Berikut adalah kata-kata terakhir Engineer Ericsson sebelum mereka tiada.
MGw Engineer:
Uhuk.. uhuk... Jangan lupa besok Integrasi ke Surabaya, MOD3-24-2.
MSC Engineer:
CIC-nya mulai dari nol yah...
RNC Engineer:
Utran cell-nya jangan lupa di Unlocked...
Node-B Engineer:
CUB-nya di-restart dulu...
Radio Engineer:
Performance-nya turun 20%...
Huakkakakakakakakak...
Friday, August 29, 2008
Thursday, August 28, 2008
Naik Mobil
Jarang banget gua menggunakan mobil ke kantor. Nah, kemarin gua naik mobil ke kantor, dan pagi ini gua ngeliat sesuatu yang aneh di muka gua:
Muka gua terlihat putih dan bersih.
Pantes aja yah orang-orang tajir itu bisa keliatan mulus banget mukanya. Abis mereka gak pernah kena debu. Kulitnya dari AC ke AC aja. Udah gitu sering luluran, facial, maskeran segala macem gitu. Tentu aja jadi bagus muka dan kulitnya. Sementara gua, gua mesti berkutat dengan debu dan asap di Jakarta, gara-gara gua lebih memilih naek motor untuk kerja demi penghematan.
Gua, yang setengah berjiwa idol sebenernya pengen juga sih punya muka dan kulit bersih kayak begitu. Pastinya nti gua digandrungi banyak wanita. Wanita di Priok kan agak-agak norak gitu, jadinya gua pasti idola gitu di antara mereka. Tapi yah.. apa daya.
Anyway, ternyata tidak semua orang berbakat muka dan kulit bagus itu seperti gua. Contohnya adalah temen gua yang satu ini. Dia yang notabennya selalu membawa mobil di Jakarta, tetapi tetep aja mukanya agak kasar gitu kayak kuli. Hahahahahaha... Peace!
Muka gua terlihat putih dan bersih.
Pantes aja yah orang-orang tajir itu bisa keliatan mulus banget mukanya. Abis mereka gak pernah kena debu. Kulitnya dari AC ke AC aja. Udah gitu sering luluran, facial, maskeran segala macem gitu. Tentu aja jadi bagus muka dan kulitnya. Sementara gua, gua mesti berkutat dengan debu dan asap di Jakarta, gara-gara gua lebih memilih naek motor untuk kerja demi penghematan.
Gua, yang setengah berjiwa idol sebenernya pengen juga sih punya muka dan kulit bersih kayak begitu. Pastinya nti gua digandrungi banyak wanita. Wanita di Priok kan agak-agak norak gitu, jadinya gua pasti idola gitu di antara mereka. Tapi yah.. apa daya.
Anyway, ternyata tidak semua orang berbakat muka dan kulit bagus itu seperti gua. Contohnya adalah temen gua yang satu ini. Dia yang notabennya selalu membawa mobil di Jakarta, tetapi tetep aja mukanya agak kasar gitu kayak kuli. Hahahahahaha... Peace!
Wednesday, August 27, 2008
Di atas sepeda motor
Supra X, tipe D, meluncur kencang dengan kecepatan rata-rata hampir 70 km/jam. Mengantarkan kedua insan itu ke tempat tujuan. Segalanya berjalan cepat:
tidak ada percakapan, tidak ada basa-basi, tidak ada sentuhan fisik.
Semuanya berlalu begitu normal begitu cepat.
Malangnya hal itu tidak berlaku hanya sekali, melainkan berulang kali. Untuk berada satu motor dengan orang lain, "yang dibonceng" pun sudah merasa tidak enak, jadi dia memilih untuk tidak macam-macam. Hanya ucapan terima kasih ketika sampai dan sapaan ringan ketika bertemu. Yang empunya "yang dibonceng" tidak curiga, kebetulan "sang pengemudi" juga mengenalnya.
Lama-kelamaan "yang dibonceng" merasa tidak enak, akhirnya ia memulai:
suatu perkataan basa-basi
yang merupakan awal dari hubungan mereka yang makin dalam. Sang pengemudi menanggapinya dengan lugas dan sedikit ketus. Kebetulan sang pengemudi memang sangat cuek. Yang dibonceng diperlakukan seperti itu malah semakin merasa aman. Maklum yang dibonceng tidak suka keheningan, kediaman; tidak suka KESENDIRIAN.
Ia kembali membuka percakapan itu. Ia mulai mempertanyakan perihal yang cukup dalam, yang membuat sang pengemudi harus menjelaskan dengan agak panjang. Kecepatan motor itu mulai berkurang menjadi sekitar 55 km/jam. Pembicaraan mulai melibatkan pemikiran-pemikiran mereka sehari-hari. Rahasia-rahasia dalam pemikiran mereka yang sering terulang di alam maya mereka namun yang mereka pilih untuk mereka abaikan pun di sampaikan di atas sepeda motor itu.
Pemikiran-pemikiran aneh, yang lucu bahkan yang konyol mereka candakan. Akhirnya mereka tertawa bersama. Yang dibonceng mulai memukul punggung sang pengemudi.
Itulah sentuhan fisik mereka yang pertama. Mereka tertawa bersama.
Pembicaraan mereka berulang, hari lepas hari. Memang tidak setiap hari, namun hal itu sudah seperti kebutuhan. Suatu rutin yang tidak enak kalau dilepaskan. Bahkan, mereka bersedia meninggalkan beberapa hal lainnya untuk melangsungkan pembicaraan di atas sepeda motor itu.
Suatu hari yang dibonceng lupa membawa sapu tangannya. Sapu tangan itu, biasa digunakan olehnya untuk menutupi mulut dan hidungnya dari debu. Udara di kota itu memang jelek sekali. Debu dan asap di mana-mana, yang dibonceng tidak tahan, Ia memilih merapatkan mukanya, sambil menutupi mulut dan hidungnya dengan kedua telapak tangan, ke punggung sang pengemudi. Sang pengemudi tersentak. Ia menangkap sinyal itu. Kemudian ia melambatkan sedikit motornya, agar yang dibonceng tidak terlalu menderita. Motor itu kemudian melaju dengan kecepatan 40 km/jam. Selain itu sang pengemudi menangkap sinyal yang lain. Suatu sinyal yang tak pernah Ia rasakan sebelumnya. Ia tidak kuasa menahannya. Ia ingin, yang dibonceng terus bersandar kepadanya.
Bahkan ketika yang dibonceng pun pulang malam, sang pengemudi mencari-cari alasan agar ia juga sepertinya pulang malam. Agar tidak ketahuan, sang pengemudi tidak melakukannya setiap kali. Ia pintar, ia memilih waktu-waktu tertentu.
Begitu pula dengan yang dibonceng. Kerap, ia memilih untuk tidak membawa sapu tangannya, hanya agar ia bisa bersandar ke punggung sang pengemudi. Sesekali ia curi-curi. Bukannya menutupi mulut dan hidungnya, ia menyandarkan pipinya ke punggung sang pengemudi, dengan alasan kecapekan. Di lain waktu, sambil memejamkan matanya ia mengeluskan pipinya itu ke punggung sang pengemudi. Pegangannya puna mulai berubah. Besi yang melingkari tempat duduk di bagian belakang motor itu, tidak lagi menjadi dasar pegangan yang dibonceng. Ia memilih untuk memegang jaket sang pengemudi. Jaket berwarna hitam, yang semenjak motor itu berlari makin lambat, selalu harum dan bersih.
Cerita mereka makin dalam. Ketika sudah tidak di jalan besar, motor makin melambat, kini kecepatannya sekitar 20 km/jam. Motor itu agak oleng ke kanan dan ke kiri. Namun mereka tetap berbicara, bercanda sambil sang pengemudi. Itu adalah momen favorit mereka. Anehnya "yang dibonceng" tidak pernah bercerita tentang sang empunya "yang dibonceng". Entah karena tidak enak atau apa, ia tidak pernah memilih topik itu. Begitu juga dengan sang pengemudi, ia tidak pernah mempertanyakan hal itu kepada yang dibonceng. Ada rasa sakit yang amat tajam kalau ia menanyakannya. Ia pernah menanyakannya sekali, namun ia rasa itu sudah cukup untuk menjaga stabilitas rutin mereka setiap sore itu.
Suatu kali pegangan yang dibonceng, tidak lagi berada di Jaket punggung belakang. Kali ini ia melingkarkan tanggannya dipinggang sang pengemudi. Itu adalah reflek. Karena rem mendadak dari sang pengemudi. Sang pengemudi melihat ke bawah. Ada rasa yang sangat... sangat... sangat... akh, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata ketika tangan itu melingkar di pinggang sang pengemudi. Itu adalah surga sang pengemudi. Ia ingin tangan itu tetap melingkar dan tidak pernah ditarik lagi kebelakang. Namun keinginan tinggallah keinginan, tangan itu kemudian kembali ke asalnya, bahkan kembali ke besi di belakang. Sang pengemudi amat kecewa.
Gaya mengemudi sang pengemudi kini berubah, ia lebih sering ngerem mendadak. Sesekali siasatnya berhasil. Tangan itu, dengan reflek kembali melingkar dipinggang sang pengemudi. Dan surga itu kembali ia rasakan. Surga itu menjadi candu baginya, dan ingin sekali ia merasakannya setiap saat.
Suatu hari, beberapa bulan dari semuanya itu dimulai, motor itu, entah kenapa berlari kembali sangat kencang. Kecepatannya kembali menjadi 70 km/jam, bahkan sampai 80 km/jam. Yang dibonceng bingung. Teramat bingung kenapa menjadi seperti ini.
Kenapa tidak ada lagi percakapan itu...
Kenapa tidak ada lagi canda tawa itu...
Kenapa ia mesti membeli dua masker penutup sih...
Kenapa motor itu berlari semakin kencang... dan yang paling sakit dia rasakan,
Kenapa tidak ada lagi rem mendadak... surga itu...
Ia bingung. Sangat bingung. Apa yang terjadi dengan sang pengemudi. Kenapa ia menjadi sangat berubah, pikirnya. Ia sering merenungkannya. Bahkan ketika malam, ketika "yang dibonceng" dan empunya sedang bersetubuh. Ia tidak bisa menghilangkan sang pengemudi dari pikirannya. Gestur-gestur kecil yang dibuat sang pengemudi sekalipun ia pikirkan.
Kira-kira apa yah maksud dia mengangkat kedua tangan tadi sore?
Apakah dia ingin menarik perhatianku?
Tapi kenapa tidak ada lagi pembicaraan itu?
Kenapa motor itu berlari kembali sangat cepat?
Kenapa yah?
Kenapa?
Kini air mulai menetes dari mata yang dibonceng. Baginya itu terlalu sakit. Untuk di-cuek-i oleh sang pengemudi.
Kenapa Perwiraku?
Kenapa Ksatria penunggangku?
Apa yang terjadi?
Kenapa tidak kau katakan saja yang dalam hatimu?
Motor itu berlari dengan kecepatan 80 km/jam, ketika kendaraan lain tiba-tiba melintas dari jarak 20 meteran. Sang pengemudi salah perhitungan. Dengan cepat ia menekan kedua rem tangan dan kaki. Bunyi decitan rem sangat keras terdengar, sampai semua orang melihat ke mereka. Namun bukan itu yang menarik perhatian sang pengemudi. Melainkan dua tangan yang saat ini melingkar di pinggangnya. Mereka berhenti sesaat, dan kemudian melaju lagi. Ada yang aneh. Sesuatu yang sangat aneh dirasakan sang pengemudi. Ya, itu dia.
Kedua tangan itu tetap melingkar dipinggangnya.
Ia tunggu sesaat, beberapa saat, cukup lama, tangan itu tetap berada pada tempatnya. Kemudian sesuatu menempel dipunggung belakangnya. Itu adalah pipi yang dibonceng. Ia memejamkan matanya, mengelus-eluskan pipinya, kemudian mengeratkan pegangan tangannya yang melingkar di pinggang sang pengemudi. Motor itu melambat sesaat 40 km/jam. Kemudian tangan kiri sang pengemudi, dengan sangat berhati-hati, meraih kedua tangan itu, menempelkannya di tangan itu, kemudian menggenggam telapak tangan yang dibonceng. Yang dibonceng merespon, ia membalas genggaman tangan sang pengemudi. Tangan itu tergenggam cukup lama.
Kini kepala sang pengemudi berdiri dengan lebih tegak. Ia sudah memilikinya. Dia adalah orang terbahagia di dunia. Ia tidak lagi memerdulikan apa-apa. Ia berasa sudah punya semuanya.
Demikian mereka, kini tidak ada lagi sapaan ketika bertemu. Hanya senyuman ketika mereka bertemu. Senyum yang sangat manis. Mereka tidak lagi bercakap-cakap, mereka memilih untuk diam. Yang ada hanya, tangan yang melingkar di pinggang, sandaran pipi di punggung sang pengemudi, genggaman tangan mereka berdua, dan setiap hari ciuman tangan sang pengemudi ke telapak tangan yang dibonceng. Sang pengemudi sengaja membeli jenis helm yang terbuka dan bahkan ia rela tidak memakai penutup mulut dan hidung, agar ia, setiap hari, bisa mencium tangan permaisuri yang diboncengnya.
Demikian cinta mereka di atas sepeda motor. Tidak ada kata-kata. Sama sekali diam. Hanya cinta membara yang makin membasahi hati mereka masing-masing.
Entah sampai kapan...
tidak ada percakapan, tidak ada basa-basi, tidak ada sentuhan fisik.
Semuanya berlalu begitu normal begitu cepat.
Malangnya hal itu tidak berlaku hanya sekali, melainkan berulang kali. Untuk berada satu motor dengan orang lain, "yang dibonceng" pun sudah merasa tidak enak, jadi dia memilih untuk tidak macam-macam. Hanya ucapan terima kasih ketika sampai dan sapaan ringan ketika bertemu. Yang empunya "yang dibonceng" tidak curiga, kebetulan "sang pengemudi" juga mengenalnya.
Lama-kelamaan "yang dibonceng" merasa tidak enak, akhirnya ia memulai:
suatu perkataan basa-basi
yang merupakan awal dari hubungan mereka yang makin dalam. Sang pengemudi menanggapinya dengan lugas dan sedikit ketus. Kebetulan sang pengemudi memang sangat cuek. Yang dibonceng diperlakukan seperti itu malah semakin merasa aman. Maklum yang dibonceng tidak suka keheningan, kediaman; tidak suka KESENDIRIAN.
Ia kembali membuka percakapan itu. Ia mulai mempertanyakan perihal yang cukup dalam, yang membuat sang pengemudi harus menjelaskan dengan agak panjang. Kecepatan motor itu mulai berkurang menjadi sekitar 55 km/jam. Pembicaraan mulai melibatkan pemikiran-pemikiran mereka sehari-hari. Rahasia-rahasia dalam pemikiran mereka yang sering terulang di alam maya mereka namun yang mereka pilih untuk mereka abaikan pun di sampaikan di atas sepeda motor itu.
Pemikiran-pemikiran aneh, yang lucu bahkan yang konyol mereka candakan. Akhirnya mereka tertawa bersama. Yang dibonceng mulai memukul punggung sang pengemudi.
Itulah sentuhan fisik mereka yang pertama. Mereka tertawa bersama.
Pembicaraan mereka berulang, hari lepas hari. Memang tidak setiap hari, namun hal itu sudah seperti kebutuhan. Suatu rutin yang tidak enak kalau dilepaskan. Bahkan, mereka bersedia meninggalkan beberapa hal lainnya untuk melangsungkan pembicaraan di atas sepeda motor itu.
Suatu hari yang dibonceng lupa membawa sapu tangannya. Sapu tangan itu, biasa digunakan olehnya untuk menutupi mulut dan hidungnya dari debu. Udara di kota itu memang jelek sekali. Debu dan asap di mana-mana, yang dibonceng tidak tahan, Ia memilih merapatkan mukanya, sambil menutupi mulut dan hidungnya dengan kedua telapak tangan, ke punggung sang pengemudi. Sang pengemudi tersentak. Ia menangkap sinyal itu. Kemudian ia melambatkan sedikit motornya, agar yang dibonceng tidak terlalu menderita. Motor itu kemudian melaju dengan kecepatan 40 km/jam. Selain itu sang pengemudi menangkap sinyal yang lain. Suatu sinyal yang tak pernah Ia rasakan sebelumnya. Ia tidak kuasa menahannya. Ia ingin, yang dibonceng terus bersandar kepadanya.
Bahkan ketika yang dibonceng pun pulang malam, sang pengemudi mencari-cari alasan agar ia juga sepertinya pulang malam. Agar tidak ketahuan, sang pengemudi tidak melakukannya setiap kali. Ia pintar, ia memilih waktu-waktu tertentu.
Begitu pula dengan yang dibonceng. Kerap, ia memilih untuk tidak membawa sapu tangannya, hanya agar ia bisa bersandar ke punggung sang pengemudi. Sesekali ia curi-curi. Bukannya menutupi mulut dan hidungnya, ia menyandarkan pipinya ke punggung sang pengemudi, dengan alasan kecapekan. Di lain waktu, sambil memejamkan matanya ia mengeluskan pipinya itu ke punggung sang pengemudi. Pegangannya puna mulai berubah. Besi yang melingkari tempat duduk di bagian belakang motor itu, tidak lagi menjadi dasar pegangan yang dibonceng. Ia memilih untuk memegang jaket sang pengemudi. Jaket berwarna hitam, yang semenjak motor itu berlari makin lambat, selalu harum dan bersih.
Cerita mereka makin dalam. Ketika sudah tidak di jalan besar, motor makin melambat, kini kecepatannya sekitar 20 km/jam. Motor itu agak oleng ke kanan dan ke kiri. Namun mereka tetap berbicara, bercanda sambil sang pengemudi. Itu adalah momen favorit mereka. Anehnya "yang dibonceng" tidak pernah bercerita tentang sang empunya "yang dibonceng". Entah karena tidak enak atau apa, ia tidak pernah memilih topik itu. Begitu juga dengan sang pengemudi, ia tidak pernah mempertanyakan hal itu kepada yang dibonceng. Ada rasa sakit yang amat tajam kalau ia menanyakannya. Ia pernah menanyakannya sekali, namun ia rasa itu sudah cukup untuk menjaga stabilitas rutin mereka setiap sore itu.
Suatu kali pegangan yang dibonceng, tidak lagi berada di Jaket punggung belakang. Kali ini ia melingkarkan tanggannya dipinggang sang pengemudi. Itu adalah reflek. Karena rem mendadak dari sang pengemudi. Sang pengemudi melihat ke bawah. Ada rasa yang sangat... sangat... sangat... akh, tidak bisa digambarkan dengan kata-kata ketika tangan itu melingkar di pinggang sang pengemudi. Itu adalah surga sang pengemudi. Ia ingin tangan itu tetap melingkar dan tidak pernah ditarik lagi kebelakang. Namun keinginan tinggallah keinginan, tangan itu kemudian kembali ke asalnya, bahkan kembali ke besi di belakang. Sang pengemudi amat kecewa.
Gaya mengemudi sang pengemudi kini berubah, ia lebih sering ngerem mendadak. Sesekali siasatnya berhasil. Tangan itu, dengan reflek kembali melingkar dipinggang sang pengemudi. Dan surga itu kembali ia rasakan. Surga itu menjadi candu baginya, dan ingin sekali ia merasakannya setiap saat.
Suatu hari, beberapa bulan dari semuanya itu dimulai, motor itu, entah kenapa berlari kembali sangat kencang. Kecepatannya kembali menjadi 70 km/jam, bahkan sampai 80 km/jam. Yang dibonceng bingung. Teramat bingung kenapa menjadi seperti ini.
Kenapa tidak ada lagi percakapan itu...
Kenapa tidak ada lagi canda tawa itu...
Kenapa ia mesti membeli dua masker penutup sih...
Kenapa motor itu berlari semakin kencang... dan yang paling sakit dia rasakan,
Kenapa tidak ada lagi rem mendadak... surga itu...
Ia bingung. Sangat bingung. Apa yang terjadi dengan sang pengemudi. Kenapa ia menjadi sangat berubah, pikirnya. Ia sering merenungkannya. Bahkan ketika malam, ketika "yang dibonceng" dan empunya sedang bersetubuh. Ia tidak bisa menghilangkan sang pengemudi dari pikirannya. Gestur-gestur kecil yang dibuat sang pengemudi sekalipun ia pikirkan.
Kira-kira apa yah maksud dia mengangkat kedua tangan tadi sore?
Apakah dia ingin menarik perhatianku?
Tapi kenapa tidak ada lagi pembicaraan itu?
Kenapa motor itu berlari kembali sangat cepat?
Kenapa yah?
Kenapa?
Kini air mulai menetes dari mata yang dibonceng. Baginya itu terlalu sakit. Untuk di-cuek-i oleh sang pengemudi.
Kenapa Perwiraku?
Kenapa Ksatria penunggangku?
Apa yang terjadi?
Kenapa tidak kau katakan saja yang dalam hatimu?
Motor itu berlari dengan kecepatan 80 km/jam, ketika kendaraan lain tiba-tiba melintas dari jarak 20 meteran. Sang pengemudi salah perhitungan. Dengan cepat ia menekan kedua rem tangan dan kaki. Bunyi decitan rem sangat keras terdengar, sampai semua orang melihat ke mereka. Namun bukan itu yang menarik perhatian sang pengemudi. Melainkan dua tangan yang saat ini melingkar di pinggangnya. Mereka berhenti sesaat, dan kemudian melaju lagi. Ada yang aneh. Sesuatu yang sangat aneh dirasakan sang pengemudi. Ya, itu dia.
Kedua tangan itu tetap melingkar dipinggangnya.
Ia tunggu sesaat, beberapa saat, cukup lama, tangan itu tetap berada pada tempatnya. Kemudian sesuatu menempel dipunggung belakangnya. Itu adalah pipi yang dibonceng. Ia memejamkan matanya, mengelus-eluskan pipinya, kemudian mengeratkan pegangan tangannya yang melingkar di pinggang sang pengemudi. Motor itu melambat sesaat 40 km/jam. Kemudian tangan kiri sang pengemudi, dengan sangat berhati-hati, meraih kedua tangan itu, menempelkannya di tangan itu, kemudian menggenggam telapak tangan yang dibonceng. Yang dibonceng merespon, ia membalas genggaman tangan sang pengemudi. Tangan itu tergenggam cukup lama.
Kini kepala sang pengemudi berdiri dengan lebih tegak. Ia sudah memilikinya. Dia adalah orang terbahagia di dunia. Ia tidak lagi memerdulikan apa-apa. Ia berasa sudah punya semuanya.
Demikian mereka, kini tidak ada lagi sapaan ketika bertemu. Hanya senyuman ketika mereka bertemu. Senyum yang sangat manis. Mereka tidak lagi bercakap-cakap, mereka memilih untuk diam. Yang ada hanya, tangan yang melingkar di pinggang, sandaran pipi di punggung sang pengemudi, genggaman tangan mereka berdua, dan setiap hari ciuman tangan sang pengemudi ke telapak tangan yang dibonceng. Sang pengemudi sengaja membeli jenis helm yang terbuka dan bahkan ia rela tidak memakai penutup mulut dan hidung, agar ia, setiap hari, bisa mencium tangan permaisuri yang diboncengnya.
Demikian cinta mereka di atas sepeda motor. Tidak ada kata-kata. Sama sekali diam. Hanya cinta membara yang makin membasahi hati mereka masing-masing.
