Friday, October 12, 2012

Si Pengemis dan Pangeran Tampan

Masih adakah 2 orang yang lebih berbeda dari ini?

Masih adakah 2 orang yang lebih berlawanan dari mereka?

Yang satu seorang pengemis. Kumel, bau, busuk, kusam, pakaiannya compang-camping. Dan yang paling penting, Ia menganggap dunia ini sangat kompleks. Semua yang ada di dunia ini, berikut permasalahannya sangat kompleks.

Yang satu lagi seorang Pangeran Tampan. Rupawan. Elegan. Eksklusif. Branded. High class. Dan yang paling penting, Ia menganggap dunia ini sederhana. Kebetulan tidak ada hal yang dapat memusingkannya.

Kemudian keduanya terlibat dalam pembicaraan tentang cinta.

Pangeran Tampan: Apakah engkau percaya dengan cinta?

Pengemis: Hmm... aku percaya, namun sepertinya cinta itu tidak ada.

Pangeran Tampan: Maksudmu?

Pengemis: Aku bisa melihat cinta di sekelilingku, tapi aku tidak bisa merasakannya.

Pangeran Tampan: Kalau begitu engkau tidak bisa berkata cinta itu tidak ada. Mungkin kau hanya belum menemukannya.

Pengemis: Ya, bisa dikatakan begitu. Cinta bukan untukku. Cinta bukan untuk orang seperti aku. Lihat diriku, siapakah yang mungkin mencintaiku?

Pangeran Tampan: Bukankah engkau lahir dari cinta?

Pengemis: Hmmhh... jikalau aku lahir dari cinta, nampaknya aku tak mungkin seperti ini. Aku mungkin sudah memiliki keluarga pada saat ini. Setidaknya yang mau melindungi aku. Mungkin bisa dikatakan, aku ini lahir dari nafsu. Nafsu kecelakaan, nafsu yang tidak bertanggung jawab.

Pangeran Tampan: Apakah engkau percaya cinta akan menemukanmu?

Pengemis: Hmmhh... nampaknya aku agak naif dengan pikiran seperti itu. Lihat diriku. Sepertinya untuk orang seperti aku, bisa bertahan seperti ini saja sudah syukur. Dan, sekali lagi cinta bukan untuk aku. Cinta bukan untuk orang sepertiku.

Pangeran Tampan: Aku yakin bahwa suatu saat cinta akan menemukanmu. Cinta ada di mana-mana. Tersebar diseluruh udara. Sesaat kau hirup, engkau bisa tenggelam di dalamnya.

Pengemis: Mudah bagimu mengatakannya. Sesaat ku hirup udara, yang ku cium adalah rasa lapar, bau harum makanan di luar sana.

Pangeran Tampan: Tidakkah engkau haus dan lapar akan cinta?

Pengemis: Sejujurnya iya. Aku mendambakannya setiap saat. Aku yakin semua orang seperti itu.

Pangeran Tampan: Exactly!

Pengemis: Tapi aku telah mengubur perasaan itu. Hal itu hanya membuat aku makin sakit dan terluka.

Pangeran Tampan: Kenapa?

Pengemis: Karena aku realistis. Memendam rasa itu hanya membuat aku terluka. Berlarut dalam mimpi yang menyayat hatiku.

Pangeran Tampan: Apakah engkau telah menyerah akan cinta?

Pengemis: Yah, bisa dikatakan begitu.

Pangeran Tampan: Aku sedang mencari cinta.

Pengemis: Bukannya engkau percaya cinta yang akan menemukanmu?

Pangeran Tampan: Iya, itu juga. Pada akhirnya aku yakin kami pasti bertemu. Entah aku yang menemuinya, atau cinta yang menemukanku.

Pengemis: Lantas, bagaimana hasil pencarianmu.

Pangeran Tampan: Belum ada hasil, tetapi aku optimis aku akan bertemu cinta. Ia ada di luar sana. Tinggal ku genggam, dan aku akan menjadi miliknya selamanya.

Pengemis: Kalau begitu, semoga beruntung untukmu, menemukan cinta.

Pangeran Tampan: Engkau bersikap sangat skeptik dengan cinta. Aku rasa engkau tidak boleh mempersalahkannya.

Pengemis: Aku sama sekali tidak menyalahkan cinta. Aku hanya telah menyerah. Dan aku tidak mau berpura-pura.

