Monday, February 25, 2008

East-West Connection



Secara kecelakaan gua nonton acara ini. Gelaran yang diadakan oleh Metro TV, minggu siang ini ternyata berhasil menggugah hati gua juga untuk peduli akan masalah global di dunia sekarang ini.

Alkisah Metro TV mengadakan talk show yang dihadiri Amien Rais dan (Satu lagi lupa, kurang kenal) membahas mengenai hubungan antara barat dan timur.

Gak tau kenapa, tiba-tiba diskusi mengkerucut ke pembahasan mengenai hubungan antara Muslim dan Amerika.

What?!

Tapi gua suka banget pembahasannya. Bener-bener terbuka. Memang ada serangan-serangan atau sindiran-sindiran tersembunyi di situ, tapi, you tell me, gua gak bisa dibohongin gitu lho. Lucunya, koq ditengah-tengah malah bukannya kedua pihak membahas solusinya, pihak Indonesia bersikap sangat ofensif dan seperti sedang mengkritik pihak Amerika. Pihak Amerika sendiri, yang dalam acara ini, di wakili oleh stasiun TV (lupa lagi... maklum nonton baru ditengah-tengah), yang berada di Washington DC, seperti sedikit membela diri. Alhasil jadi seperti orang kesel dengan orang lain.

Acara ini memang tergolong canggih, dan tentu saja menggunakan teknologi yang canggih. Gak tanggung-tanggung, video conference digunakan pada acara ini. Jadi dari studio di Jakarta langsung berbicara ke studio di Washington.

Di awal acara semua berbicara mengenai demokrasi. Tentang demokrasi di US dan demokrasi Pancasila di Indonesia. Mereka membahasnya dan kedua pihak meyakini demokrasi cocok untuk kedua pihak. Kemudian bahasan meluas sedikit mengenai pihak-pihak yang tidak bisa menyambut datangnya modernisasi. Tidak mampu menyesuaikan diri sehingga terjadi perseteruan baik itu berupa perang dingin maupun perang terbuka.

Di sisi Jakarta dihadiri banyak mahasiswa, pejabat-pejabat, tokoh-tokoh terkenal, dll. Di sisi Washington ada Prof. (lupa lagi...) yang mengepalai asosiasi hubungan dengan SouthEast-Asia, dan mantan pejabat teras Washington DC.

Hmm... seru! Abis! Semua pendapatnya berbobot.

Pak Amien Rais bersikeras kalau ini semua salah Presiden US George W Bush, kalau diganti nanti pasti kebijakan luar negeri AS berubah juga gak kayak sekarang. Sementara di sisi sebelah sana tuh malah gak yakin. Sepertinya di sisi Washington menyatakan kalau pengambilan kebijakan itu oleh Amerika, bukan oleh Presiden semata. Sehingga mereka menanyakan, apa lagi yang bisa diperbuat selain mengganti Presiden? Kalau-kalau udah diganti tapi tetap gak berubah kebijakan politiknya.

Kemudian bahasan mulai melebar menjadi Muslim v.s. Amerika. Kali ini tidak hanya muslim di Indonesia, melainkan di Middle East dan sekitarnya. Amerika mengklaim dirinya untuk membantu, sementara tidak semua pihak muslim itu menerima bantuan Amerika. Amerika bertanya, mengapa setiap kegiatan positif kami seperti di Rwanda dan Nigeria tidak diperhitungkan? Mengapa semua hanya berfokus pada Irak?

Man... it was a great discussion. A little debate there. But, it's truly containable.

Pembahasan dilanjutkan dengan perkataan jujur bagaimana Indonesia melihat Amerika dan sebaliknya. Di sini mulai terlihat sisi terang. Keduanya mulai berkata jujur dan sepertinya di sini didapatkan titik temu. Amerika melihat Indonesia sebagai negara Teroris, terkait dengan bom Bali dan negara miskin penuh bencana (sebenernya betul juga sih). Sementara Indonesia mengklaim bahwa AS adalah negara adidaya yang semena-mena yang kebijakan politik luar negerinya memang disengaja memberatkan masyarakat muslim dunia. Ternyata keduanya belum saling mengenal. Semuanya pun sepakat kalau masalah kebencian antar umat manusia Islam dan Amerika itu adalah sebuah masalah yang harus dipecahkan. Ini tidak untuk dipendam dan dinikmati melainkan untuk diselesaikan. Lihat ke depan 40 sampai 50 tahun mendatang, apakah anak-anak kita harus menghadapi perang yang sama??? What a nice question. Kalau bisa kita selesaikan sekarang-sekarang ini kenapa tidak diselesaikan, supaya anak-anak kita nanti bisa berfokus kepada hal yang lain yang lebih membangun umat manusia. What a nice thought.

Sehingga setiap sisi bisa menerima dirinya masing-masing dan bisa menerima sisi yang lain.

Hmm... great discussion. And full with honesty.

Memang dimasa-masa ini, kejujuran sangat dibutuhkan. Apa yang ada dihati, memang sudah sepatutnya dikatakan. Untuk kebaikan bersama, bukan untuk menyerang.

No comments: