Kata orang tua,
For everything there's always the first timeKemaren itu pertama kalinya gua maen
paintball. Acara ini diprakarsai oleh seorang teman kantor Sunandar Priyo Sajugo, sebagai salam perpisahan beliau karena akan melanjutkan kariernya di tempat lain. Beliau itu juga yang dengan baik hati mentraktir kami semua untuk acara itu. Lumayan juga uang yang dikeluarkan, sekitar 150 ribu untuk tiap orang, dan kemarin itu yang bermain ada 12 orang.
Sebagai orang kampung nan norak, jujur gua belom pernah mendengar tentang
paintball. Kalo cuma
bowling dan
biliar mah udah sering,
ice skating udah juga, kalo
paintball, nampaknya itu mainan orang kaya deh. Makanya gua gak pernah nyoba. Udah gitu gua masih memegang teguh ajaran orang tua untuk hidup hemat nan irit. Hehe.
Anyway, kemaren itu begitu sampai di lokasi gua langsung disambut seragam militer nan usang untuk dipakai. Selain itu gua juga disambut dengan pengikat kepala dan sepatu
boot. Beneran udah kaya perang betulan aja. Udah gitu gua disambut pula dengan suatu senapan genggam yang,
oh my God, keren abissss. Pelurunya terbuat dari cat, tapi nembaknya udah kaya beneran. Wuiiihh... keren abis.
Sebagai permulaan kita diajarin gimana caranya menggenggam senapan, mengunci dan melepaskannya. Bagaimana cara ngecek amunisi kami masing-masing dan berbagai aturan standar lainnya. Kami juga dijelaskan untuk tidak menembak lawan dari jarak dekat, karena itu akan melukai orang tersebut. Jarak tembak minimal adalah 7 meter ke atas, lebih dekat dari pada itu tidak boleh menembak. Jikalau suatu saat berpapasan dengan lawan, keduanya harus mundur teratur.
All check, the game begin!Gua bersama tim, mengambil posisi masing-masing dibalik perlindungan. Ada
bunker, ban yang bertumpuk, ada helikopter, dsb. Kami mencari perlindungan masing-masing. Inilah yang gua rasakan selama perang berlangsung:
Ya ampun, parah banget, gimana kalau ini perang beneran. Gimana kalau itu semua peluru beneran, gimana juga kalau sekali kena tembak gua langsung berdarah dan nyawa gua lewat. Bener-bener deh kehidupan para pejuang dan para militer itu. Sejengkal jaraknya terhadap maut.
Jadi semasa permainan berlangsung itu aja yang gua pikirin. Dan gua langsung merangkai kata untuk gua tuliskan. Permainan itu sendiri jadinya gak terlalu gua nikmatin, gara-gara terlalu mikirin perasaan orang yang mengalami perang yang sebenarnya.
Babak pertama, gua main terlalu
open. Gua terlalu banyak berpindah. Alhasil gua banyak terkena tembakan. Gak apa, mumpung masih latihan dan permainan sebenarnya belum dimulai. Ketika permainan mulai, gua diserang dari sana dan sini. Wuihhh.. ngeri juga. Sampai akhirnya gua terkena tembakan di muka dan dinyatakan gugur dan harus keluar dari lapangan. Gak banyak setelah itu, banyak lainnya yang keluar dari lapangan. Babak I dimenangkan pihak lawan.
Babak kedua, gua bermain lebih
save. Gua lebih menutup diri. Gua lebih banyak berlindung dan tidak banyak bergerak. Setidaknya ada satu sasaran yang gua kenai, atau mungkin, yang gua pikir gua mengenainya. Hahaha... Sialnya, ternyata gua akhirnya gugur juga. Kali ini bukan karena gua terkena tembak, tapi malahan karena peluru habis.
Gimana juga perang sebenarnya kalo peluru gua habis. Bisa mati awak. Akhirnya Babak II, juga dimenangkan lawan. Hahaha.. kalah mulu.
Wah... pokoknya seru abis deh main
paintball itu ternyata. Memuaskan lah. Apalagi untuk orang-orang yang menjadikan itu sebagai hobi. Nampaknya seru abis deh itu.
Selepas itu kami melanjutkan acara dengan makan siang. Karena itu juga banyak acara gua hari itu yang nyaris berantakan. Untung saja, akhirnya semua berjalan lancar.
Nice weekend!
By the way, sedih juga nih Om Jugo cabut. Gak ada temen berantem lagi di KPPTI. Plus gak ada tim
have fun go mad lagi nih. Hahahaha.