Entah sampai kapan...
Tuesday, August 26, 2008
Janganlah Menahan Kasih
Dunia saat ini sedang sekarat. Perang di mana-mana, kemiskinan, kelaparan, saling membenci, dendam, kemarahan, semua menodai atmosfer bumi belakangan ini.
Coba tilik kembali anak-anak di luar sana, di negeri yang jauh dari tempat kediaman kita, yang sama sekali tidak pernah terlintas di depan kita. Hari lepas hari mereka habiskan dengan perut kelaparan. Atau, mereka yang menghabiskan waktunya menangisi kedua orang tuanya yang hancur tubuhnya akibat ledakan mendadak dari bom yang dipasang saudaranya sesama manusia. Atau, tilik juga, mereka-mereka yang hari lepas hari mereka habiskan dengan mencemaskan ayahnya, atau suaminya berperang di negeri yang amat jauh.
I must say:
Memang tidak sedikit orang yang memilih untuk menjalani kadar emosi yang normal dari pada emosi yang meluap-luap dan meledak-ledak. Di dunia kerja hal ini sangat diterima. Hal ini sejalan dengan suatu prinsip bodoh yang bernama Profesionalisme. Sejujurnya, aku pun seperti itu. Aku memilih keadaan emosi yang tidak ekstrim, tidak meluap-luap dan tidak gegabah.
Namun, nampaknya hal itu harus ku ubah dengan perlahan, dengan bijak. Aku harus bisa mengungkapkan kasihku, cintaku, sayangku. Bukannya apa-apa, ini terjadi hanya karena satu hal:
Setiap saat, ketika aku membagi cinta untuk orang lain, membagi kasih untuk sesama, dan membagi sayang untuk saudaraku, aku percaya aku pula sedang ikut berperang melawan kebencian itu di seluruh dunia. Mungkin efeknya tidak langsung diterima oleh orang-orang/anak-anak yang berada nun jauh di negeri seberang sana, tapi aku percaya
Mari bergabung bersama... katakan cinta, kasih, sayang kepada anak anda, pasangan anda, orang tua anda, orang-orang di sekitar anda, semuanya ekspresikan itu, terserah kita caranya.
Sekali lagi, jangan tahan kasih itu. Orang-orang di luar sana membutuhkannya.
Coba tilik kembali anak-anak di luar sana, di negeri yang jauh dari tempat kediaman kita, yang sama sekali tidak pernah terlintas di depan kita. Hari lepas hari mereka habiskan dengan perut kelaparan. Atau, mereka yang menghabiskan waktunya menangisi kedua orang tuanya yang hancur tubuhnya akibat ledakan mendadak dari bom yang dipasang saudaranya sesama manusia. Atau, tilik juga, mereka-mereka yang hari lepas hari mereka habiskan dengan mencemaskan ayahnya, atau suaminya berperang di negeri yang amat jauh.
I must say:
Terlalu banyak kebencian, kecemasan, ketakutan, ketidakadilan, di muka bumi ini.Dan percayalah, hanya ada satu yang bisa menutupi semua itu.
Kasih, Cinta, SayangSungguhpun kita enggan mengatakannya, katakanlah, bahwa aku mengasihimu, aku menyayangimu, aku mencintaimu. Dan psssttt... aku punya suatu rahasia. Katakanlah itu berulang kali, karena MANUSIA LUPA.
Memang tidak sedikit orang yang memilih untuk menjalani kadar emosi yang normal dari pada emosi yang meluap-luap dan meledak-ledak. Di dunia kerja hal ini sangat diterima. Hal ini sejalan dengan suatu prinsip bodoh yang bernama Profesionalisme. Sejujurnya, aku pun seperti itu. Aku memilih keadaan emosi yang tidak ekstrim, tidak meluap-luap dan tidak gegabah.
Namun, nampaknya hal itu harus ku ubah dengan perlahan, dengan bijak. Aku harus bisa mengungkapkan kasihku, cintaku, sayangku. Bukannya apa-apa, ini terjadi hanya karena satu hal:
Dunia membutuhkannya.Perang itu sedang berlangsung. Saat hari demi hari udara di Bumi dipenuhi dengan pengkhianatan, kebencian, kecemburuan, segala hal yang berbau busuk. Harus ada yang menetralisasi hal ini. Bahkan kalau bisa melampauinya.
Setiap saat, ketika aku membagi cinta untuk orang lain, membagi kasih untuk sesama, dan membagi sayang untuk saudaraku, aku percaya aku pula sedang ikut berperang melawan kebencian itu di seluruh dunia. Mungkin efeknya tidak langsung diterima oleh orang-orang/anak-anak yang berada nun jauh di negeri seberang sana, tapi aku percaya
Kasih Menular.Siapapun yang terkena kasih, pasti tidak dapat menahannya. Ia pun akan meluapkan kasih itu ke orang lain di sekitarnya. Kasih menular, teknologi informasi sudah sangat canggih. Apa lagi yang kurang untuk menyebarkan cinta itu ke seluruh dunia.
Mari bergabung bersama... katakan cinta, kasih, sayang kepada anak anda, pasangan anda, orang tua anda, orang-orang di sekitar anda, semuanya ekspresikan itu, terserah kita caranya.
Sekali lagi, jangan tahan kasih itu. Orang-orang di luar sana membutuhkannya.
Sunday, August 17, 2008
Do You Love Indonesia?
Indonesia: Do you love me?
Me: Why suddenly asking? What for?
Indonesia: Just answer the question? Do you love me?
Me: But... what for?
Indonesia: I don't know, I just have this odd feeling that you have no crush on me left.
Me: How can you say that?
Indonesia: Do you?
Me: Ehmm... I don't know to say this, but.. but.. you're right
Indonesia: I knew it, I knew it, you just changed
Me: I don't know, it's just happen
Indonesia: But you were love me
Me: Yes, I know, but it's just disappear
Indonesia: How could you love me that time?
Me: I don't know, my friends love you, all my lecturers, all my communities love you, and I don't know, there, I just start loving you. But now, I'm no longer that kind of friends, that kind of spirit developers to love you. I just don't love you no more.
Indonesia: But, why? So you love me because of elses...
Me: Yes, It's true. I'm sorry.
Indonesia: So, to whom your love now is?
Me: I.. I.. I love my self. I love me. I love my life. I love my friend. I love my Job. I love anything about me.
Indonesia: Have you really loved me?
Me: I don't know. I'm sorry.
Indonesia: Is there any chance for you to love me back?
Me: I don't know, I love my self to much, and I don't think I like it if my life is disturbed.
Indonesia: Gosh, It's just hurt to hear that.
Me: I'm sorry. I'm just being honest.
Indonesia: Yeah. But you always said you love me. You work for me. You do your job for me.
Me: Yeah, I thought I love you. I'm doing my Job for other people
Indonesia: Yeah, but my people.
Me: I don't know. I think I'll do it for every one, every people.
Indonesia: I count it as your fight with me.
Me: Up to you, but I don't think it's true. It's just make you hurt more.
Indonesia: Don't you remember how hard I got my Independence? All of your former fathers. All of those heroes?
Me: I.. honestly, I don't care with it.
Indonesia: For God sake, Don't you want to love me?!
Me: I don't know. I love my life too much right now.
Indonesia: Yeah, but a shallow life.
Me: Yes, it's true. But I love it. I don't know if I can get out of it.
Indonesia: Don't you want to fight for me, so I can be famous all around the world.
Me: I do want to, but I don't know how.
Indonesia: You can do what you always do for me.
Me: What?
Indonesia: Your prayers. Every night.
Me: Hmmh.. you know I rarely pray right now.
Indonesia: Yeah, I know it. But please, every time you pray, please remember me. I'm very blessed with it.
Me: Okay. I'll remember you. I hope for.
Indonesia: Thank you. I just hope God will change you lot, so you can fight back for me. You're just a very good person. I'll be loosing you if you don't come back soon.
Me: Yeah, I hope that too. I hope I can let go my ego soon and back to the real fight for this country.
Indonesia: Yeah. I pray for that. So you can come back to me.
Me: Thanks.
Indonesia: I'll be waiting you; faithfully.
Happy Independence Day Indonesia, the 63th. God bless you.
Saturday, August 16, 2008
Viva Indonesia!
Apakah yang lebih membanggakan? 16 Agustus 2008, berdiri di suatu podium dengan level tertinggi, di kelilingi oleh berbagai orang dari seluruh dunia, semua mata memandang, dan (ini yang terbaik) lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, memenuhi seluruh stadium, dan semua orang di sana, semua, yang dari seluruh dunia itu, dipaksa mendengar komposisi W.R Supratman.
Nada-nada yang dimainkan teramat miris, tidak berlebihan jikalau putra kita Markis Kido boleh tertangis di podium kebanggan itu. Siapakah yang tak akan tertangis dengan kondisi seperti itu? Saya pernah dalam kondisi seperti itu. Indonesia Raya berkumandang di dengarkan oleh seluruh orang dari seluruh dunia, Olympic Choir, Bremen, 2005. Rangking tertinggi itu memang bukan aku, paduan suaraku yang mendapatkan, melainkan paduan suara Indonesia lainnya, tetapi ketika Indonesia Raya diperdengarkan ke seluruh dunia, tidak ada hal yang lebih tepat untuk dilakukan kecuali mengepalkan tangan di dada, turut bernyanyi, terisak-isak, meneteskan air mata saat Merah Putih perlahan naik ke puncak yang paling tinggi. Tidak lagi peduli dengan suara fals karena isak tangis, yang dipikirkan adalah aku untuk Indonesiaku. Tidak ada momen yang lebih indah dari pada itu.
Bangsa ini boleh bersedih, menderita karena kelakukan anak bangsa yang keterlaluan sehingga bangsa ini terpuruk makin dalam. Atau karena bencana yang melanda di mana-mana. Atau hal lainnya. Tetapi bukan berarti tidak ada harapan. Menyaksikan Merah Putih dikerek di tiang bendera ke tempat yang paling tinggi:
Harapan bahwa masih ada anak-anak bangsa yang mau bekerja keras untuk bangsanya. Dengan sportivitas yang tinggi membangun dirinya, hanya untuk bangsanya.
Indonesia Raya. Markis Kido dan Hendra Setiawan, Puji Tuhan!, akhirnya bisa diperdengarkan di kancah dunia lewat kemenangan mereka di cabang olah raga Ganda Putra Bulutangkis. Tuhan, akhirnya... kesuksesan Ricky/Rexy, Gunawan/Chandra Wijaya akhirnya terulang. Begitu juga di kategori Tunggal Wanita, Maria Kristin tidak boleh dilupakan. Sekalipun dikeroyok oleh pemain China, Srikandi kita ini mampu menggores sejarah dengan mengalahkan unggulan 2 China Lu Lan untuk medali perunggu.
Aku yakin, saat Markis Kido dan Hendra Setiawan bertanding, banyak opini pendek tentang Indonesia oleh penonton di seluruh dunia. Yang terpikirkan olehku adalah:
"Udahlah, China kan udah banyak emasnya, kasihan, bagi-bagi dong ama negara lain"
atau,
"Moga-moga negara teroris ini kalah. Ngapain negara teroris dapat emas"
atau,
"Ayo Indonesia, buktikan kebolehanmu di kancah Internasional, sekalipun engkau kecil, miskin, tetapi engkau bisa mendapatkan emas itu"
Aku juga berpikir hal yang sama saat Korea Utara bertanding di cabang olahraga angkat besi. Sekalipun negara itu teramat miskin dan susah, namun itu tidak menahan putra putri bangsanya untuk berprestasi dan membuktikan keseriusan bangsa itu.
Apakah yang lebih indah dari:
17 Agustus, seluruh dunia menatap, Indonesia Raya berkumandang, Merah Putih perlahan naik ke atas, ke Podium yang paling tinggi, dengan diiringi Bendera Korea Selatan di tempat kedua, dan selanjutnya juga diikuti Merah Putih?
