Tuesday, June 03, 2008

Pertengkaran Dalam Rumah Tangga

Baru-baru ini gua mendengar cerita Nyokap perihal pertengkaran keluarga abang gua. Kesan yang gua tangkap dari cerita itu adalah bahwa pertengkaran ini cukup sengit dan gak bisa digolongkan pertengkaran biasa.

Padahal keluarga Abang gua adalah keluarga muda. Umurnya belom banyak, baru sebulan kali. Lebih dikit. Harusnya sih menurut gua itu masih terhitung masa-masa paling bahagia. Masa-masa paling romantisnya. Ternyata gak juga. Malah bisa jadi, masa-masa perkawinan usia muda ini yang berbahaya.

Gua pernah dengar juga sih. Dulu katanya almarhum Bokap pernah bertengkar sangat sengit sama Nyokap. Kalo gak salah almarhum Bokap malah udah sampe bawa-bawa senjata tajam segala. Alhasil Nyokap mesti mengungsi ke saudara yang dekat rumah. Bisa juga yah seperti itu. Mungkin juga sih. Kebetulan dulu almarhum bokap juga seorang pemabuk berat pada masa mudanya.

Seharusnya jikalau dua orang menikah, mereka menjadi satu. Jadi kalau yang satu menyakiti yang lain, artinya dia menyakiti dirinya sendiri. Sebab pada dasarnya pasangan kita adalah milik kita sendiri. Mungkin itu juga yang memicu ketegangan. Rasa memiliki yang terlalu egois.

Kalau dua orang saling sayang sering bertemu rasanya seperti surga memang. Tapi bagaimana juga rasanya kalau dua orang saling sayang, tidak hanya sering bertemu melainkan selalu bertemu. Alhasil semuanya terbongkar, semuanya terbuka. Dan setiap hal itu akan sangat mengagetkan. Gua percaya sih. Ada masanya di mana kita gak pengen deket atau bersama pasangan kita. Bisa jadi. Gak mustahil. Sangking muaknya.

Gua jadi teringat waktu itu gua pernah selama 6 hari berturut-turut gua bareng sohib gua. Awalnya seneng banget maen-maen bersama dia. Tetapi kelamaan gua mulai melihat sifat aslinya dia. Dan gua seneng juga sih, artinya gua mengenal sohib gua itu lebih dalam. For honest, sempet waktu itu dalam hati gua ngerasa gua pengen sendiri. Gua lagi gak pengen ngobrol ama lu malam ini. Gua butuh rehat ngobrol sama lu. Dan waktu itu untungnya gua sempat rehat, dan waktu bertemu lagi, udah seru lagi.

Nampaknya menyatukan dua orang itu memang tidak mudah. Intinya berkeluarga itu memang gak mudah. Kalau cuma berdasarkan cinta aja, kayaknya gak akan bisa deh ngebangun suatu keluarga yang harmonis itu. Menurut gua, keduanya harus mau terus sama-sama belajar. Mempelajari pasangannya dan mau mencermati pasangannya tersebut. Dengan begitu seseorang akan terbiasa dengan pasangannya dan melebur dengan pasangannya. Gak boleh ada yang egois pastinya. Keduanya harus mau berubah. Sampai akhirnya keduanya menjadi selaras satu dengan lain.

Bagaimana pula dengan kehadiran seorang anak. Menurut gua, proses belajar itu gak boleh berhenti. Bisa jadi malah lebih berat perjuangan membangun keluarga itu.

Intinya, membangun keluarga harus terus berjuang. Sekalipun susah, tetap gak boleh lengah. Dan yang pasti harus tetap berdoa untuk keutuhan keluarga.


Nb: ini adalah pandangan orang yang belum berkeluarga. Jadi belum valid. Soalnya belum mengalami sendiri.

1 comment:

Anonymous said...

gue pikir pertengkaran itu penting ya, biar rumah tangga lebih 'nendang' rasanya, ngga monoton. tapi satu yg perlu di inget, pertengkaran mesti di lakukan dengan kepala dingin dan tujuan untuk mendapatkan solusi dari permasalahan yg di hadapi, bukan mencari kemenangan atas pendapat masing-masing. setuju ga?