila!! Rasanya malu luarrrrrr biasa.
Terjadi momen paling bersejarah dalam hidupku. Satu detik yang sangat berharga. Satu detik keputusan yang sangat penting. AKU TAK TAU HARUS BERBUAT APA. Malu sekali rasanya.
Kemudian dengan sangat cepat aku kembali bernyani, kali ini lebih "Hot" dan menjijikkan. (Entah apa yang mereka pikirkan).
Pesan moril: Pilihlah lagu-lagu instrumen di Tape mobil anda. Niscaya tidak akan pernah kejadian naas seperti yang ku alami.
He3x.

Tuesday, April 06, 2010

Menulis Lagi

Setelah akhirnya sedikit bosan dengan Facebook, dan kembali membaca begitu banyak blog, akhirnya memutuskan untuk menulis lagi.

Hmm.. wondering how I start this again.

Mungkin dengan sekedar mengatakan, apa kabar? Atau dengan menulis How I feel sekarang. Benar, mungkin lebih baik dengan menuliskan apa yang kurasakan sekarang.

Saat ini, aku sedang merasakan seperti seorang diri. Pada kenyataannya memang seperti itu. Nampaknya aku terlalu membatasi diri dari orang-orang disekitarku. Aku lebih memilih membangun jarak, sehingga alhasil aku sendiri tidak bisa seenaknya melewati tembok yang sudah ku bangun tinggi-tinggi itu.

Jadilah aku bengong-bengong sepanjang perjalanan Pondok Indah - Cilincing, setiap perjalanan pulang dari Kantor. Kembali mereka-reka, kenapa yah, aku memilih untuk mengisolasi diri. Akhirnya aku seperti merasa sendiri dan kesepian.

Tapi gak apalah, biasanya perasaan seperti itu datang dan pergi.

Kalau tidak salah, saya pernah membuat satu blog lagi. Suatu blog rahasia yang pernah saya buat setiap saat emosi ku sedang labil. Aku bisa menulis seenaknya di sana. Karena hanya aku, blog itu dan Tuhan yang tahu. Hmm... nampaknya perlu mencari blog itu lagi.

Wednesday, February 10, 2010

udah lama ga nulis

udah lama ga nulis.
gak tau yah, nulis blog bukan favorit lagi sekarang.
sekarang favoritnya bacain status orang di facebook.
trus update status di facebook.

hmm.. aneh banget kegemaran barunya.
meanwhile, kerjaan banyak banget.
jadi sign out dulu deh.
bye.

Thursday, January 07, 2010

Starting Event Organizer

No more talk, no more thinking.
ACTION!!
Name:
Ginger Dusk
Slogan:
We please to make you happy

Address:
(my house for now)
Kalibaru Barat IV no 26 RT 02/07
Cilincing. Kalibaru. Jakarta Utara. 14110

Scope of Work:
Wedding, Music Concert, Exhibition, Auction, Book Author Signing, etc.

My dream is about to come true.

Monday, January 04, 2010

Membangun Choir

Belakangan sedang bekerja juga untuk membangun suatu Paduan Suara atau Koor atau Choir di gereja. Membangun suatu Paduan Suara yang berkualitas dengan kecintaan terhadap pujian-pujian indah buat Tuhan..

Dalam menjalani hal tersebut, banyak sekali masalah dan dilema. Masalah terbesar adalah: JUMLAH ORANG. Ini menjadi masalah besar sekali, karena memang zaman sekarang ini sedikit sekali anak muda yang menyukai paduan suara. Paduan Suara terdengar membosankan dan monoton. Apalagi dengan diharuskannya setiap penyanyi untuk bisa membaca partitur paduan suara. Ah.. nampaknya lebih senang bernyanyi lagu-lagu di kaset atau mp3 yang biasa diputar di radio dan televisi.

Sebenarnya banyak juga lho lagu-lagu pujian Pop masa kini yang di-arrange ulang menjadi repertoir paduan suara. Namun, ITULAH DILEMANYA.

"Ketika harus memilih jenis lagu yang ditampilkan, apakah harus dipilih lagu-lagu yang mudah, sehingga banyak penyanyi yang datang,
atau kah, pilihlah lagu-lagu yang menunjukkan "keindahan" paduan suara itu sendiri, namun sedikit penyanyi yang datang?"

Dilema ini mungkin bisa diatasi dengan gantian pemilihan lagu tiap minggu. Misalnya dalam 1 bulan terdapat 4 minggu, maka dipilih 2 minggu lagu mudah dan 2 minggu lagu paduan suara. Tetapi itu nampaknya hanya akan menjadikan kualitas paduan suara ditengah-tengah. Hmm.. mungkin bisa tingkat kesulitan dinaikkan sedikit-sedikit, tetapi itu juga kalau seluruh penyanyi konsisten datang.

Masalahnya penyanyi itu datangnya bergantian. Minggu ini si A tidak datang, minggu depan si B, minggu depannya si C. Hmm.. pusing juga.

Ternyata permasalahannya kompleks juga yah. Masalahnya Orang tua sangat menuntut pemudanya berprestasi dalam Paduan Suara. Seperti hidup dalam kebohongan. Anggotanya tidak terlalu menyukai Paduan Suara tetapi dituntut untuk suka.