Liliyana Natsir, Nova Widiyanto, kumohon Tuhan, raihlah emasmu
Flandy Limpelle, Marissa Vita, kumohon Tuhan, renggut perunggu itu
Untuk Tuhan dan Bangsa.
Viva Indonesia!
Hiduplah tanahku hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah Jiwanya bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya
Nada-nada yang dimainkan teramat miris, tidak berlebihan jikalau putra kita Markis Kido boleh tertangis di podium kebanggan itu. Siapakah yang tak akan tertangis dengan kondisi seperti itu? Saya pernah dalam kondisi seperti itu. Indonesia Raya berkumandang di dengarkan oleh seluruh orang dari seluruh dunia, Olympic Choir, Bremen, 2005. Rangking tertinggi itu memang bukan aku, paduan suaraku yang mendapatkan, melainkan paduan suara Indonesia lainnya, tetapi ketika Indonesia Raya diperdengarkan ke seluruh dunia, tidak ada hal yang lebih tepat untuk dilakukan kecuali mengepalkan tangan di dada, turut bernyanyi, terisak-isak, meneteskan air mata saat Merah Putih perlahan naik ke puncak yang paling tinggi. Tidak lagi peduli dengan suara fals karena isak tangis, yang dipikirkan adalah aku untuk Indonesiaku. Tidak ada momen yang lebih indah dari pada itu.
Bangsa ini boleh bersedih, menderita karena kelakukan anak bangsa yang keterlaluan sehingga bangsa ini terpuruk makin dalam. Atau karena bencana yang melanda di mana-mana. Atau hal lainnya. Tetapi bukan berarti tidak ada harapan. Menyaksikan Merah Putih dikerek di tiang bendera ke tempat yang paling tinggi:
Itu adalah harapan
Harapan bahwa masih ada anak-anak bangsa yang mau bekerja keras untuk bangsanya. Dengan sportivitas yang tinggi membangun dirinya, hanya untuk bangsanya.
Markis Kido, Hendra SetiawanTerima kasih telah menjadi contoh untuk kami.
Indonesia Raya. Markis Kido dan Hendra Setiawan, Puji Tuhan!, akhirnya bisa diperdengarkan di kancah dunia lewat kemenangan mereka di cabang olah raga Ganda Putra Bulutangkis. Tuhan, akhirnya... kesuksesan Ricky/Rexy, Gunawan/Chandra Wijaya akhirnya terulang. Begitu juga di kategori Tunggal Wanita, Maria Kristin tidak boleh dilupakan. Sekalipun dikeroyok oleh pemain China, Srikandi kita ini mampu menggores sejarah dengan mengalahkan unggulan 2 China Lu Lan untuk medali perunggu.
Aku yakin, saat Markis Kido dan Hendra Setiawan bertanding, banyak opini pendek tentang Indonesia oleh penonton di seluruh dunia. Yang terpikirkan olehku adalah:
"Udahlah, China kan udah banyak emasnya, kasihan, bagi-bagi dong ama negara lain"
atau,
"Moga-moga negara teroris ini kalah. Ngapain negara teroris dapat emas"
atau,
"Ayo Indonesia, buktikan kebolehanmu di kancah Internasional, sekalipun engkau kecil, miskin, tetapi engkau bisa mendapatkan emas itu"
Aku juga berpikir hal yang sama saat Korea Utara bertanding di cabang olahraga angkat besi. Sekalipun negara itu teramat miskin dan susah, namun itu tidak menahan putra putri bangsanya untuk berprestasi dan membuktikan keseriusan bangsa itu.
Apakah yang lebih indah dari:
17 Agustus, seluruh dunia menatap, Indonesia Raya berkumandang, Merah Putih perlahan naik ke atas, ke Podium yang paling tinggi, dengan diiringi Bendera Korea Selatan di tempat kedua, dan selanjutnya juga diikuti Merah Putih?
Liliyana Natsir, Nova Widiyanto, kumohon Tuhan, raihlah emasmu
Flandy Limpelle, Marissa Vita, kumohon Tuhan, renggut perunggu itu
Untuk Tuhan dan Bangsa.
Viva Indonesia!
Friday, August 15, 2008
Proklamasi KuGer HaMent
Thursday, August 14, 2008
Another Recording
Ini ada Recording terakhir gua.
Hehehe. Iseng aja.
Judulnya Allah Sumber Kuatku. Gospel song.
Gua suka musiknya.
Enjoy...
Allah Sumber Kuatku
Hehehe. Iseng aja.
Judulnya Allah Sumber Kuatku. Gospel song.
Gua suka musiknya.
Enjoy...
Allah Sumber Kuatku
Wednesday, August 13, 2008
Rindu Siaran Radio
Pagi itu, ketika aku berjalan dengan langkah (agak) cepat dan pasti menyusuri lorong Hotel hendak ke kantor klien, tiba-tiba aku menghentikan langkahku. Terlihat sedikit di sudut mata kananku suatu pemandangan yang sudah lama sekali aku tidak lihat, yang sudah lama sekali aku tidak nikmati. Padahal aku sedang bergegas pagi itu. Aku sudah ada janji integrasi dengan klien, namun kemudian aku berhenti. Aku mundur beberapa langkah. Aku kemudian menengok ke sebelah kanan. Yah, di sana pemandangan itu.
Sudah lama sekali aku tidak melihat itu. Satu set mixer, lengkap dengan speaker monitor, beberapa mikrofon, seperangkat komputer untuk pemutar lagu, earphone untuk memonitor suara, bintang tamu, sang operator, dinding berlapis karpet untuk peredam dan berbagai peralatan unik lainnya dalam suatu studio siaran.
Kira-kira begitu biasanya kalimat pembuka gua setiap siaran pagi. Waktu itu gua sedang bergelut dengan susahnya mata kuliah jurusan di semester 8. Dan emang gua agak sedikit sulit mengerti semua pelajaran Teknik Telekomunikasi itu. Pusing gua menghadapinya. Makanya gua lebih memilih jalur entertainment buat aktualisasi diri. Secara, kuliah sambil jadi penyiar emang cita-cita gua sejak jaman dulu kala.
Salah satu jadwal siaran gua adalah Jumat Pagi jam 7. Waktu tempuh kos-an ke Studio sekitar 40 menit, dan gua harus tiba 15 menit sebelum acara mulai. Makanya, setiap jumat pagi gua akan bangun jam 05.00 pagi. Mengambil waktu teduh sejenak, mandi, dan akhirnya bergerak dari kos-an pukul 06.00. Begitu nyampe gua akan menyiapkan semua lagu dan bahan siaran yang udah gua susun malam sebelumnya.
Dan yang paling gua suka dari siaran pagi adalah saat diperjalanan gua sudah melihat senyum pagi Bandung yang indah dan ceria. Dan gak ada lagi keinginan gua yang terbesar selain membagikan keceriaan pagi itu kepada seluruh pendengar waktu itu. Itu saja. Gak ada yang lain. Biasanya gua akan putar lagu-lagu bersemangat nan high beat, supaya seluruh pendengar tuh ikutan semangat pagi itu. Dan gak jarang juga, para pendengar itu pada nelponin gua ketika iklan atau lagu diputar. Buat gua, itu kesempatan untuk menebarkan semangat pagi.
Sekarang bayangkan:
Wow... I miss those things so much.
Ironisnya, gua harus mengejar kuliah setelah siaran jam 10 pagi yang sama. Udah semangat-semangat mesti diperhadapkan lagi sama tugas dan ujian. Huh?! Hahahahahaha.
Sudah lama sekali aku tidak melihat itu. Satu set mixer, lengkap dengan speaker monitor, beberapa mikrofon, seperangkat komputer untuk pemutar lagu, earphone untuk memonitor suara, bintang tamu, sang operator, dinding berlapis karpet untuk peredam dan berbagai peralatan unik lainnya dalam suatu studio siaran.
Sembilan dua koma lima Maestro FM, how sweet the sound, selamat pagi sobat Maestro, apakah anda bersemangat pagi ini? Wow, pagi ini indah sekali sobat sekalian, sepanjang perjalanan tadi saya sudah melihat senyum-senyum bertaburan, semangat pagi para anak sekolah, dan nyanyian kecil para penyanyi jalanan. Ayo sobat Maestro, jangan sampai kehilangan semangat pagi ini. Yuk, untuk sobat-sobat yang belum bangun, masih bermalas-malasan, masih dibungkus selimut, sudah waktunya kita untuk bangun. Kita mau bersyukur pagi ini untuk hari yang Tuhan sudah beri buat kita. Hayuk sobat sekalian, sambil kita mengendorkan otot-otot kita, berikut saya putarkan pujian yang membangkitkan semangat kita pagi hari ini. Bersyukurlah dari Trueworshippers, saya akan putarkan untuk sobat sekalian yang pagi ini belum bersyukur untuk pagi yang cerah ini.
Kira-kira begitu biasanya kalimat pembuka gua setiap siaran pagi. Waktu itu gua sedang bergelut dengan susahnya mata kuliah jurusan di semester 8. Dan emang gua agak sedikit sulit mengerti semua pelajaran Teknik Telekomunikasi itu. Pusing gua menghadapinya. Makanya gua lebih memilih jalur entertainment buat aktualisasi diri. Secara, kuliah sambil jadi penyiar emang cita-cita gua sejak jaman dulu kala.
Salah satu jadwal siaran gua adalah Jumat Pagi jam 7. Waktu tempuh kos-an ke Studio sekitar 40 menit, dan gua harus tiba 15 menit sebelum acara mulai. Makanya, setiap jumat pagi gua akan bangun jam 05.00 pagi. Mengambil waktu teduh sejenak, mandi, dan akhirnya bergerak dari kos-an pukul 06.00. Begitu nyampe gua akan menyiapkan semua lagu dan bahan siaran yang udah gua susun malam sebelumnya.
Dan yang paling gua suka dari siaran pagi adalah saat diperjalanan gua sudah melihat senyum pagi Bandung yang indah dan ceria. Dan gak ada lagi keinginan gua yang terbesar selain membagikan keceriaan pagi itu kepada seluruh pendengar waktu itu. Itu saja. Gak ada yang lain. Biasanya gua akan putar lagu-lagu bersemangat nan high beat, supaya seluruh pendengar tuh ikutan semangat pagi itu. Dan gak jarang juga, para pendengar itu pada nelponin gua ketika iklan atau lagu diputar. Buat gua, itu kesempatan untuk menebarkan semangat pagi.
Sekarang bayangkan:
Pagi itu gua hanya sendiri di ruang studio. Siaran pagi belum ada operator. Hanya gua sendiri berbicara kepada mikrofon tanpa sama sekali mengetahui apakah gua didengar atau tidak. Dan, biasanya lagu-lagu yang gua putar adalah high beat. Dan, yang biasanya gua lakukan adalah gua menari-nari sendiri di dalam studio. Joget-joget sendiri sambil menyambut kedatangan satu-satu pegawai Perusahaan Media Periklanan tersebut. Seru banget! Gua kangen banget tarian pagi itu. Sendirian. Tanpa tahu ada yang mendengarkan atau tidak. Tapi semangat sekali, dengan harapan orang lain akan terbakar juga semangatnya.
Wow... I miss those things so much.
Ironisnya, gua harus mengejar kuliah setelah siaran jam 10 pagi yang sama. Udah semangat-semangat mesti diperhadapkan lagi sama tugas dan ujian. Huh?! Hahahahahaha.
Tuesday, August 12, 2008
Medali Kedua
Medali kedua Indonesia Medali Perunggu, dipersembahkan oleh:
Triyatno Cabang angkat besi pria 62 Kg.
Wow... awesome. Hey you countries all around the world, sekarang kalian harus hati-hati dengan Indonesia di cabang olah raga ini. Sudah menjadi catatan sejarah, Indonesia mampu meraih medali "dengan mudah" setiap olimpiade.
Medali Perunggu ini dipersembahkan Triyatno (21 tahun) dengan total angkatan 298 berasal dari 135 snatch dan 163 clean & jerk. Sementara itu medali perak diraih atlit Columbia Salazar Diego dengan total angkatan 305 dan Medali Emas diraih oleh lifter China, Zang Xiangxiang, dengan total angkatan 319.
Medali kedua ini menempatkan Indonesia berada di urutan ke-30 bersama dengan Brazil dengan 2 medali perunggu.
Maju terus Indonesia!!
NB: Btw, kenapa yah kalo soal angkat mengangkat beban Indonesia sangat jago. Mungkin karena beban bangsa ini memang sudah sangat berat yah dan harus segera dilemparkan jauh-jauh. Hehehe.
Triyatno Cabang angkat besi pria 62 Kg.
Wow... awesome. Hey you countries all around the world, sekarang kalian harus hati-hati dengan Indonesia di cabang olah raga ini. Sudah menjadi catatan sejarah, Indonesia mampu meraih medali "dengan mudah" setiap olimpiade.
Medali Perunggu ini dipersembahkan Triyatno (21 tahun) dengan total angkatan 298 berasal dari 135 snatch dan 163 clean & jerk. Sementara itu medali perak diraih atlit Columbia Salazar Diego dengan total angkatan 305 dan Medali Emas diraih oleh lifter China, Zang Xiangxiang, dengan total angkatan 319.
Medali kedua ini menempatkan Indonesia berada di urutan ke-30 bersama dengan Brazil dengan 2 medali perunggu.
Maju terus Indonesia!!
NB: Btw, kenapa yah kalo soal angkat mengangkat beban Indonesia sangat jago. Mungkin karena beban bangsa ini memang sudah sangat berat yah dan harus segera dilemparkan jauh-jauh. Hehehe.
Sunday, August 10, 2008
Piss Off
It's been a while since I got piss off like this. I was really really pissed off. Really.
The story began last night when my friend called me at my cellular phone:
I know him. He will not made it to get up that morning. The previous two chances, he failed to fulfill his promise. For the last couple months in weekend, he would just got up at 12 noon or longer. But then I gave him the next chance. Yes, I gave him the next chance.
There, I got up in the morning from my bed. I did my small prayer, I took my guitar and I did singing. I showered my self and prepared for the present quest for one of our birthday friend. After bath I choose to put my short first, I knew my friend will not be woke up till 10.00 or something. Thus, I put my short and shirt and prepared for my breakfast. It was 9.30. Morning means 9 to 11 to me.
I'd waited for his call since 9 o'clock. After breakfast at 10, I started to get annoyed. This man was still not woke up I supposed. I started to really get angry since 10.30 he still not made any call. "Damn! What are you doing man? Come on wake up!", I said to my self. I could just phoned him first, but If I called him, it could not be call a chance. Thus, I rely on him to make call first.
I started to cleaned my stuff while waiting. I brushed my shoes (damn, why didn't I brushed my bag), I took care of my room and entire house, then I warmed up the car. I did some cleaning Saturday morning routine, but it's just for killing the time. The main purposed was waiting for my friend call.
I promised to my self. 11.30 if he still not show up, I canceled the quest. And yet, It was 11.30, I send him a message.
Still, no response from him. I stared to be very angry, why didn't he ask for apologized?
Yet, my brother also canceled the driving lesson. Byarr!! My day was ruining. I got lazy to did anything. I didn't know what to do, all the appointments were canceled. I sent my friend a new message:
Still no response. It was 13.00 and no response. Then, I started to watched the Saint Seiya movie series which I borrowed from AW. It was really cool. The stories are very creative. I watched the Hades season, and not like the previous season which full of repetition, this season are full with surprises.
Back to the topic, at around 14.00, finally my friend sent me a message:
I type a message for reply, but then come the attack from Saint Seiya and I got exciting with movie. I forgot the reply. Until suddenly new message come:
"Hahahaha. You can't be helped man! Don't you ever make any promise with me again. You're ruining my trust. Weirdo! Hahaha."
Yap, it was a funny message, but I mean it seriously. I would not ever to trust him anymore.
In the evening we were met at the choir rehearsal, and as I am an expressive person, I told him how much he made me pissed off. Yeah, he catch my message. I was totally blame him for this. The atmosphere getting very unpleasant. But I could not refuse it. I was totally pissed of. He asked me apologized by quote a verse from the Bible. I never read it. I'm too angry to did that.
Then in my night bed, I realized something. I did even worser to God. Something which are very disgusting. But still, he forgive me. He is not just forgive me, but he also give me another chance. Not just one chance, but more and more chances until I can grow and learn. Praise Him for this! For this, I have reason to forgive my friend. There, at the service, I was totally forgive him, as I totally forgiven by God.
To be honest, thing will never be the same again right now. Now I limit my trust to my friend. It's just very traumatic for me to wait from 9 to 14 without any canceled confirmation. I know my friend is kind of "free as a bird flee" person, but still, I can not make and adjustment by only knowing that. I don't know, but as I limit my trust and put some distance, maybe I could think objectively which kind of friend who can lead me forward, or just kept hold me behind.
The story began last night when my friend called me at my cellular phone:
me : Ya!
friend : I haven't searched the present. Could we just find it together tomorrow morning?
me : Ok. But can you really get up in the morning? I don't think you can.
friend : Ease, only to get up in the morning, give me a break! It's done.
me : You sure?
friend : Of course! I will call you
me : You sure? What time?
friend : Of course.
me : What time?
tuut... tuut... tuut... He hung off the phone.
I know him. He will not made it to get up that morning. The previous two chances, he failed to fulfill his promise. For the last couple months in weekend, he would just got up at 12 noon or longer. But then I gave him the next chance. Yes, I gave him the next chance.
There, I got up in the morning from my bed. I did my small prayer, I took my guitar and I did singing. I showered my self and prepared for the present quest for one of our birthday friend. After bath I choose to put my short first, I knew my friend will not be woke up till 10.00 or something. Thus, I put my short and shirt and prepared for my breakfast. It was 9.30. Morning means 9 to 11 to me.
I'd waited for his call since 9 o'clock. After breakfast at 10, I started to get annoyed. This man was still not woke up I supposed. I started to really get angry since 10.30 he still not made any call. "Damn! What are you doing man? Come on wake up!", I said to my self. I could just phoned him first, but If I called him, it could not be call a chance. Thus, I rely on him to make call first.
I started to cleaned my stuff while waiting. I brushed my shoes (damn, why didn't I brushed my bag), I took care of my room and entire house, then I warmed up the car. I did some cleaning Saturday morning routine, but it's just for killing the time. The main purposed was waiting for my friend call.
I promised to my self. 11.30 if he still not show up, I canceled the quest. And yet, It was 11.30, I send him a message.
"You are awful man! If you can not accomplish your promise, please don't make any. Btw, the quest is canceled, It too noon. I have promised with my brother." My brother wanted me to teach him driving."
Still, no response from him. I stared to be very angry, why didn't he ask for apologized?
Yet, my brother also canceled the driving lesson. Byarr!! My day was ruining. I got lazy to did anything. I didn't know what to do, all the appointments were canceled. I sent my friend a new message:
"My brother canceled the driving lesson, come on, let's go for the quest. Got up!"
Still no response. It was 13.00 and no response. Then, I started to watched the Saint Seiya movie series which I borrowed from AW. It was really cool. The stories are very creative. I watched the Hades season, and not like the previous season which full of repetition, this season are full with surprises.
Back to the topic, at around 14.00, finally my friend sent me a message:
"I'm sorry 'hat, I just woke up. I watched for the movies from you and my friend all night long. I got dizzy when I woke up."
I type a message for reply, but then come the attack from Saint Seiya and I got exciting with movie. I forgot the reply. Until suddenly new message come:
"I will continue my sleep ah... consider it is not evening yet. Hahaha. Zzz... zzz... "What?!! I had been waiting you since 9 and you canceled the promise by sleeping. There it goes for the 3rd chance. Honestly, I don't know if I can trust him anymore. If it was some body else, I will not took it seriously, but this came from some one who I can trust (or maybe who I think I could trust). It got me really pissed off. Really! It was totally ruining my day. Then I just replied.
"Hahahaha. You can't be helped man! Don't you ever make any promise with me again. You're ruining my trust. Weirdo! Hahaha."
Yap, it was a funny message, but I mean it seriously. I would not ever to trust him anymore.
In the evening we were met at the choir rehearsal, and as I am an expressive person, I told him how much he made me pissed off. Yeah, he catch my message. I was totally blame him for this. The atmosphere getting very unpleasant. But I could not refuse it. I was totally pissed of. He asked me apologized by quote a verse from the Bible. I never read it. I'm too angry to did that.
Then in my night bed, I realized something. I did even worser to God. Something which are very disgusting. But still, he forgive me. He is not just forgive me, but he also give me another chance. Not just one chance, but more and more chances until I can grow and learn. Praise Him for this! For this, I have reason to forgive my friend. There, at the service, I was totally forgive him, as I totally forgiven by God.
To be honest, thing will never be the same again right now. Now I limit my trust to my friend. It's just very traumatic for me to wait from 9 to 14 without any canceled confirmation. I know my friend is kind of "free as a bird flee" person, but still, I can not make and adjustment by only knowing that. I don't know, but as I limit my trust and put some distance, maybe I could think objectively which kind of friend who can lead me forward, or just kept hold me behind.
Medali Pertama
Baru saja baca-baca hasil perolehan medali Olimpiade Beijing 2008. Dan gua menemukan:
Medali yang diraih oleh atlit Indonesia adalah Medali Perunggu yang dipersembahkan oleh Irawan Eko Yuli dari cabang olah raga Angkat Besi Pria kategori 56 Kg. Puji Tuhan! Kejutan yang sama yang dipersembahkan atlit-atlit angkat besi nasional 4 tahun lalu di Athena, Yunani. 4 tahun lalu Indonesia berhasil menyabet 1 Perak dan 1 Perunggu dari cabang olah raga ini. Pun begitu, keberhasilan Lisa Rumbewas yang 4 tahun lalu berhasil meraih medali perak tidak terulang di tahun ini. Lisa harus puas berada di urutan ke empat dan tidak menghasilkan apapun.
Indonesia boleh berbangga lewat putra bangsa ini. Pria yang baru berumur 19 tahun ini sudah mampu mempersembahkan medali perunggu untuk bangsa ini. Bukan itu saja, Pria ini juga berhasil memecahkan Junior World Record dengan total Snatch dan Clean & Jerk 288. Total ini hanya terpaut tipis dari peraih medali perak Hoang Anh Tuan dari Vietnam dam peraih medali emas Long Qingguan dari China.
Prestasi ini membuat Indonesia berada di urutan ke 23 perolehan medali sementara Olimpiade Beijing 2008. Indonesia boleh berbangga, karena tidak semua negara dengan mudah dapat meraih medali di ajang bergengsi 4 tahunan ini. Ambil contoh negara tetangga, Malaysia dan Singapura sampai hari ke-3 pelaksanaan Olimpiade ini belum berhasil meraih medali apapun.
Kita doakan saja, para pejuang bangsa di Beijing Cina sana berhasil mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa Indonesia tercinta kita ini.
Maju terus Indonesia!!
Medali Pertama Indonesia.
Medali yang diraih oleh atlit Indonesia adalah Medali Perunggu yang dipersembahkan oleh Irawan Eko Yuli dari cabang olah raga Angkat Besi Pria kategori 56 Kg. Puji Tuhan! Kejutan yang sama yang dipersembahkan atlit-atlit angkat besi nasional 4 tahun lalu di Athena, Yunani. 4 tahun lalu Indonesia berhasil menyabet 1 Perak dan 1 Perunggu dari cabang olah raga ini. Pun begitu, keberhasilan Lisa Rumbewas yang 4 tahun lalu berhasil meraih medali perak tidak terulang di tahun ini. Lisa harus puas berada di urutan ke empat dan tidak menghasilkan apapun.
