Monday, January 14, 2008

Kisah seorang Majus (Bagian VIII)

The Messiah


”Ada seseorang di kereta kuda itu, ada orang di sana.” Salah seorang rombongan berbisik kepada Merchon pemimpin rombongan.

Merchon lalu menyiapkan senjatanya. Ia yakin itu adalah mata-mata Herodes. Ia yakin ada yang tidak beres dengan perkataan Herodes. Ia terlalu mudah melepaskan mereka, pasti ada sesuatu dibalik itu. Kini Merchon yakin dengan pikirannya itu. Merchon memerintahkan rombongan untuk berjalan seperti biasa sementara ia dengan kudanya mengarah ke kereta kuda yang berisi orang tersebut.

Dan saat menyingkapkan kain penutup itu alangkah kagetnya Merchon ternyata orang itu adalah seorang wanita.

”Apa maumu? Katakan sejujurnya atau pedang ini akan menusuk lehermu!” Merchon mengancam sambil menempelkan mata pedang ke leher wanita itu.

Gadis itu kemudian berkata-kata dalam bahasa asing, bahasa Yahudi. Merchon tidak bisa mengerti. Lalu Gaspar dan Baltazhar tiba di tempat itu.

”Ada apa?” Baltazhar yang duluan bertanya.

”Kita kedatangan mata-mata.” Merchon menjawab.

Wanita itu berambut tebal. Tubuhnya sangat indah. Ia berpakaian seperti seorang penari. Malahan, ia memang seorang penari. Suaranya sangat lembut dan ia terdengar sangat sopan. Yang sangat indah dari dirinya adalah matanya. Matanya sangat indah bagai Bintang Timur.

”Itu adalah sang penari” Baltazhar mengagetkan seluruh rombongan.

Iya itu adalah penari tadi. Yang menari di istana Herodes. Wanita yang sama yang mengisi buli-buli Gaspar di suatu desa yang mereka tidak kenal waktu itu.

Tiba-tiba wanita itu bergerak turun dan menyembah di hadapan Gaspar, sambil berkata-kata dalam bahasa Yahudi. Entah kenapa ia memilih Gaspar untuk dimintai tolong. Baltazhar sudah menduga akan hal itu.

Gaspar turun dari kudanya dan mengangkat wanita itu dari sujudnya. Gaspar menopang wanita itu untuk berdiri. Gaspar mengangkatnya dengan sangat lembut.

“Ehem.. ehem..” Baltazhar menggoda Gaspar.

“Tolong Baltazhar, katakan apa yang wanita ini maksudkan?” Gaspar memohon.

“Baiklah” Baltazhar menjawab. Katanya: “Ia menyukaimu”. Baltazhar menggoda Gaspar lagi.

Tatapan tajam mengalir deras ke arah Baltazhar. Kali ini tidak hanya dari Gaspar tetapi dari seluruh rombongan. Nampaknya gurauan Baltazhar sangat tidak berhasil.

“Baiklah. Ia minta diizinkan ikut rombongan ini. Katanya, Ia ingin melihat sang Mesias itu lahir. Ia memohon agar diizinkan untuk melihat Mesias itu. Ia berjanji tidak akan merepotkan. Ia hanya ingin ikut”. Sambil berlalu Baltazhar menggoda Gaspar lagi. ”Alasan saja sebenarnya itu mah, bilang saja dia ingin melihat Mesiasnya yang satu ini, hahahaha”. Baltazhar tertawa kecil.

Mereka pun melanjutkan perjalanan. Penari itu diperbolehkan ikut oleh Gaspar dan Ia diberikan tempat oleh Gaspar di salah satu kereta kuda. Wanita itu mendapat perhatian lebih dari Gaspar, walaupun mereka tidak bisa berkomunikasi secara langsung.

Senja pun tiba. Mereka beristirahat di sebuah penginapan di suatu desa.

“Sebaiknya egnkau memberi makan wanita itu. Nampaknya ia sangat kelaparan.” Baltazhar menggoda Gaspar lagi.

Selanjutnya Gaspar minta diajarkan beberapa patah kata Yahudi oleh Baltazhar. Dan kemudian ia menghampiri wanita itu.

Gaspar memberikan kepadanya satu bungkus makanan. Wanita itu dengan malu-malu mengambilnya dan langsung makan di depan Gaspar dengan lahap. Baltazhar benar, wanita itu memang sangat lapar. Gaspar menikmati pemandangan di depannya, wanita yang mahal dengan lahapnya. Ia tersenyum sedikit. Ada sesuatu yang aneh di hati Gaspar. Ia belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Wanita itu balas memandang Gaspar. Ia menawarkan potongan makanan itu kepada Gaspar, namun Gaspar menolak. Ia menyuruh wanita itu menghabiskan makanannya.

