Monday, December 03, 2007

Bahasa

Setahu gua bahasa manusia itu terpecah-pecah semenjak kejadian menara babel beribu-ribu tahun yang lampau.

Saat itu manusia berusaha mencapai (menyamai) Tuhan dengan membangun menara yang ujungnya sampai ke langit. Yah, walopun kalo zaman sekarang hal itu akan menjadi lucu, tapi motivasinya itu lho arogan banget.

Gua yakin sebenernya bisa aja manusia dimusnahkan saat itu juga karena sombong banget ingin menyamai Tuhan. Tapi ternyata hikmat sang kuasa jauuuuhhh... lebih kreatif dari pada itu. Dengan mudah Ia mengubah coding manusia dan memecah mereka dengan bahasa yang berbeda-beda. Sekonyong-konyong manusia terpecah-pecah dan mulai berpencar satu dengan yang lain.

Di milis EL-ITB yang gua ikutin ada pembahasan mengenai bahasa. Inilah yang melatarbelakangi penulisan blog gua kali ini. Idenya sih mudah, supaya setiap kita terus mengingat kalau kita hanya debu semata. Kita hanyalah manusia dan seharusnya dekat dengan Tuhannya. Rendah hati, tidak sombong dan tidak melawan Yang Kuasa.

Asyiikkk bahasa gue...

Gua juga menemukan. Penggunaan kata hehe, dapat menetralisasi tulisan yang kita tulis. Misalnya ada pendapat yang agak offensive ataupun defensif, semuanya bisa dinormalisasi sama akhiran hehe, baik pada akhir kalimat maupun pada akhir paragraf. Mungkin kalo dalam sistem asam dan basa hehe itu membuat PH menjadi 7.0. Naon, kimia jadul banget. Hehe.

3 comments:

Anonymous said...

bo, gw ada sebuah teori nih mengenai bahasa...
menurut gw, bahasa itu adalah bentuk lain dari perwujudan kesatuan antara manusia dan Tuhan. karena itu bahasa adalah tentang setengah manusia itu sendiri, dan setengah lagi Tuhan (hehehe... mistis banget ya kedengarannya).

kalau ga ada bahasa kita bakal bego, kagok, hopeless dan kemungkinan besar tidak akan hidup. kalau diumpamain dengan hubungan antara manusia dan Tuhan, mungkin akan sama kedengarannya seperti hipotesa yang bilang manusia dan alam terjadi begitu saja (bego banget khan kedengarannya!) setiap yang ada saat ini, pasti punya permulaan. dan bahasa adalah tentang itu semua.

dalam teori gw, bahas bermula dari kegiatan paling sederhana dalam kegiatan berbahasa itu sendiri, yaitu kebiasaan manusia untuk memberi nama untuk setiap hal yang dia rasa, lihat, atau semuanya deh yang bisa dia indra dengan panca indranya itu (kalau lengkap). which means, it's a force that comes out of human naturally. he cannot control it and he cannot resist nor deny it. (perlambang keberadaan Tuhan dalam hidup manusia yang tidak bisa disangkal)

lu ngerasa ga, kita tuh ga bisa kalo ga kasi nama. setiap ketemu benda baru atau sesuatu yg baru, kita pasti otomatis langsung ngasi nama untuk sesuatu itu. walau kita ga tau mo dikasi nama apa yang tepat, minimal kita pasti kasi identitas seperti 'x' atau 'anu', iya ga?
nah, si adam, manusia pertama itu juga seperti itu (malah ada ayat yang bilang kalau perintah untuk memberi nama itu langsung datang dari Tuhan khan. which means, semakin jelaslah bahwa bahasa adalah setengah manusia dan setengah Tuhan). setelah lama-kelamaan, si manusia ini merasa nama-nama yang dia kumpulin dah cukup banyak, kalo disambung-sambung bisa jadi kalimat nih. dari situlah tercipta bahasa. lalu bahasa berkembang dan terus berubah sampai sekarang.

lucu dan naif memang kedengarannya. seakan-akan bahasa lahir dari keisengan manusia semata. tapi kalo ngeliat kenyataan bahwa bahasa tuh ga pernah berhenti pada satu bentuk baku, gw ga ngeliat alasan untuk gw tidak percaya bahwa memang bahasa tercipta dari kenyataan yang sangat sederhana seperti itu. setiap ada kata-kata baru, kamus2 pasti pada ngerevisi khan?

jadi menurut gw bahasa itu tercipta dari keisengan manusia yg nota bene he could not resist. dan keisengan yang tidak bisa di-resist seperti ini biasanya bisa dikategorikan sebagai kebutuhan (sama seperti ngeceng dan tidur hehehe... dua kebutuhan cukup penting bagi gw tuh ;p). dan emang khan, bahasa itu adalah sebuah kebutuhan (which obviously supports my previous hypothesis hehehe...)

hubungannya dengan Tuhan: bahasa dan paham Tuhan itu sama-sama lahir dan berangakat dari konsep kebutuhan. banyak orang sekarang tidak lagi percaya Tuhan karena dia merasa tidak butuh Tuhan (which theoretically could happen). tapi sebagai orang percaya yang sudah diselamatkan (cie... bahasa gw), gw yakin bahwa mereka bukan tidak butuh, tapi (saat ini) belum sampai pada kebutuhan itu (soalnya mereka terlalu repot ngurus tetek bengek kedagingan mereka sih).
gw pribadi merasa kebutuhan gw akan Tuhan sudah seperti bahasa itu sendiri. gw bakal bego, kagok, dan hopeless jika ga ada Tuhan, coz it comes out of me by nature. and He defines me. He is a part of my self.

ehm... komen gw kepanjangan ya? hehehe....

Unknown said...

Iya panjang banget.

Tapi ya kalo nurut gua sendiri. Adam dan Tuhan kayaknya dulu gak berkomunikasi dengan kata-kata. Kayaknya mereka ngomong dari hati ke hati aja. Sangking deketnya.

Terbukti kan orang tuh kalo makin deket gak pake ngomong lagi juga udah ngerti apa yang di maksud. Kayak gitu deh kira-kira nurut gua.

Anonymous said...

dalam bahasa yang tidak pake suara juga pasti pake kata2 khan. soalnya setiap hal pasti ga kebentuk kalo ga kita wakilin dengan kata2.

coba deh, kalo lu ketemu sesuatu, walo ga lu omongin tapi dalam hati lu pasti langsung muncul sebuah kata untuk mewakili sesuatu itu.

tidak ada bahasa tanpa kata,karena begitulah sistem yang membentuk kita.
there's no thing is significant if it has no word to represent it. so without without word everything is insignificant. just like we are without God.
that's my point