Indonesia boleh berbangga lewat putra bangsa ini. Pria yang baru berumur 19 tahun ini sudah mampu mempersembahkan medali perunggu untuk bangsa ini. Bukan itu saja, Pria ini juga berhasil memecahkan Junior World Record dengan total Snatch dan Clean & Jerk 288. Total ini hanya terpaut tipis dari peraih medali perak Hoang Anh Tuan dari Vietnam dam peraih medali emas Long Qingguan dari China.
Prestasi ini membuat Indonesia berada di urutan ke 23 perolehan medali sementara Olimpiade Beijing 2008. Indonesia boleh berbangga, karena tidak semua negara dengan mudah dapat meraih medali di ajang bergengsi 4 tahunan ini. Ambil contoh negara tetangga, Malaysia dan Singapura sampai hari ke-3 pelaksanaan Olimpiade ini belum berhasil meraih medali apapun.
Kita doakan saja, para pejuang bangsa di Beijing Cina sana berhasil mempersembahkan yang terbaik untuk bangsa Indonesia tercinta kita ini.
Maju terus Indonesia!!
Saturday, August 09, 2008
Surabaya
Kota ini masih seperti dulu ketika kutinggalkan. Sama sekali tidak berubah. Aku sedang tidak membicarakan fisik kota ini, ataupun pembangunannya, ataupun jalan-jalannya; tidak. Aku sedang membicarakan senyuman kota ini. Rasa ingin tahunya, keramahannya, suasananya, kilaunya, semuanya sama. Aku masih dapat merasakan atmosfer keramahan itu, ketenangan itu, kedamaian itu, rasa bersahabat itu, masih seperti dulu. Bahkan lebih.
Heran, untuk ukuran kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki atmosfer yang sangat berbeda dengan Jakarta. Keduanya memang memiliki gedung pencakar langit, keduanya juga berada di pinggir pantai, keduanya juga memiliki penduduk yang beragam; tetapi tetap saja Surabaya memiliki sikap yang jauh lebih bersahabat dari Jakarta. Lebih bersahabat terhadap sesama manusia, lebih bersahabat terhadap lingkungan, lebih bersahabat terhadap Tuhan. Ah, nampaknya aku terlalu cepat menjustifikasi.
Aku berpikir tentang New York dan Los Angeles, aku juga berpikir tentang Tokyo dan Yokohama, atau Sidney dengan Melbourne, walaupun aku belum pernah ketempat-tempat itu nampaknya mereka tidak terlalu berbeda ah satu sama lain kalau dibandingkan. Tentu saja aku tidak kompeten untuk memberikan pernyataan ini, tetapi data ini perlu aku tampilkan untuk memperkuat tulisanku. Hahahahaha. Ngarang!
Senyum kota ini masih tetap sama. Di pagi hari. Di malam hari. Kali ini sekali lagi aku meninggalkan kota ini. Dan senyum itu tetap menyertai ku seraya Boeing 747 yang kutumpangi melesat ke angkasa.
Heran, untuk ukuran kota terbesar kedua di Indonesia, Surabaya memiliki atmosfer yang sangat berbeda dengan Jakarta. Keduanya memang memiliki gedung pencakar langit, keduanya juga berada di pinggir pantai, keduanya juga memiliki penduduk yang beragam; tetapi tetap saja Surabaya memiliki sikap yang jauh lebih bersahabat dari Jakarta. Lebih bersahabat terhadap sesama manusia, lebih bersahabat terhadap lingkungan, lebih bersahabat terhadap Tuhan. Ah, nampaknya aku terlalu cepat menjustifikasi.
Aku berpikir tentang New York dan Los Angeles, aku juga berpikir tentang Tokyo dan Yokohama, atau Sidney dengan Melbourne, walaupun aku belum pernah ketempat-tempat itu nampaknya mereka tidak terlalu berbeda ah satu sama lain kalau dibandingkan. Tentu saja aku tidak kompeten untuk memberikan pernyataan ini, tetapi data ini perlu aku tampilkan untuk memperkuat tulisanku. Hahahahaha. Ngarang!
Senyum kota ini masih tetap sama. Di pagi hari. Di malam hari. Kali ini sekali lagi aku meninggalkan kota ini. Dan senyum itu tetap menyertai ku seraya Boeing 747 yang kutumpangi melesat ke angkasa.
Friday, August 08, 2008
Madam
Ini adalah panggilan akrab gua buat temen seperjuangan gua di kantor. Sebenernya ini bukan kali pertama sih seperjuangan sama beliau, dulu waktu di kuliah kami juga udah seperjuangan. Cuma kali ini lokasinya pindah ke PT Ericsson Indonesia. Nah, kalo dulu kami temen kuliah, sekarang kami adalah temen Goran (Gosip Kantoran). Huahahahahahaha...
Introducing:
Baru-baru ini dia buat kehebohan di dunia persilatan Core, dengan mengirimkan email narsisnya berikut ini:
Emang nih anak dari lahirnya udah narsis dan selalu bikin kehebohan. Bayangin aja, waktu pertama kalinya lahir ke dunia, dia nangis terus, kedua orang tuanya ampe bingung kenapa nih anak nangis terus udah berjam-jam. Sampai suatu ketika susternya tidak sengaja melewati cermin, nih anak langsung cekikikan ala baby gitu. Mulai dari situlah sejarah kenarsisan Igun di mulai. (lebay deh ini kayaknya)
Predikat Madam dia muncul, setelah dia kerap kali mengomentari pakaian gua saat di kantor. Bisa aja tiba-tiba dia ngomong gini:
"Aduh hat, pakaian ye' nggak matching banget deh hari ini. Kalo ye' mau pakai baju warna itu seharusnya ye' pakai sepatu warna coklat, jadinya matching gitu lho."
Gara-gara itu juga gua jadi agak concern masalah fesyen gua di kantor (kayaknya ini nggak banget deh). Dan seturut dengan acara yang bertajuk MAMAMIA di salah satu stasiun TV swasta nasional, suatu acara reality show yang menampilkan komentator dari segi fesyen oleh Madam Ivan Gunawan, di singkat, Madam Igun, maka seturut itu juga gua menganalogikan Madam Igun Mamamia dengan Madam Igun Ericsson Indonesia. Hahhahahaha...
Sebenernya predikat "madam" itu juga muncul gara-gara nih bocah (bocah-bocah juga calon bapak lho!) sering menyamakan gua dengan Ruben Onsu, partner-nya Madam Igun beneran di Mamamia.
Dia sebenernya udah lama banget ngikutin dunia blog. Dia adalah pembaca setia gua. Setiap jam dia akan me-refresh url sahathutajulubo.blogspot.com di browser-nya dan blog-blog lainnya demi mencari bahan bacaan. Di active meter gua tercatat kunjungan dia di blog gua ini mencapai 300-an, sementara gua 400-an. Kesimpulannya, dia kayaknya lebih rajin ngunjungin blog orang deh dari pada orangnya itu sendiri.
Anyway, kita lihat aja kehebohan yang dia buat, apakah nantinya dia menjadi penulis yang setia, atau nggak. Semoga sih iya. Lumayan ada wadah baru untuk bergosip, namanya wadah comment. Hahahahaha.
Nb: kayaknya ini ide yang bagus deh. Untuk nulis tentang orang-orang di sekitar gua. Introducing siapa gitu, mesti deh orangnya tersanjung. Hahaha.
Introducing:
Madam Igun
Baru-baru ini dia buat kehebohan di dunia persilatan Core, dengan mengirimkan email narsisnya berikut ini:
from: Indra Gunawan
to:
subject: Upss kepencet euyUps kekirim euymampir-mampir yahjangan lupa komentarnya juga yah
Emang nih anak dari lahirnya udah narsis dan selalu bikin kehebohan. Bayangin aja, waktu pertama kalinya lahir ke dunia, dia nangis terus, kedua orang tuanya ampe bingung kenapa nih anak nangis terus udah berjam-jam. Sampai suatu ketika susternya tidak sengaja melewati cermin, nih anak langsung cekikikan ala baby gitu. Mulai dari situlah sejarah kenarsisan Igun di mulai. (lebay deh ini kayaknya)
Predikat Madam dia muncul, setelah dia kerap kali mengomentari pakaian gua saat di kantor. Bisa aja tiba-tiba dia ngomong gini:
"Aduh hat, pakaian ye' nggak matching banget deh hari ini. Kalo ye' mau pakai baju warna itu seharusnya ye' pakai sepatu warna coklat, jadinya matching gitu lho."
Gara-gara itu juga gua jadi agak concern masalah fesyen gua di kantor (kayaknya ini nggak banget deh). Dan seturut dengan acara yang bertajuk MAMAMIA di salah satu stasiun TV swasta nasional, suatu acara reality show yang menampilkan komentator dari segi fesyen oleh Madam Ivan Gunawan, di singkat, Madam Igun, maka seturut itu juga gua menganalogikan Madam Igun Mamamia dengan Madam Igun Ericsson Indonesia. Hahhahahaha...
Sebenernya predikat "madam" itu juga muncul gara-gara nih bocah (bocah-bocah juga calon bapak lho!) sering menyamakan gua dengan Ruben Onsu, partner-nya Madam Igun beneran di Mamamia.
Dia sebenernya udah lama banget ngikutin dunia blog. Dia adalah pembaca setia gua. Setiap jam dia akan me-refresh url sahathutajulubo.blogspot.com di browser-nya dan blog-blog lainnya demi mencari bahan bacaan. Di active meter gua tercatat kunjungan dia di blog gua ini mencapai 300-an, sementara gua 400-an. Kesimpulannya, dia kayaknya lebih rajin ngunjungin blog orang deh dari pada orangnya itu sendiri.
Anyway, kita lihat aja kehebohan yang dia buat, apakah nantinya dia menjadi penulis yang setia, atau nggak. Semoga sih iya. Lumayan ada wadah baru untuk bergosip, namanya wadah comment. Hahahahaha.
Nb: kayaknya ini ide yang bagus deh. Untuk nulis tentang orang-orang di sekitar gua. Introducing siapa gitu, mesti deh orangnya tersanjung. Hahaha.
Thursday, August 07, 2008
Books Which I Read Now
I read two books these days. Actually I never read two books at the same time. This is because I was bored with the 1st book-no offense to Mr. Hirata, the writer. That's why I chose to buy a new book to read. A book which I believe will be more valuable for my life and my soul.
The 1st book which I read now is Laskar Pelangi. Everybody knows this book. But honestly, I really get bored reading this book. Actually I already start to read this book since a month ago, but then I stopped, until now I never continue read it again. I don't know, I just think that too much explanation there in that book. Too much description. The story itself, I loose the story. The power of this book, in my opinion, is in the story. But I don't know the writer seems to bring forward of the scientific things, which I don't really need it. Yeah, that's the words: I don't need it. Maybe that's why I'm getting bored. Maybe later on if I continue to read this book, I will do some jump-reading (gosh, I hate it) to chase only for the story.
The 2nd book which I read is titled Know Why You Believe, by Paul E Little. The reason why I choose this book is nothing. I have no particular reason to choose this book. Ehmm... but maybe I have peculiar reason choosing this book. That was Sunday noon when I wait for my friend finished her Sunday Service. I waited her in a book store. Then, I search for English Book, Christian Rack, then I found it, the book which was the cheapest among all those Christian Books in English, Hahahahahhahaa. But I'm still hoping this book could blesses me much.
As I am a lazy reader, I supposed to read this book, maybe in two (2) or three (3) months. If, I succeeded. If not, just like The Beatles say: Let it be!