Mereka tidak berkata-kata, tetapi mereka sepertinya saling mengerti. Gaspar memperhatikan lagi wanita itu, kali ini dengan sangat dalam. Ia memuaskan dirinya untuk berani menatap wanita itu dalam-dalam. Ia menyukai wanita itu. Dari pertama bertemu pun ia sudah suka. Wanita itu membalas tatapan Gaspar. Gaspar tak kuasa menahan tatapan itu. Buat dia itu sangat aneh. Sangat kuat hingga ia memilih untuk menoleh ke tempat lain. Ke luar kereta kuda itu. Dan saat ia menoleh ia melihat di atas sana. Bintang Timur.

”Bintang itu muncul lagi.” Mata Gaspar berkaca-kaca seraya mengatakannya. ”Bintang timur, sang Juruselamat. Aku akan datang kepadaMu.” Ia begitu terpana melihat bintang itu. Ia sangat berbahagia melihat bintang itu muncul kembali. Sebulir air mata mengalir di pipi Gaspar. Ia sedikit terisak karenanya.

Tiba-tiba segenggam tangan menggenggam tangan Gaspar. Itu adalah tangan wanita itu. Tangan itu sangat halus dan lembut. Tangan itu tidak hanya memberi kekuatan kepada Gaspar tetapi tangan itu juga terus merasuk ke hati Gaspar, menyentuhnya dan memberikan dia kesegaran.

Gaspar tidak sanggup melakukan apa-apa, ia hanya mampu menggenggam tangan itu kuat-kuat sambil tetap berkata-kata dalam hatinya. Akhirnya aku akan bertemu denganMu wahai penciptaku. Ia bahagia sekali malam itu. Bukan hanya ia melihat Bintang itu. Tangannya juga menggenggam tangan seorang wanita yang memberikan kesegaran kepada jiwanya.


Bintang itu menuntun mereka ke Betlehem kota kecil di bagian barat daya. Sebuah kota yang tidak terlalu besar. Ini memudahkan mereka untuk mencari Anak itu. Yang baru saja dilahirkan. Sang mesias.

Baltazhar dan wanita itu bertanya-tanya kepada seluruh isi kota mengenai bayi yang baru saja dilahirkan di tempat itu. Dan akhirnya mereka bertemu dengan Yusuf. Ia bukan penduduk asli kota itu. Ia hanya di situ untuk mendaftarkan diri untuk keperluan kependudukan.

Yusuf pun membawa mereka ke rumah penginapan mereka. Sambil jalan Yusuf menceritakan segalanya tentang Anak itu.

”Anak itu adalah anak kudus. Tuhan semesta alam sendiri yang mendatangi Istriku. Istriku di kandung Roh Kudus maka perutnya membesar dan Anak itu pun lahirlah. Mesias itu lahir di kandang domba, karena tak ada satupun penginapan yang kosong untuk kami. Ia lahir malam itu dan banyak gembala-gembala datang kepada Anak itu. Mereka mendengar kabar itu dari sepasukan bala tentara Allah. Mereka tiba-tiba saja datang menyembah Anak itu” Yusuf terus bercerita mengenai apa yang terjadi.

Setiap kata yang dikatakan Yusuf membuat seluruh rombongan itu berdegup keras jantungnya. Pikir mereka dalam hatinya tidak sia-sia seluruh pengorbanan ini, kami bisa menyembah yang maha kuasa pada akhirnya.

Sore hari itu, ketika tiba di penginapan tempat Yusuf dan Maria istrinya tinggal, mereka akhirnya melihat Anak itu. Bayi yang baru dilahirkan beberapa hari. Ia tidur tenang di tempat tidur itu. Saat itu juga semua dari mereka sujud menyembah dia. Kepala mereka sampai menyentuh tanah. Seperti apa yang mereka biasa lakukan di Persia. Penghormatan paling dalam yang pernah mereka lakukan.

Akhirnya mereka berkesempatan menyembah Raja Semesta Alam. Ia merendahkan dirinya turun ke bumi menjadi manusia untuk menebus dosa manusia. Gaspar memimpin penghormatan itu kepada sang Anak.

Satu kali

Tanda mereka menyembah yang mereka sembah dengan seluruh tubuhnya.

Dua kali

Tanda mereka menyembah yang mereka sembah dengan seluruh jiwanya.

Tiga kali

Tanda mereka menyembah yang mereka sembah dengan segenap rohnya.

Biasanya mereka akan langsung bangun dan memberikan persembahan kepada dewa yang mereka sembah. Tapi kali ini Gaspar yang memimpin penyembahan tetap membungkukkan dirinya sampai menyentuh tanah. Lama. Sangat lama. Pemujaan untuk Tuhan semesta alam.

Dan tiba-tiba Anak itu bersinar dengan sangat terang. Namun sinar itu tidak menyilaukan hati. Sinar itu membawa kedamaian bagi siapapun yang melihatnya. Sinar itu menyelidiki hati sampai kedalamannya. Dan seperti ada suara dalam bahasa yang mereka kenal berkata:

”AKU MENERIMA SEMBAHMU HAI PARA ORANG MAJUS. TERPUJILAH ENGKAU DI ANTARA ORANG-ORANG BERHIKMAT.”

