Tuesday, December 18, 2007

Agama

Catatan Pribadi.
Bukan Untuk Umum


Siapapun yang menciptanya, ia berhasil mensamarkan seseorang kepada Tuhannya.

Agama seharusnya menjadi jawaban bagi kedamaian dunia, namun yang terjadi sebaliknya. Agama seharusnya membuat seseorang ramah kepada yang lain, tetapi yang terjadi sebaliknya. Agama seharusnya menyingkap kebenaran, tetapi terkadang agama dipakai untuk kedok kejahatan. Melindungi kebusukan di bawah naungan agama.

Agama adalah himpunan kepercayaan dan kebiasaaan umum biasanya diselenggarakan oleh sekelompok orang, dikenal dengan sebutan doa, ritual, dan hukum agama. Agama biasanya juga mengandung unsur, tradisi nenek moyang, kitab suci, sejarah, mitos, kepercayaan pribadi dan pengalaman supernatural. (Tuh kan pengertiannya ada udah ribet)

Sedangkan kalo menurut kamus besar Goresan-goresan Hari pengertian agama lebih mudah, agama adalah hubungan seseorang dengan Tuhannya. Hubungan inilah yang mengatur segala hal dari manusia itu, untuk segala apa yang dilakukan manusia itu. Sesederhana itu. Agama adalah mengenai hubungan, gak lebih gak kurang dari itu. Mungkin ada hal yang lain, tapi gua yakin betul itu sebenarnya udah tercakup dalam konteks hubungan itu. Bahkan sampai hal terkecil pun.

Gua sebenernya gak terlalu suka dengan istilah agama ini. Mungkin dahulu maksudnya baik pasti, tapi yang pasti istilah ini telah berhasil memecah belah manusia. Memang tidak semua manusia, tetapi sebagian besar manusia. Gua aja kadang kebawa-bawa kalo lagi diskusiin tentang agama ini. Heran! Bukannya untuk kebaikan, kadang agama ini malah menjadi senjata pembunuh paling dahsyat antar umat manusia. Kadang hal ini juga menjadi alasan dasar kenapa banyak orang menderita, dan agama ini jugalah yang biasanya ditumpangi orang untuk kepentingan politis. Gua kurang mengerti juga sih akan hal ini. Tapi yang pasti ini adalah fakta.

Menurut gua yang paling penting adalah apakah seseorang itu sudah pernah bertemu dengan Penciptanya atau belum? Sebab kadang orang menganggap dirinya sudah beragama padahal ia sama sekali belum bertemu Tuhan Penciptanya. Udah gitu mengaku paling beragama lagi di seluruh dunia. Jangankan berhubungan dengan Tuhannya, bertemu aja belom. Okelah kalau anak kecil, itu tak apa, malahan benar semenjak dini diperkenalkan kepada Tuhan Penciptanya, tetapi pada akhirnya anak itu sendiri harus bertemu dengan Penciptanya. Secara pribadi. Gak boleh kalau anak itu hanya mendengar saja dari orang lain bahkan dari orang tuanya. Pertemuan seseorang dengan Tuhannya ini gak bisa diwakilkan. Kita sebagai orang tua pun harus membantu sekeras mungkin agar anak tersebut bisa bertemu dengan Tuhannya. Harus. Namun tetap saja, sekali lagi, tidak boleh diwakilkan. Seseorang harus bertemu kepada Penciptanya secara pribadi.

Dari pertemuan itu, seyogyanya timbullah hubungan antara Pencipta dan Ciptaannya. Dan karena itu sebuah hubungan maka memiliki ciri dan sifat:

interaktif

dinamis

berkembang

baru segitu yang kepikiran

Nah, kadang banyak orang gak memiliki hubungan tapi sudah mengklaim dirinya paling rohani, paling alim. Gua sering menyebutnya Sombong Rohani. Susah banget nih kalo berhadapan dengan yang satu ini. Biasanya gua cuma doain aja, soalnya diomongin apapun gak bakal ngerti. Orang-orang yang saling menyakiti atas nama agama biasanya masuk dalam golongan yang belum memiliki hubungan dengan Penciptanya ini.

Biasanya orang yang udah punya hubungan yang karib dengan Penciptanya, memiliki pemahaman natural akan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan dan yang harus dilakukan. Sepertinya hukum-hukum tersebut seperti secara otomatis tergoreskan di hati kita. Sampai setiap saat kita hendak berbuat jahat, kata hati kita berontak dan menghindarinya. Tapi banyak juga hal-hal lain yang perlu kita pelajari secara perlahan dan dengan bantuan orang lain. Hukum-hukum yang tertuliskan di hati kita itu adalah hal-hal yang esensial. Pengembangannya itulah yang perlu kita gali bersama.

Orang yang sudah bertemu dengan penciptanya biasanya adalah orang yang baik, bukan sekedar baik, tetapi makin lama makin baik. Orang yang lebih senang mengoreksi dirinya sendiri pada setiap saat dari pada menyalahkan orang lain. Orang yang lebih suka berdamai dalam segala hal dari pada berkelahi. Orang yang tempramennya bisa di atur oleh dirinya sendiri, dan masih banyak ciri spesifik lainnya. Entah bagaimana, ketika kita bertemu Pencipta kita, kita sepertinya bisa melihat diri kita dan kejahatan kita sampai kedalam-dalamnya. Dan jika kita memiliki hubungan yang intim, kita akan menjadi orang yang lebih baik lagi tiap harinya.

Gua seorang Kristen. Gua sendiri, melalui ajaran ini, berani meng-klaim gua bertemu dengan Pencipta gua. Sejujurnya nurut gua gak penting apapun agama seseorang, tapi gua menyarankan banget, untuk seseorang bertemu dengan Penciptanya dalam hidup (Cuma satu kesempatan) ini, lewat ajaran apapun juga. Kesian banget kalo seorang ciptaan tidak pernah bertemu dengan Penciptanya dan gak pernah tau untuk apa dia diciptakan. Pathetic.

Gua sendiri gak terlalu perduli dengan nama Kristen. Kristen itu sendiri dulunya adalah nama olok-olokan bangsa romawi kepada orang-orang kristen mula-mula. Kalo dianalogikan mungkin sama dengan kata Indon, kalo orang Malaysia mengolok orang Indonesia. Kristus sendiri gak pernah mengklaim para pengikut dia bernama Kristen. Menurut Kristus, yang penting adalah isi ajarannya, bukan namanya. Jadi yah, gua sih gak fanatik banget dengan nama Kristen itu. Gak penting. Kalo soalnya ajaran dan dasar-dasarnya, gua haus untuk belajar terus.

Dahulu juga jauh sebelum kedatangan Kristus gak pernah ada nama Kristen. Dulu ada namanya Bangsa Israel, yang banyak sekali diceritakan di Kitab Suci. Dan mereka bukan orang Kristen. Iyalah, Kristen aja baru muncul setelah masehi gitu lho.

Yang pasti gua suka banget dengan dasar ke Kristenan itu sendiri. Kasih. Dan hidup bukannya milik gua, tetapi milik Pencipta gua. Gua dikasihi, disabari, diampuni dan karena itu gua mampu mengasihi orang lain. Kalo gua belom bertemu Pencipta gua lewat ajaran ini, gua yakin gua gak pernah bisa mengerti hal ini. Dan gua yakin, cuma orang-orang yang telah bertemu Penciptanya dalam kekristenan sajalah yang mampu mengerti hal ini. Buat gua kasih adalah jawaban untuk dunia yang penuh dengki dan kejahatan ini. Buat gua itulah jawaban.

Jadi menurut gua agama itu gak penting. Adat, kebiasaan, sejarah, dan segala macemnya itu gak terlalu esensial. Menurut gua yang paling esensial adalah hubungan dengan Pencipta itu tadi. Jauh lebih penting dari sekedar kebiasaan-kebiasaan dan ritual-ritual itu tadi.

Gua pribadi gua berhubungan dengan Tuhan gua tiap hari. Tiap detik. Bahkan setiap tarikan napas gua, sepertinya gua bertanggung jawab kepada Tuhan gua. Jadi bukannya gua beribadah tiap hari minggu doang. Nehi ya... gua punya hubungan yang lebih akrab dari itu tiap hari lewat doa-doa gua. Dan gua menghidupinya.

Buat gua itu sih yang terpenting. Hubungan dengan Pencipta.

Jadi mungkin pertanyaannya bukan agamamu apa?

Tapi diganti menjadi sudahkah engkau bertemu penciptaMu?




4 comments:

Anonymous said...

ada2 aja lo, kalo tidak utk umum, mending disimpen di buku harian trus dikunci,masukin lemari trus dikunci lagi, hehe

[quote]
agama ini malah menjadi senjata pembunuh paling dahsyat antar umat manusia
[/quote]

Agama??
Alasan membunuh paling shahih, 'paling berketuhanan'.

Tuhan?
I am playing on the safe side, in believing God, 'cause i'm afraid if i dont believe then God really exists, it's going to be a big loss for me. If God doesn't really exist but i do believe, then i lose nothing. What a weak iman!!!
hahaha....shame on me!!

Unknown said...

Ini buku harian gua.

Tadinya mau gua tutup komen-nya. Tapi setelah gua pikir-pikir lagi gua buka aja ah. Lagi kan gua haus komentar.

Serius loe kayak gitu?! Hmm... ternyata mantab juga gua buka komen. Ajang refleksi diri nih.

Anonymous said...

Hahaha....dasar haus belaian komentator :D

Kadang2 gw berpikir spt itu, untuk membangun personal dialectic, supaya iman gw ga selemah itu. Sama halnya gw sering mereka-reka rupa Tuhan,pdhl gw yakin dengan aksioma "Tuhan berbeda dengan makhluk, baik rupa maupun kuasa-Nya".

Unknown said...

Hmm... gua baru denger sih ada aksioma gitu...