Pangeran Tampan: Aku salut kepadamu. Engkau sangat memegang teguh prinsipmu. Yang aku bingung, bagaimana engkau hidup tanpa cinta? Semua orang butuh cinta.

Pengemis: Rasanya hanya ada satu jalan. Aku hidup dengan diriku sendiri.

Pangeran Tampan: Lalu apakah engkau juga mau mencintai orang lain?

Pengemis: Kadang aku berbuat baik untuk orang lain, tapi rasanya itu bukan cinta. Tentu saja cinta lebih dari pada itu.

Pangeran Tampan: Nah.. engkau salah. Cinta ada bermacam-macam. Ada cinta kepada Tuhan, dengan sesama, dengan pasangan atau kekasih, cinta dengan keluarga, sahabat dan lain-lain. Cinta sama sekali tidak sebatas pangeran dan puteri seperti di negeri dongeng. Cinta ada di mana-mana. Tersebar di mana-mana. Di udara, di bumi, di tanah. Itu yang menghidupi kita. Semua orang tidak bisa hidup tanpa cinta.

Pengemis: Kalau begitu aku salah. Sepertinya aku bisa juga hidup dalam cinta. Sekalipun dalam kemiskinan.

Pangeran Tampan: Tepat sekali. Cinta adalah cinta. Tidak pernah terikat dengan apapun. Harta sekalipun. Karena memang itu hakikat manusia untuk mencintai. Carilah manusia yang paling kejam sepanjang abad. Selidiki hatinya. Adakah ia menaruh kasih kepada kekasihnya, anaknya, atau siapapun. Intinya, bahkan orang yang paling kejam tetap hidup dalam cinta.

Pengemis: Aku rasa engkau benar.

Pangeran Tampan: Lalu, bagaimana jika aku mengatakan aku mencintaimu. Maukah engkau menerimanya?

Pengemis: Engkau sudah gila!

Pangeran Tampan: Kenapa engkau bilang aku gila?

Pengemis: Karena engkau pangeran. Tampan. Sangat kaya. Terhormat. Pada dasarnya engkau adalah segalanya.

Pangeran Tampan: Aneh. Aku pikir kita sudah sepakat bahwa cinta tidak dipengaruhi apapun. Harta, status, penampilan, apapun. Mengapa engkau menarik hal itu kembali?

Pengemis: Karena aku pikir engkau tidak realistis. Engkau tenggelam dengan idealismu tentang cinta. Baiklah cintailah aku. Aku menerimamu. Apakah kamu pikir dunia akan menerima? Keluargamu akan menerima? Apa yang akan terjadi padaku selanjutnya? Aku akan hidup dalam kutukan sepanjang umur hidupku.

Pangeran Tampan: Aha... engkau memerdulikan orang lain. Engkau masih berpikir cinta dipengaruhi oleh hal-hal lain. Cinta masih dipusingkan oleh faktor-faktor lain.

Pengemis: Tentu saja. Itulah kenyataannya.

Pangeran Tampan: Sepertinya bukan itu kenyataannya.

Pengemis: Lalu apa?

Pangeran Tampan: Sebenarnya pertanyaan mudah. Mampukah engkau mencintaiku dengan semua keberadaanku?

Pengemis: Tentu saja aku mampu. Bahkan aku akan sangat terangkat. Aku akan menjadi kaya. Terkenal. Harkat martabatku akan menjadi baik.

Pangeran Tampan: Bukan? Bukan itu. Engkau menilainya salah. Kaya-miskin. Terhormat-terhina. Baik-buruk. Itu semua perbedaan. Mampukah engkau mencintai aku dengan semua perbedaan kita? Akan jauh lebih banyak dari pada itu. Bahkan hal-hal kecil akan memicu pertengkaran dahsyat. Pertanyaannya, mampukah engkau mencintai aku dengan semua perbedaan itu?

Pengemis: Aku rasa aku sanggup.

Pangeran Tampan: Nah! Benar begitu. Itu artinya engkau telah melihatku sebagai seorang manusia di mata manusia lain. Yang mau dicintai dan mencintai. Terlepas dari semua keberadaanku. Aku adalah manusia. Aku haus akan cinta. Aku dan cinta tidak bisa dipisahkan.


No comments: