Saturday, June 28, 2008

Memperkenalkan Zakheus

Zakheus adalah kepala pemungut cukai pada zamannya dan Ia sangat kaya raya. Mungkin kalau zaman ini beliau adalah seorang Kepala Dirjen Perpajakan negara. Ia adalah seorang Yahudi, atau bisa dikatakan seorang Yahudi yang membelot. Ia adalah duri dalam daging bagi bangsanya sendiri. Terang saja, dia memeras bangsanya sendiri dan mengembalikannya pada Kerajaan Roma. Pada saat itu memang Kerajaan Romawi merupakan kerajaan yang sangat besar dan daerah jajahannya berada di mana-mana. Salah satunya adalah tanah Yahudi.

Zakheus menjabat Kepala Dirjen Pajak di suatu kota bernama Yerikho. Yerikho adalah kota transit pada zaman itu. Merupakan kota transit untuk kota besar Yerusalem menuju daerah timur. Jadi sudah pasti perdagangan ditempat itu menjadi sangat dinamis. Tentu saja banyak barang-barang perdagangan yang berlalu lalang di kota itu, dan pertumbuhan ekonomi di kota itu sangat cepat. Dan Zakheus berhasil menjadi salah satu pemegang peranan penting di kota itu.

Sekalipun Zakheus adalah orang yang kaya, sebenarnya dia tidak hidup dengan tenang. Kalau dianalogikan dengan zaman sekarang ini mungkin Ia telah memiliki uang yang sangat banyak, rumah yang megah, mobil yang mewah, keluarga yang tercukupi, dan segala macam yang seseorang inginkan dalam hidupnya. Tetapi nampaknya itu semua belum cukup untuk seorang Zakheus. Kenapa? Karena sebenarnya Zakheus sedang menghitung hari kebinasaannya. Ia tahu persis: KONDISINYA SAMA SEKALI TIDAK AMAN. Suatu saat Ia bisa terdepak kapan saja, Ia bisa jatuh kapan saja dan bahkan Ia bisa terbunuh kapan saja.

Sebagai orang Yahudi, Ia sudah ditolak. Ia memeras bangsanya sendiri. Coba saja pikir, berapa kali orang-orang berpikir untuk memukul dia, membinasakan dia atau merajam dia dengan batu karena dosa-dosanya. Apalagi hukum Yahudi adalah hukum yang keras. Ia bisa saja dirajam batu sampai mati. Tetapi untung saja Ia bekerja untuk bangsa Romawi, tentu saja, selama Zakheus berhasil menyetor cukai tiap bulan Ia akan terus dilindungi orang Prajurit Romawi. Tetapi Zakheus paham betul Ia akan terlindungi selama, yah hanya selama, Ia berhasil menyetor kepada bangsa Romawi. Ketika Ia tidak berhasil menyetor, bruaaa!!!, ketika itu juga seluruh bangsa Yahudi dapat menghakimi dia dengan seenaknya. Dia dan seluruh keluarganya. Dan perlu dipahami juga, kalau menjadi seorang kepala pemungut cukai adalah bersifat Tender. Begitu ada orang lain yang berhasil memberikan tawaran yang lebih tinggi dari Zakheus, maka saat itu juga, Ia terancam. Ya... hal itu sangat benar. Ketika ada orang lain yang dapat memberikan tawaran lebih tinggi kepada penguasa Romawi, saat itu juga Ia bisa saja dibuang oleh penguasa Romawi. Seperti ada pepatah mengatakan: habis manis sepah dibuang.

Sebagai manusia Zakheus juga masih memiliki hati nurani. Ia capek, Ia letih memiliki hidup yang seperti ini. Ia harus bekerja keras setiap saat, Ia harus berjaga-jaga setiap saat, IA MERASA TERANCAM SETIAP SAAT. Untuk dia, hal itu sangat mengerikan. Ia pun tentu memikirkan nasib keluarganya. Ia pun tentunya bergumul dalam dirinya, Ia ingin menjadi orang yang lebih baik, mengikuti apa itu kebenaran. Sekali lagi, Ia letih dengan kehidupannya.

Sampai suatu saat, Ia mendengar seseorang bernama Yesus Kristus, Orang Nazaret. Banyak rumor yang tidak jelas tentang diriNya. Ada yang mengatakan Ia adalah Tuhan, ada yang mengatakan Ia adalah seorang Nabi, ada yang mengatakan Ia adalah Mesias yang dijanjikan Tuhan untuk menyelamatkan manusia, dan banyak hal lain yang Zakheus dengar tentang orang ini. Dalam keletihan hidupnya, Zakheus mengharapkan sebuah jawaban. Dan sekalipun Zakheus tidak pasti betul tentang kebenaran orang ini, Zakheus berpikir, mungkin orang ini bisa menjadi jawaban atas hidupku.

Ketika didengar Zakheus bahwa Yesus hendak lewat dikotanya. Zakheus meneguhkan tekadnya untuk melihat orang macam apa Yesus ini. "Aku harus melihat Dia". Sisi anak kecil Zakheus muncul dalam tekadnya itu. Kemudian Ia mempersiapkan jubahnya, alas kakinya dan penutup kepalanya, Ia berjalan keluar, mungkin dengan beberapa orang pengawalnya.

Zakheus dengan terhormat menanti Yesus di jalan utama kota Yerikho. Ia menanti sebagai pejabat terhormat kota itu. Tentu saja orang terhormat pasti akan menemui orang terhormat lain jikalau Ia main ke suatu kota. Disitulah Zakheus berdiri, masih dengan wibawa dan sedikit mendongakan kepalanya, menanti Yesus dipinggir jalan utama itu. Sampai ketika semua orang berhamburan. Terdapat begitu besar jumlah orang, sangat banyak, Jumlahnya mesti ribuan orang tiba-tiba memenuhi tempat itu. Ribuan orang berjalan dari arah sana, dan orang-orang yang menanti dijalan keluar berhamburan menyambut ribuan rombongan bersama Yesus itu.

Ah, suasana tidak lagi terkendali. Di saat seperti itu bahkan jabatan Zakheus pun sudah tidak diperdulikan orang. Orang hanya berlari memikirkan dirinya sendiri untuk melihat siapa Yesus itu. Bahkan pengawal-pengawal Zakheus pun nampaknya sudah tidak lagi mengindahkan lagi tuannya itu.

Malang bagi Zakheus, Ia memiliki postur yang cukup pendek di antara orang-orang Yahudi pada umumnya. Ia berusaha menjinjitkan telapak kakinya, namun Ia tidak dapat melihat Yesus. Ia bahkan berusaha berdiri hanya menumpu ke jari-jari kakinya, Ia masih tidak dapat melihat Yesus. Ia bahkan, ssttt..., melompat-lompat kecil, dan tetap saja postur orang-orang di depannya masih terlalu besar buat dia, lagi pula orang banyak itu terlalu besar jumlahnya untuk mendekati Yesus.

Ah ha...! Zakheus punya akal. Bagaimana kalau Ia berlari agak ke depan sedikit dan mengambil tempat yang lebih tinggi, pasti Ia bisa melihat Yesus. Maka berlarilah Ia mendahuli orang banyak. Beberapa orang yang berlari ke arah sebaliknya untuk melihat Yesus sempat melihat ke arah Zakheus. Zakheus pangling, tidak biasanya Ia berlari-lari seperti itu, Ia adalah seorang pejabat besar, ngapain pula Ia mesti mempermalukan dirinya seperti itu. Setiap saat Zakheus berpapasan dengan orang yang Ia kenal, Ia memperlambat langkah larinya, dan memberi sedikit senyum tersembunyi kepada orang tersebut. Sampai akhirnya Ia menemukan keadaan sudah agak sepi, Ia mempercepat larinya. Ia bergerak ke depan. Ia mencari-cari tempat tinggi untuk dapat melihat Yesus yang sebentar lagi melintas di depannya. Ia mencari ke sana ke mari, tetapi Ia tidak menemukan satu tembokpun untuk bisa dinaiki.

Rombongan itu mulai terlihat, suaranya mulai terdengar, Zakheus tidak bisa lagi berpikir jernih, yang Ia mau Ia hanya ingin melihat orang seperti apa Yesus itu. Akhirnya Ia memutuskan untuk menaiki salah satu pohon di jalan itu. Ia menggeser sedikit posisi jubahnya dan melihat ke sana ke mari. Beberapa orang melihat ke arahnya, Ia hanya memberikan sedikit senyum malu, untuk merespon orang-orang tersebut. Lalu Ia memanjat pohon ara untuk melihat Yesus, yang akan lewat di situ. Pikirnya: Hah! entah untuk apa aku melakukan semua ini. Sampai harus memanjat pohon segala. Orang seperti apa sih memangnya Yesus itu. Awas saja kalau ternyata Ia mengecewakan. Sambil berpikir seperti itu Zakheus terus memanjat dan memanjat.

Sampai akhirnya rombongan orang banyak itu mendekat. Zakheus bisa melihat paras Yesus seperti apa. Ia persis seperti gambaran pemuda Yahudi pada umumnya. Tidak ada yang spesial dengan hal itu. Namun begitu, Zakheus tetap memuaskan diri melihat Yesus yang hanya bisa dilihatnya dalam hitungan detik itu. Ia melihat ke arah Yesus dan mulai menilai-nilai Yesus dalam benaknya. Makin dekat posisi Yesus makin merunduklah tubuh Zakheus untuk bisa dengan lebih jelas melihat Yesus. Kali ini Zakheus tidak lagi menutupi mukanya, di antara pemanjat pohon yang lain. Ia tidak lagi peduli akan sekitarnya. Ia menatap Yesus dalam-dalam supaya Ia bisa merekam wajah orang yang menjadi bahan pembicaraan bangsa Yahudi zaman itu. Ia sama sekali tidak ingin kehilangan momen itu.

Sampai suatu saat kedua mata itu, kedua mata orang yang dilihat Zakheus itu, mengikuti arah matanya, dan akhirnya kedua mata itu menatap kedua mata Zakheus. Zakheus bahkan sangat tidak percaya akan hal tersebut. Ia kini menjadi sangat inferior, merasa sangat kecil. Ia tidak percaya hal itu bisa terjadi. Dalam momen seperberapa detik itu, Ia tidak percaya kedua mata itu, wajah itu melihat ke atas, menatap dirinya. Ia seperti ditelanjangi oleh orang banyak. Awalnya kedua mata itu, kini seluruh pasang mata ribuan orang di tempat itu juga menatap Zakheus. Kini Ia benar-benar ditelanjangi di depan semua orang. Reputasinya hancur. Ia akan menjadi bahan tertawaan semua orang. Hahaha... Zakheus si pendek gendut pemeras rakyat. Hahahahhahaa.

Zakheus merasa malu ketika tiba-tiba sepasang mata itu, dari wajah yang sama, namanya disebut. "Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini aku harus menumpang di rumahmu.", kata-kata itu keluar dari bibir Yesus. Zakheus kaget setengah mati. Ia tahu namaku. Ia tahu aku si Zakheus. Ia tahu namaku. Tuhan ingat padaku. Zakheus memang belum pernah bertemu dengan Yesus seumur hidupnya. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia memang berharap Ia dapat melihat Yesus, hanya melihat dan mungkin selamanya merekam wajah orang itu dalam benaknya. Zakheus memang sesekali berharap Yesus benar Tuhan, sehingga Ia bisa menyudahi hidupnya yang sangat menyakitkan itu. Tapi untuk dipanggil dan Tuhan menumpang di rumahnya, itu terlalu banyak. It's too much for me. Itulah yang ada dipikiran Zakheus saat itu. Ia tahu saat menyebut namanya, Zakheus, saat itu juga Zakheus tahu bahwa Yesus adalah benar Tuhan. Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sangat bersuka cita.