The 1st book which I read now is Laskar Pelangi. Everybody knows this book. But honestly, I really get bored reading this book. Actually I already start to read this book since a month ago, but then I stopped, until now I never continue read it again. I don't know, I just think that too much explanation there in that book. Too much description. The story itself, I loose the story. The power of this book, in my opinion, is in the story. But I don't know the writer seems to bring forward of the scientific things, which I don't really need it. Yeah, that's the words: I don't need it. Maybe that's why I'm getting bored. Maybe later on if I continue to read this book, I will do some jump-reading (gosh, I hate it) to chase only for the story.
The 2nd book which I read is titled Know Why You Believe, by Paul E Little. The reason why I choose this book is nothing. I have no particular reason to choose this book. Ehmm... but maybe I have peculiar reason choosing this book. That was Sunday noon when I wait for my friend finished her Sunday Service. I waited her in a book store. Then, I search for English Book, Christian Rack, then I found it, the book which was the cheapest among all those Christian Books in English, Hahahahahhahaa. But I'm still hoping this book could blesses me much.
As I am a lazy reader, I supposed to read this book, maybe in two (2) or three (3) months. If, I succeeded. If not, just like The Beatles say: Let it be!
Don't Judge Book by It's Cover
Honestly, truly from the deepest down of my heart. I never use this thing every time I buy book.
Secara gitu lho, gua tuh suka banget ngeliat paduan warna-warna bagus dan desain-desain keren. Jadi yah kalau ada buku dengan isi (eh..em.. maaf) kampung dan norak, tapi sampulnya bagus, pasti tetep aja gua beli. Secara, gua emang suka.
Hmm... biasanya sebutan untuk orang-orang seperti gua ini adalah: dangkal. Dan emang gua mengakuinya:
Bukan cuma buku segala sesuatu gua lihat emang dari luarnya aja. Nggak tau, nurut gua tuh ya, kalau emang sesuatu itu udah hebat banget berarti gua menganggap sesuatu itu udah bisa membenahi dirinya luar dan dalam. Jadi gua langsung menilai luarnya dulu, baru liat dalem-dalemnya. Atau bisa juga digambarkan seperti ini kali yah kalo gua ngeliat sesuatu:
jadi kalo gua ngeliat begini:
Tapi kecenderungan gua adalah, ketika gua ngeliat sesuatu yang luarnya aja udah gak enak dilihat, gua langsung males liat dalem-dalemnya. Okelah gua lihat, tapi biasanya gua udah bersifat offensive terlebih dahulu gara-gara penampilan luarnya.
Jadi kalau suatu waktu gua ketemu bapak-bapak tua renta kaya raya tapi pake baju compang-camping, gua akan langsung nganggep bapak-bapak itu hancur. Hahahaha.
Ya emang gua begini adanya. Setidaknya gua mengakui diri gua sendiri dulu deh kalau gua itu emang dangkal. Dengan begini gua kan jadinya lebih rendah hati dan mau minta tolong kepada Tuhan untuk dibenahi. Mungkin aja ada coding gua yang rusak gara-gara pahitnya masa lalu gua dulu sehingga membuat gua dangkal begini. Dan satu-satunya pribadi yang bisa betulin coding gua yah berarti Sang Pencipta gua.
Terkadang manusia juga bersikap picik! Nggak mau menerima tolong itu yang dari Maha Kuasa untuk membenahi coding dirinya yang salah. Kebanyakan penolakan itu muncul karena Tuhan menggunakan manusia lain untuk membenahi coding kita itu. Piciknya kita manusia, KITA NGGAK MAU DIAJARI. Kita lupa bahwa Tuhan bisa pakai apa saja dan siapa saja untuk mengajari kita. Yang paling penting adalah PENGAJARAN ITU, bukan siapa yang dipakai. Bodohnya kita!
Atau, setidaknya gua seperti itu. Gua paling males diajari oleh orang lain. Dalam pikiran gua, siapa dia berani mengajari gua. Yah maklumlah, gua lahir dari keluarga Batak. Ehm.. atau gua mungkin gak boleh menggeneralisasi kayak gitu yah, emang guanya aja yang bebal. Mungkin karena ini juga gua masih dangkal terus sampai sekarang. Abis sejujurnya, gua genek (kesel plus eneg) sih kalo diajarin orang lain. Sok tahu banget menurut gua. Dasar yah gua bebal banget! Gak beralasan! Dan sombong!
Hmm... yah minimal gua mengakuinya dulu kalau gua dangkal, dan gua bebal gak mau diajari. Semoga dengan pelajaran ini gua bisa menjadi orang yang lebih baik. Amin.
Secara gitu lho, gua tuh suka banget ngeliat paduan warna-warna bagus dan desain-desain keren. Jadi yah kalau ada buku dengan isi (eh..em.. maaf) kampung dan norak, tapi sampulnya bagus, pasti tetep aja gua beli. Secara, gua emang suka.
Hmm... biasanya sebutan untuk orang-orang seperti gua ini adalah: dangkal. Dan emang gua mengakuinya:
Gua adalah orang yang dangkal
Bukan cuma buku segala sesuatu gua lihat emang dari luarnya aja. Nggak tau, nurut gua tuh ya, kalau emang sesuatu itu udah hebat banget berarti gua menganggap sesuatu itu udah bisa membenahi dirinya luar dan dalam. Jadi gua langsung menilai luarnya dulu, baru liat dalem-dalemnya. Atau bisa juga digambarkan seperti ini kali yah kalo gua ngeliat sesuatu:
pertama ngeliat, ternyata oke: + (hmm... boleh juga)
ngeliat isinya, ternyata oke: + (mantab)
kesimpulan: ++
jadi kalo gua ngeliat begini:
pertama ngeliat: + (mantab)
isinya: - (dodol)
Kesimpulan: - + (okelah)
Tapi kecenderungan gua adalah, ketika gua ngeliat sesuatu yang luarnya aja udah gak enak dilihat, gua langsung males liat dalem-dalemnya. Okelah gua lihat, tapi biasanya gua udah bersifat offensive terlebih dahulu gara-gara penampilan luarnya.
pertama ngeliat: - (hancur)
isinya: - (cenderung gua ngeliatnya ancur. Kecuali bagus banget baru gua kasih nilai +)
kesimpulan: - - (hancur banget)
Jadi kalau suatu waktu gua ketemu bapak-bapak tua renta kaya raya tapi pake baju compang-camping, gua akan langsung nganggep bapak-bapak itu hancur. Hahahaha.
Ya emang gua begini adanya. Setidaknya gua mengakui diri gua sendiri dulu deh kalau gua itu emang dangkal. Dengan begini gua kan jadinya lebih rendah hati dan mau minta tolong kepada Tuhan untuk dibenahi. Mungkin aja ada coding gua yang rusak gara-gara pahitnya masa lalu gua dulu sehingga membuat gua dangkal begini. Dan satu-satunya pribadi yang bisa betulin coding gua yah berarti Sang Pencipta gua.
Terkadang manusia juga bersikap picik! Nggak mau menerima tolong itu yang dari Maha Kuasa untuk membenahi coding dirinya yang salah. Kebanyakan penolakan itu muncul karena Tuhan menggunakan manusia lain untuk membenahi coding kita itu. Piciknya kita manusia, KITA NGGAK MAU DIAJARI. Kita lupa bahwa Tuhan bisa pakai apa saja dan siapa saja untuk mengajari kita. Yang paling penting adalah PENGAJARAN ITU, bukan siapa yang dipakai. Bodohnya kita!
Atau, setidaknya gua seperti itu. Gua paling males diajari oleh orang lain. Dalam pikiran gua, siapa dia berani mengajari gua. Yah maklumlah, gua lahir dari keluarga Batak. Ehm.. atau gua mungkin gak boleh menggeneralisasi kayak gitu yah, emang guanya aja yang bebal. Mungkin karena ini juga gua masih dangkal terus sampai sekarang. Abis sejujurnya, gua genek (kesel plus eneg) sih kalo diajarin orang lain. Sok tahu banget menurut gua. Dasar yah gua bebal banget! Gak beralasan! Dan sombong!
Hmm... yah minimal gua mengakuinya dulu kalau gua dangkal, dan gua bebal gak mau diajari. Semoga dengan pelajaran ini gua bisa menjadi orang yang lebih baik. Amin.
Tuesday, August 05, 2008
A Brand New Day
This morning I woke up gloriously
It seems like I was awakened from my grief
The Sun so bright and the light so white
My dreams are heavy but they all were forgotten
Today, I woke up with smile
After all those cloudburst
After all those mourning
After all those hurts
Now is time to move on
And I am fresh as a baby
Welcome to the new world
It's getting hot now
Uh.. I like it
It seems like I was awakened from my grief
The Sun so bright and the light so white
My dreams are heavy but they all were forgotten
Today, I woke up with smile
After all those cloudburst
After all those mourning
After all those hurts
Now is time to move on
And I am fresh as a baby
Welcome to the new world
It's getting hot now
Uh.. I like it
Monday, August 04, 2008
Ketika Sang Putri Kembali Menjadi Kurcaci
Ah... aku tidak mampu menemukan metafora itu Suatu kata-kata pembanding yang penuh hiasan untuk mengutarakan perasaanku
Ketika Ia harus kembali menjadi kurcaci dimataku
Jiwaku kosong Tidak berisi
Aku berharap Tuhan agar kurcaci lain akhirnya bisa melihat keindahanmu
Sepertiku
Dahulu...
Jiwaku sakit, dan makin sakit
Racun itu semakin menyebar dan semakin membunuhku
Aku harus bisa membuang potongan hatiku itu
Atau aku akan mati karena racun itu
Dan juga Ia
Yang aku tahuKetika Sang Putri tidak lagi menjadi Putri
Aku adalah Kurcaci...
Ya, hanya seorang Kurcaci
atau mungkin seekor Kurcaci
Ketika Ia harus kembali menjadi kurcaci dimataku
Jiwaku kosong Tidak berisi
Ketika Sang Putri kembali menjadi KurcaciDan ketika Sang Putri harus kembali menjadi Kurcaci
sepertiku
Genggamannya berubah menjadi rangkulan dipundakku
Ah... andai saja aku bisa lebih menikmatinya.
Ternyata tidak
Aku berharap Tuhan agar kurcaci lain akhirnya bisa melihat keindahanmu
Sepertiku
Dahulu...
Bahkan jauh ditempat pelariankuNamun harus sekarang, atau duri itu akan semakin sakit menusukku
Aku tetap tak bisa menahan guncangan itu
Jiwaku sakit, dan makin sakit
Racun itu semakin menyebar dan semakin membunuhku
Aku harus bisa membuang potongan hatiku itu
Atau aku akan mati karena racun itu
Dan juga Ia
Dan Sang PutriMaafkan aku...
Yang selalu membaca surat hidupku
Jawablah dalam hatimu
Sunday, August 03, 2008
Lirik lagu Country
Gua baru menyadari sesuatu hal. Gua suka banget lagu-lagu Country. Musiknya sih gak terlalu. Tapi kalo yang Country kontemporer gua agak suka. Kayak lagu-lagunya Carrie Underwood. Tapi yang paling gua suka adalah liriknya. Gua suka banget, TERNYATA, lirik lagu-lagu Country.
Contohnya lagu berikut ini:
Yang gua suka adalah penyampaiannya yang jujur, ringan dan sangat unik menurut gua. Bahasa yang digunakan gak ribet, kebanyakan berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Makanya gua suka banget.
Sepertinya pengarang lagu tidak ingin bersembunyi lewat lirik lagunya. Yang disampaikan gamblang mengena ke pokok permasalahan. Dan biasanya memang lagu-lagu Country ini berkisah hidup berkeluarga, sepasang suami istri yang bertengkar, kehidupan anak yang jauh dari orang tua dsb.
