Friday, August 01, 2008

Moment of Truth

Momen yang sama, tujuh tahun lalu, ketika gua akhirnya berhasil membuat almarhum Bokap terharu, menangis bangga buat gua, ketika akhirnya Tuhan mengijinkan gua untuk berkuliah di kota lain, di tempat yang merupakan rencana paling indah (so far) yang dia rancangkan buat gua.

Pagi itu gua masih setengah tidur menghadapi hari itu, gak tau kenapa gua tuh gak terlalu deg-deg-an menghadapi hari itu. Mungkin karena malam sebelumnya gua mendapat premonisi, semacam penglihatan gitu. Penglihatan itu berkisah bahwa nomor UMPTN gua muncul di koran dengan jurusan yang gua dapatkan adalah pilihan pertama gua. Sekitar jam 6 kurang gitu, hari pengumuman, gua membuka mata, hanya membuka mata tapi tidak bangun. Pintu masih tertutup. Kemudian gua mendengar pembicaraan di luar antara Bokap gua dan Kakak gua yang kedua. Pagi mulai memutih dan cerah hari itu, dan nampaknya langit sangat segar walaupun gua cuma bisa merasakannya dari sinar pagi hari yang jatuh lewat jendela kamar gua.

Bokap: "Nah, ini koran, ada lho sepertinya nama si Sahat."
Kakak: (Memasuki kamar gua, mengambil nomor ujian UMPTN gua). "Iya, benar ini nama adek Aad." Kakak gua mencocokan nama gua dengan nomor ujian gua.

Sampai situ gua udah merasa senang. Gua yang masih pura-pura tidur sambil mendengar perkataan itu ngerasa seneng banget. Nama gua sudah ada. Pikir gua gitu. Tiba-tiba seluruh keluarga sudah berkumpul melihat-lihat koran itu. Abang gua dan Kakak-kakak gua yang lainnya juga ikutan. Dan akhirnya mereka semua berhamburan mengelilingi gua di tempat tidur gua. Bokap menyodorkan koran, seraya berkata:

Bokap: Nah, koran, coba liat pengumumanmu.
Kakak: Iya, de' nama lu ada de'.
Gua: Emangnya nama gua ada?
Gua, kemudian bangun dikelilingi keluarga gua. Gua mengambil kartu gua dari Kakak gua kemudian melihat nama dan nomor peserta yang memang tertera pada koran tersebut. Puji Tuhan! Gua sedikit melirik ke arah jurusan gua. Hah! Itu bener pilihan pertama gua.
250841
terharu gua melihatnya. Gua sih udah ngerti itu pilihan pertama gua. Cuma gua masih gak yakin. Terus gua ambil buku latihan soal UMPTN gua, di halaman belakang ada daftar nama jurusan dan kode jurusannya.
ITB

...
Teknik Elektro 250841
...
...

Mendengar hal itu Papi (sebutan gua buat Bokap) langsung mundur keluar kamar. Dia menangis. Terharu. Siapa sangka anaknya bisa masuk Kampus yang memang jadi pujaan orang-orang Batak. Kepercayaan orang Batak itu, siapapun yang bisa masuk situ adalah orang-orang Jenius. Hahaha. Ironis memang. Tapi hal itu cukup membuat Bokap gua meneteskan air mata harunya.

Belum pernah seumur hidup gua melihat Bokap gua menangis. Gak nyangka, pertama kali gua melihat, adalah air mata haru karena anaknya yang satu ini.
Gua mulai juga mencari nama-nama temen gua M. Redwan Firdaus a.k.a Ecezt, sohib gua dan juga Okta Iskandaria sohib gua juga yang selalu sebel ama gua. Syukurlah mereka berdua lulus. Juga Astri Indrawati (bener gak sih ini namanya?) si penjual Risol. Piuhhh... Syukurlah. Geng-an kami lulus semua. Ada satu lagi anggota dari Geng kami, Ade Putri Wahyuni, tapi dia emang gak ikut UMPTN karena akan segera menikah. Dan jadilah dia sekarang sudah memiliki 2 momongan.

Terus gua pergi ke sekolah dan ketemu dengan lulusan-ers lainnya di sekolah. Kita ketawa bareng. Ngobrol bareng dengan penuh kebanggaan.

Malemnya gua mendengar cerita Bokap. Dia mengkisahkan perihal kelulusan gua ke teman-temannya sesama supir dan kernet di terminal. "Bah, hebat puang, nga masuk anakku tu ITB. Jurusan Teknik Elektro". Bokap bercerita kepada Nyokap betapa exciting-nya respon dari teman-temannya itu. Buat gua, itu juga merupakan kebanggaan.

Belakangan gua gak pernah malu lagi kalo ditanya orang, Bokap lu kerja apa? Ada petikan, pembicaraan gua dengan teman gua waktu itu.
dia: bokap lu kerja apaan 'hat?
gua: supir?
dia: hahahahhaha...
gua: menunjukkan muka serius dan nggak bercanda.
dia: becanda loe?! serius!
gua: serius. Supir Mikrolet. M15A, jurusan Tj. Priok-Mangga Dua.
dia: serius! koq bisa? nyekolahin anaknya sampe ikutan les Bahasa Inggris segala di LIA?
gua: gak tau gua juga.
dia: Nyokap lu?!
gua: guru SMP. Kakak gua tiga lagi pada kuliah. Abang gua satu lagi juga.
dia: serius loe! keren banget.
gua: Iya tuh, gua juga heran. Kami emang banyak berdoa sih.
dia: seriussss. keren bener.

Hari itu, tujuh tahun lalu, buat gua itu adalah moment of truth gua yang gak akan gua lupakan.


Nb: sebenernya moment of truth tuh apa sih. Bener gak sih istilah gua di sini? Pokoknya sesuatu yang sangat mengharukan deh.

3 comments:

Credo said...

"Buat gua, itu juga merupakan kebanggaan."

Setuju banget dengan ini.. Aku jg sempat pengen nulis ttg ini, tp blom aja, hehe. Saat dimana aku merasa bangga bgt adalah waktu orang tuaku merasa bangga akan anaknya ini, hehehe..

What an incredible feeling.. :)

Rince said...

huaaa.. terharu.. gw jg emang berencana bikin kisah nyata kyk gini (udah pernah sih, tp seperti biasa gw hapus lg bbrp hari berikutnya.. hehehe..)

Unknown said...

@credo:
betrul banget bro. tulis dong. biar bisa ku baca.


@rince:
posting-an meni dihapus-hapus. Kenapa sih pake dihapus segala? Emang takut sapa yang liat. Kan kita sebagai blogger berintegritas harus jujur pada tulisan kita.
Ayo tulis.