Saat itu juga di rumah Zakheus, Ia mendengar bisikan-bisikan orang banyak itu. Mereka kesal sekali karena Yesus lebih memilih tinggal di rumah anjing keparat seperti Zakheus. Zakheus mendengar hal itu, dan Ia menangis di dapurnya. Sang istri juga bersamanya saat itu. Hidup Zakheus memang tidak enak dan Ia menyadarinya. Ia merangkul istrinya dan dengan sangat sedih Ia kembali ke hadapan orang banyak.

Kemudian Zakheus berkata di tengah orang banyak di rumahnya, tidak lagi kepada manusia tetapi kepada Tuhan:
"Tuhan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin, dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan ku kembalikan empat kali lipat.". Apa? Itukan hukum Yahudi, setiap orang yang mencuri harus mengembalikan kepada empunya empat kali lipat. Ya, benar. Zakheus sangat benar memposisikan dirinya dihadapan Tuhan. Ia datang kepada Tuhan sebagai seorang pencuri.
Kemudian Yesus menjawab:
"Hari ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang."

Perkataan itu adalah perkataan yang sangat dibutuhkan Zakheus bertahun-tahun untuk dia dengar. Keselamatan kepada rumah ini. Kini seluruh keluarganya aman. Tidak ada lagi bencana yang akan menimpa mereka sewaktu-waktu. Tuhan pun menyatakan bahwa Zakheus masih tetap anak Abraham, masih orang Yahudi. Walaupun orang Yahudi tidak lagi menganggap Zakheus bangsa Yahudi, karena memeras bangsanya sendiri, Yesus menegaskan bahwa Ia pun anak Abraham, dan juga berhak atas berkat-berkat Abraham. Zakheus sadar betul Ia terhilang dan Tuhan telah menemukan Ia kembali. Zakheus berkumpul dengan seluruh keluarganya di tempat itu, dan Ia kembali melanjutkan pesta itu dengan orang banyak, kali ini dengan sangat bersukacita. Dia dan seluruh keluarganya, dan seluruh orang banyak itu.


Sumber dari Lukas, 19: 1-10.




5 comments:

Kiki said...

"Itukan hukum Yahudi, setiap orang yang mencuri harus mengembalikan kepada empunya empat kali lipat."

Hmm.. I've never realised this, hat. It's amazing how he came to Jesus realising that he was a thief, and Jesus restored his life. Hanya Tuhan yang sanggup mengubahkan hati manusia. I've always loved the story of Zacchaeus. Thanks for writing, hat :)

Unknown said...

Iya Jek, gua juga baru sadar. Pokoknya, ternyata banyak banget deh rahasia di balik satu cerita simpel tentang Zakheus.

Dan emang yang paling keren adalah respon Zakheus terhadap panggilan Tuhannya. Keren banget. Dia merendahkan hatinya banget. Gak perduli sama sekitarnya. Pokoknya itu urusan pribadi dia dengan Tuhannya deh.

Keren.

Anonymous said...

Pas gua baca, gua jadi teringat baca buku Max Lucado bo. Lu bisa menjelaskan setiap detil moment saat zakeus menanti Tuhan Yesus. Mantapsnya jg lu menjelaskan jg kira2 gimana perasaan zakeus pada saat itu.
Walaupun gua ga tau apakah emang bener gitu tiap detilnya n mengenai adat istiadat disana, tapi gua pikir pemaparan lu sangat masuk akal.
Secara keseluruhan gua terberkati dengan tulisan lu bo. Nice job. Ditunggu cerita2 yg lain. Gb

Unknown said...

Namanya juga cerita fiksi yang disadur dari Alkitab Bo.
Kan di labelnya udah di kasih. Tuh:

ALKITAB, CERITA FIKSI, KRISTEN

Thanks. Nti gua karang-karang lagi deh. Kayaknya selanjutnya kisah romantis Daud dan Istri Tamar deh.

Anonymous said...

Blognya Menarik. akan saya tunggu updates berikutnya. Mengundang main ke blog aku, 'Klik Saya' ya.
Salam kenal.
GBU