Jenis musik Country, adalah jenis musik asli yang berasal dari Amerika Serikat. Kalau gua menilik dan menelaah lirik-lirik di jenis lagu ini, koq gua sama sekali gak ngeliat gaya hidup Amerika nan glamour dan menyebalkan itu yah. Yang gua lihat adalah kehidupan sederhana nan kampung dan rendah hati. Dan gua seneng banget ngeliatnya. Cukup ekstrim memang. Kalo liat film-film Hollywood yang hidup gak ada aturan (relatif terhadap budaya timur) dengan lirik-lirik lagu Country, yang menurut gua sedikit-banyak cocok dengan budaya timur.
Hmm, jadi kesimpulannya, lagu Country-kontemporer juga salah satu genre yang akan gua dengar di waktu-waktu ke depan.
Contohnya lagu berikut ini:
"Don't Forget To Remember Me"
18 years have come and gone
For momma they flew by
But for me they drug on and on
We were loading up that Chevy
Both tryin' not to cry
Momma kept on talking
Putting off good-bye
Then she took my hand and said
'Baby don't forget
Before you hit the highway
You better stop for gas
There's a 50 in the ashtray
In case you run short on cash
Here's a map and here's a Bible
If you ever lose your way
Just one more thing before you leave
Don't forget to remember me'
This downtown apartment sure makes me miss home
And those bills there on the counter
Keep telling me I'm on my own
And just like every Sunday I called momma up last night
And even when it's not, I tell her everything's alright
Before we hung up I said
'Hey momma, don't forget to tell my baby sister I'll see her in the fall
And tell mee-ma that I miss her
Yeah, I should give her a call
And make sure you tell Daddy that I'm still his little girl
Yeah, I still feel like I'm where I'm supposed to be
Don't forget to remember me'
Tonight I find myself kneeling by the bed to pray
I haven't done this in a while
So I don't know what to say but
'Lord I feel so small sometimes in this big ol' place
Yeah, I know there are more important things,
But don't forget to remember me
But don't forget to remember me'
Yang gua suka adalah penyampaiannya yang jujur, ringan dan sangat unik menurut gua. Bahasa yang digunakan gak ribet, kebanyakan berkisah tentang kehidupan sehari-hari. Makanya gua suka banget.
Sepertinya pengarang lagu tidak ingin bersembunyi lewat lirik lagunya. Yang disampaikan gamblang mengena ke pokok permasalahan. Dan biasanya memang lagu-lagu Country ini berkisah hidup berkeluarga, sepasang suami istri yang bertengkar, kehidupan anak yang jauh dari orang tua dsb.
Jenis musik Country, adalah jenis musik asli yang berasal dari Amerika Serikat. Kalau gua menilik dan menelaah lirik-lirik di jenis lagu ini, koq gua sama sekali gak ngeliat gaya hidup Amerika nan glamour dan menyebalkan itu yah. Yang gua lihat adalah kehidupan sederhana nan kampung dan rendah hati. Dan gua seneng banget ngeliatnya. Cukup ekstrim memang. Kalo liat film-film Hollywood yang hidup gak ada aturan (relatif terhadap budaya timur) dengan lirik-lirik lagu Country, yang menurut gua sedikit-banyak cocok dengan budaya timur.
Hmm, jadi kesimpulannya, lagu Country-kontemporer juga salah satu genre yang akan gua dengar di waktu-waktu ke depan.
Friday, August 01, 2008
Kheladi
Bahasa India.
Bahasa Indonesianya Pemenang.
Bahasa Inggrisnya Champion.
Bahasa Bataknya Na Monang.
Bahasa Indonesianya Pemenang.
Bahasa Inggrisnya Champion.
Bahasa Bataknya Na Monang.
Moment of Truth
Momen yang sama, tujuh tahun lalu, ketika gua akhirnya berhasil membuat almarhum Bokap terharu, menangis bangga buat gua, ketika akhirnya Tuhan mengijinkan gua untuk berkuliah di kota lain, di tempat yang merupakan rencana paling indah (so far) yang dia rancangkan buat gua.
Pagi itu gua masih setengah tidur menghadapi hari itu, gak tau kenapa gua tuh gak terlalu deg-deg-an menghadapi hari itu. Mungkin karena malam sebelumnya gua mendapat premonisi, semacam penglihatan gitu. Penglihatan itu berkisah bahwa nomor UMPTN gua muncul di koran dengan jurusan yang gua dapatkan adalah pilihan pertama gua. Sekitar jam 6 kurang gitu, hari pengumuman, gua membuka mata, hanya membuka mata tapi tidak bangun. Pintu masih tertutup. Kemudian gua mendengar pembicaraan di luar antara Bokap gua dan Kakak gua yang kedua. Pagi mulai memutih dan cerah hari itu, dan nampaknya langit sangat segar walaupun gua cuma bisa merasakannya dari sinar pagi hari yang jatuh lewat jendela kamar gua.
Sampai situ gua udah merasa senang. Gua yang masih pura-pura tidur sambil mendengar perkataan itu ngerasa seneng banget. Nama gua sudah ada. Pikir gua gitu. Tiba-tiba seluruh keluarga sudah berkumpul melihat-lihat koran itu. Abang gua dan Kakak-kakak gua yang lainnya juga ikutan. Dan akhirnya mereka semua berhamburan mengelilingi gua di tempat tidur gua. Bokap menyodorkan koran, seraya berkata:
Mendengar hal itu Papi (sebutan gua buat Bokap) langsung mundur keluar kamar. Dia menangis. Terharu. Siapa sangka anaknya bisa masuk Kampus yang memang jadi pujaan orang-orang Batak. Kepercayaan orang Batak itu, siapapun yang bisa masuk situ adalah orang-orang Jenius. Hahaha. Ironis memang. Tapi hal itu cukup membuat Bokap gua meneteskan air mata harunya.
Terus gua pergi ke sekolah dan ketemu dengan lulusan-ers lainnya di sekolah. Kita ketawa bareng. Ngobrol bareng dengan penuh kebanggaan.
Malemnya gua mendengar cerita Bokap. Dia mengkisahkan perihal kelulusan gua ke teman-temannya sesama supir dan kernet di terminal. "Bah, hebat puang, nga masuk anakku tu ITB. Jurusan Teknik Elektro". Bokap bercerita kepada Nyokap betapa exciting-nya respon dari teman-temannya itu. Buat gua, itu juga merupakan kebanggaan.
Belakangan gua gak pernah malu lagi kalo ditanya orang, Bokap lu kerja apa? Ada petikan, pembicaraan gua dengan teman gua waktu itu.
Hari itu, tujuh tahun lalu, buat gua itu adalah moment of truth gua yang gak akan gua lupakan.
Nb: sebenernya moment of truth tuh apa sih. Bener gak sih istilah gua di sini? Pokoknya sesuatu yang sangat mengharukan deh.
Pagi itu gua masih setengah tidur menghadapi hari itu, gak tau kenapa gua tuh gak terlalu deg-deg-an menghadapi hari itu. Mungkin karena malam sebelumnya gua mendapat premonisi, semacam penglihatan gitu. Penglihatan itu berkisah bahwa nomor UMPTN gua muncul di koran dengan jurusan yang gua dapatkan adalah pilihan pertama gua. Sekitar jam 6 kurang gitu, hari pengumuman, gua membuka mata, hanya membuka mata tapi tidak bangun. Pintu masih tertutup. Kemudian gua mendengar pembicaraan di luar antara Bokap gua dan Kakak gua yang kedua. Pagi mulai memutih dan cerah hari itu, dan nampaknya langit sangat segar walaupun gua cuma bisa merasakannya dari sinar pagi hari yang jatuh lewat jendela kamar gua.
Bokap: "Nah, ini koran, ada lho sepertinya nama si Sahat."
Kakak: (Memasuki kamar gua, mengambil nomor ujian UMPTN gua). "Iya, benar ini nama adek Aad." Kakak gua mencocokan nama gua dengan nomor ujian gua.
Sampai situ gua udah merasa senang. Gua yang masih pura-pura tidur sambil mendengar perkataan itu ngerasa seneng banget. Nama gua sudah ada. Pikir gua gitu. Tiba-tiba seluruh keluarga sudah berkumpul melihat-lihat koran itu. Abang gua dan Kakak-kakak gua yang lainnya juga ikutan. Dan akhirnya mereka semua berhamburan mengelilingi gua di tempat tidur gua. Bokap menyodorkan koran, seraya berkata:
Bokap: Nah, koran, coba liat pengumumanmu.Gua, kemudian bangun dikelilingi keluarga gua. Gua mengambil kartu gua dari Kakak gua kemudian melihat nama dan nomor peserta yang memang tertera pada koran tersebut. Puji Tuhan! Gua sedikit melirik ke arah jurusan gua. Hah! Itu bener pilihan pertama gua.
Kakak: Iya, de' nama lu ada de'.
Gua: Emangnya nama gua ada?
250841terharu gua melihatnya. Gua sih udah ngerti itu pilihan pertama gua. Cuma gua masih gak yakin. Terus gua ambil buku latihan soal UMPTN gua, di halaman belakang ada daftar nama jurusan dan kode jurusannya.
ITB
...
Teknik Elektro 250841
...
...
Mendengar hal itu Papi (sebutan gua buat Bokap) langsung mundur keluar kamar. Dia menangis. Terharu. Siapa sangka anaknya bisa masuk Kampus yang memang jadi pujaan orang-orang Batak. Kepercayaan orang Batak itu, siapapun yang bisa masuk situ adalah orang-orang Jenius. Hahaha. Ironis memang. Tapi hal itu cukup membuat Bokap gua meneteskan air mata harunya.
Gua mulai juga mencari nama-nama temen gua M. Redwan Firdaus a.k.a Ecezt, sohib gua dan juga Okta Iskandaria sohib gua juga yang selalu sebel ama gua. Syukurlah mereka berdua lulus. Juga Astri Indrawati (bener gak sih ini namanya?) si penjual Risol. Piuhhh... Syukurlah. Geng-an kami lulus semua. Ada satu lagi anggota dari Geng kami, Ade Putri Wahyuni, tapi dia emang gak ikut UMPTN karena akan segera menikah. Dan jadilah dia sekarang sudah memiliki 2 momongan.
Belum pernah seumur hidup gua melihat Bokap gua menangis. Gak nyangka, pertama kali gua melihat, adalah air mata haru karena anaknya yang satu ini.
Terus gua pergi ke sekolah dan ketemu dengan lulusan-ers lainnya di sekolah. Kita ketawa bareng. Ngobrol bareng dengan penuh kebanggaan.
Malemnya gua mendengar cerita Bokap. Dia mengkisahkan perihal kelulusan gua ke teman-temannya sesama supir dan kernet di terminal. "Bah, hebat puang, nga masuk anakku tu ITB. Jurusan Teknik Elektro". Bokap bercerita kepada Nyokap betapa exciting-nya respon dari teman-temannya itu. Buat gua, itu juga merupakan kebanggaan.
Belakangan gua gak pernah malu lagi kalo ditanya orang, Bokap lu kerja apa? Ada petikan, pembicaraan gua dengan teman gua waktu itu.
dia: bokap lu kerja apaan 'hat?
gua: supir?
dia: hahahahhaha...
gua: menunjukkan muka serius dan nggak bercanda.
dia: becanda loe?! serius!
gua: serius. Supir Mikrolet. M15A, jurusan Tj. Priok-Mangga Dua.
dia: serius! koq bisa? nyekolahin anaknya sampe ikutan les Bahasa Inggris segala di LIA?
gua: gak tau gua juga.
dia: Nyokap lu?!
gua: guru SMP. Kakak gua tiga lagi pada kuliah. Abang gua satu lagi juga.
dia: serius loe! keren banget.
gua: Iya tuh, gua juga heran. Kami emang banyak berdoa sih.
dia: seriussss. keren bener.
Hari itu, tujuh tahun lalu, buat gua itu adalah moment of truth gua yang gak akan gua lupakan.
Nb: sebenernya moment of truth tuh apa sih. Bener gak sih istilah gua di sini? Pokoknya sesuatu yang sangat mengharukan deh.
Subscribe to:
Posts (Atom)