Gaspar menatap anak itu dalam-dalam, dan ada suara berbisik kepada hati gaspar.

SUNGGUH AKU MENGASIHIMU GASPAR. AKU TAHU ENGKAU MENGASIHIKU. TERIMA KASIH UNTUK PERJUANGANMU MENYEMBAHKU. ENGKAU BERKENAN KEPADAKU, RAJA SEMESTA. ENGKAU TELAH DIAMPUNI. KESALAHAN MASA LALUMU DIAMPUNI. PEMBUNUHANMU TELAH DILUPAKAN. MULAI SAAT INI ENGKAU AKAN DIPANGGIL KERUB KARENA ENGKAU MENYEMBAHKU DENGAN BENAR.

Suara itu jelas terdengar di hati Kerub. Dan kemudian ia tertunduk dan menangis. Ia menangis begitu rupa. Lega rasanya mengetahui, ia seorang pembunuh, ia bersalah, namun yang terpenting ia diampuni. Raja semesta alam mengampuni Kerub. Kerub menerima pengampunan itu dan Ia berterima kasih untuk pengampunan itu. Hatinya seperti baru sekarang.

Alunan musik para malaikat mengiringi penyembahan mereka saat itu. Itu merupakan praktik penyembahan yang sangat dalam. Mereka sangat puas menyembah Raja Semesta Alam. Mereka tidak ingin itu berlalu. Mereka tertunduk, kepalanya menempel kepada tanah sangat lama. Dan sepertinya mereka tidak ingin berhenti.

Kemudian sinar itu pun reduplah. Mereka bangkit berdiri dan memberikan satu kotak persembahan mereka kepada Anak itu.

Gaspar sendiri mengeluarkan benda kesayangannya untuk diserahkan kepada anak itu. Kalung emas. Kalung itu adalah miliknya sejak kecil. Satu-satunya peninggalan ayahnya yang tersisa. Benda kesayangannya. Ia mengalungkannya untuk anak itu.

Cepatlah besar hai juruselamat.

Baltazhar melakukan hal yang sama. Ia mengeluarkan senjata rahasia seorang majus: Kemenyan. Ia memberikannya juga kepada anak itu.

Merchon yang masih terisak-isak memberikan Mur. Itu adalah titipan istrinya ketika ia mengabarkan ia akan bertemu sang Juruselamat.

Satu-satu dari mereka juga memberikan yang paling berharga dari mereka kepada Sang Juruselamat. Kini untuk mereka tidak ada lagi yang lebih berharga selain dari pada juruselamat itu sendiri.


Satu-satu dari mereka tidak ada yang bisa tidur malam itu. Mereka masih memikirkan kejadian sore itu. Itu adalah kejadian paling luar biasa dalam hidup mereka, tidak akan ada lagi yang seperti ini. Sekali seumur hidup. Sekali sejak dunia dijadikan sampai pada kesudahannya.

Setiap mereka mendapat pesan pribadi dari Raja Semesta alam. Itulah yang mereka pikirkan.

Kecuali Baltazhar. Ia terlelap dengan sangat di tempatnya. Bukannya Baltazhar seorang penidur, tetapi Raja Semesta Alam membuatnya tertidur pulas.

Kemudian seorang malaikat menghampiri Baltazhar dalam mimpinya:

”SALAM, JANGANLAH ENGKAU ROMBONGANMU KEMBALI KEPADA HERODES, MELAINKAN KEMBALILAH MELALUI JALAN DARAT”

Dan Baltazhar terbangun dari tidurnya. Ia lalu mengabarkan itu kepada Kerub. Namun nampaknya Kerub sedang asyik duduk berdua dengan wanita itu di depan sana. Mereka memandang bintang. Kerub mempesona wanita itu dengan pengtahuannya akan perbintangan.

Baltazhar pun pergi kepada Merchon, dan Merchon percaya kepada perkataan Baltazhar. Kalau kejadian seperti tadi siang belum pernah terjadi seumur hidupnya, mungkin ia tidak semudah itu percaya kepada Baltazhar, namun karena itu telah terjadi maka ia percaya kepada Baltazhar.

Merekapun kembali ke negri mereka dengan jalan darat. Mereka dianugerahi hikmat yang sangat besar oleh Raja Semesta Alam, sehingga mereka dapat kembali ke Persia dan menceritakan segala yang terjadi kepada Raja.

Cerita itu pun sangat luaslah terdengar. Tentang penyembahan orang-orang majus kepada sang Juruselamat. Dan orang majus membukukan hal itu pada buku besar mereka.

Cerita itu kemudian menjadi rumor, rumor itu pun menjadi kisah, kisah itu pun menjadi legenda. Dan legenda itu terus membahana di hati semua umat manusia.

Penyembahan orang majus tidak akan pernah terlupakan selamanya. Hanya sekali saja hal itu pernah terjadi. Sekali sejak dunia diciptakan. Sekali sampai akhirnya seluruh dunia tiba pada kesudahannya.

No comments: