Saturday, August 16, 2008

Viva Indonesia!

Apakah yang lebih membanggakan? 16 Agustus 2008, berdiri di suatu podium dengan level tertinggi, di kelilingi oleh berbagai orang dari seluruh dunia, semua mata memandang, dan (ini yang terbaik) lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang, memenuhi seluruh stadium, dan semua orang di sana, semua, yang dari seluruh dunia itu, dipaksa mendengar komposisi W.R Supratman.


Hiduplah tanahku hiduplah negriku
Bangsaku rakyatku semuanya
Bangunlah Jiwanya bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Nada-nada yang dimainkan teramat miris, tidak berlebihan jikalau putra kita Markis Kido boleh tertangis di podium kebanggan itu. Siapakah yang tak akan tertangis dengan kondisi seperti itu? Saya pernah dalam kondisi seperti itu. Indonesia Raya berkumandang di dengarkan oleh seluruh orang dari seluruh dunia, Olympic Choir, Bremen, 2005. Rangking tertinggi itu memang bukan aku, paduan suaraku yang mendapatkan, melainkan paduan suara Indonesia lainnya, tetapi ketika Indonesia Raya diperdengarkan ke seluruh dunia, tidak ada hal yang lebih tepat untuk dilakukan kecuali mengepalkan tangan di dada, turut bernyanyi, terisak-isak, meneteskan air mata saat Merah Putih perlahan naik ke puncak yang paling tinggi. Tidak lagi peduli dengan suara fals karena isak tangis, yang dipikirkan adalah aku untuk Indonesiaku. Tidak ada momen yang lebih indah dari pada itu.

Bangsa ini boleh bersedih, menderita karena kelakukan anak bangsa yang keterlaluan sehingga bangsa ini terpuruk makin dalam. Atau karena bencana yang melanda di mana-mana. Atau hal lainnya. Tetapi bukan berarti tidak ada harapan. Menyaksikan Merah Putih dikerek di tiang bendera ke tempat yang paling tinggi:
Itu adalah harapan

Harapan bahwa masih ada anak-anak bangsa yang mau bekerja keras untuk bangsanya. Dengan sportivitas yang tinggi membangun dirinya, hanya untuk bangsanya.

Markis Kido, Hendra Setiawan
Terima kasih telah menjadi contoh untuk kami.

Indonesia Raya. Markis Kido dan Hendra Setiawan, Puji Tuhan!, akhirnya bisa diperdengarkan di kancah dunia lewat kemenangan mereka di cabang olah raga Ganda Putra Bulutangkis. Tuhan, akhirnya... kesuksesan Ricky/Rexy, Gunawan/Chandra Wijaya akhirnya terulang. Begitu juga di kategori Tunggal Wanita, Maria Kristin tidak boleh dilupakan. Sekalipun dikeroyok oleh pemain China, Srikandi kita ini mampu menggores sejarah dengan mengalahkan unggulan 2 China Lu Lan untuk medali perunggu.

Aku yakin, saat Markis Kido dan Hendra Setiawan bertanding, banyak opini pendek tentang Indonesia oleh penonton di seluruh dunia. Yang terpikirkan olehku adalah:

"Udahlah, China kan udah banyak emasnya, kasihan, bagi-bagi dong ama negara lain"

atau,

"Moga-moga negara teroris ini kalah. Ngapain negara teroris dapat emas"

atau,

"Ayo Indonesia, buktikan kebolehanmu di kancah Internasional, sekalipun engkau kecil, miskin, tetapi engkau bisa mendapatkan emas itu"

Aku juga berpikir hal yang sama saat Korea Utara bertanding di cabang olahraga angkat besi. Sekalipun negara itu teramat miskin dan susah, namun itu tidak menahan putra putri bangsanya untuk berprestasi dan membuktikan keseriusan bangsa itu.

Apakah yang lebih indah dari:

17 Agustus, seluruh dunia menatap, Indonesia Raya berkumandang, Merah Putih perlahan naik ke atas, ke Podium yang paling tinggi, dengan diiringi Bendera Korea Selatan di tempat kedua, dan selanjutnya juga diikuti Merah Putih?

Liliyana Natsir, Nova Widiyanto, kumohon Tuhan, raihlah emasmu

Flandy Limpelle, Marissa Vita, kumohon Tuhan, renggut perunggu itu

Untuk Tuhan dan Bangsa.

Viva Indonesia!

3 comments:

Anonymous said...

betul coi. Viva Indonesia. I love Indonesia. Pessimistic No, Optimisc Yes!!

IYA said...

Pas dengerin lagu Indonesia Raya di TV...cepet banget sampe penontonnya pada susah ikut nyanyi...yang penting sih lagu kebangsaan Indonesia dah berkumandang di Beijing sana

fuzzydesi said...

Gue nonton juga pas dapet medalinya. Terharu sama lagu kebangsaan kita berkumandang! Betul, Hat, itu adalah harapan! Ayo bersemangat anak muda!!!