Beberapa waktu yang lalu gua baca di majalah Garuda (majalah intern Garuda Indonesia) kalau Garuda meraih untung hampir sebesar Rp.150,- miliar tahun ini. Padahal tahun-tahun sebelumnya Garuda Indonesia selalu mengalami defisit. Hmm… mendengar hal ini gua sebagai penumpang setia Garuda, dan sebagai bangsa Indonesia, merasa bangga.
Kesan gua sendiri (bukannya promosi lho…) terhadap maskapai ini adalah, kalau katanya Garuda
“Gagah di Angkasa”
ternyata ada benernya juga. Setiap gua naik Garuda kesannya gagah gitu lho. No offense to other airlines. Walopun gua sendiri gak memungkiri kualitas keselamatan penerbangan Indonesia memang masih rendah. Tapi setelah gua membaca artikel penelitian seorang dosen ITB, yang mengatakan pemeliharaan pesawat-pesawat Garuda paling baik di tanah air, membuat gua sedikit percaya sama penerbangan ini. Kebetulan ada temen gua juga yang kerja di GMF (Garuda Maintenance Facilities), dan orangnya pintar, muda dan cantik, plus suaranya bagus (hehe) jadi gua makin percaya sama Garuda.
Kalo gak salah juga waktu gua kuliah Manajemen Industri tahun 2005 lalu, dosennya adalah salah satu auditor dari kinerja Garuda Indonesia. Waktu itu tim tersebut, yang diketuai dosen gua itu (lupa gua namanya), mengatakan bahwa Garuda perlu memotong jalur-jalurnya terutama jalur-jalur ke Eropa yang memang sedikit penumpang. Padahal pada jaman itu Garuda terkenal dengan satu-satunya maskapai penerbangan nasional yang menjelajah ke seluruh bumi. Tapi ya dari pada Garuda Indonesia gulung tikar?? Ternyata bapak itu benar juga. Setelah 2 (dua) tahun berlalu akhirnya kerasa juga efeknya. Garuda Indonesia meraih untung. Seneng deh gua kalo perusahaan nasional bangkit.
Cuma gua ada sedikit kritik buat Garuda. Waktu itu gua naik penerbangan malam Jakarta-Surabaya, pramugari/a-nya kemeja dan jas-nya sudah agak kotor. Gak terlalu lecek sih. Udah gitu senyumnya kelihatan capek banget, terkesan dipaksakan. Gua bisa mengerti sih kalo mungkin pramugari/a itu udah bekerja seharian untuk melayani penumpang, cuma ya kalo Garuda mau naik dan gagah di angkasa lebih lagi ya berarti Garuda Indonesia harus menutup semua kemungkinan kegagalan, menutup semua pintu-pintu kompromi kekalahan. Garuda Indonesia harus lebih detail lagi dalam mengoreksi dirinya sendiri dalam melayani. Dan ini berlaku di semua aspek pelayanan yang dilakukan. Lagi gua iseng banget merhatiin aja. Haha.
Sayang Garuda juga terkena dampak embargo penerbangan tanah air oleh Uni Eropa. Jadinya kan gak bisa ke Frankfurt naik Garuda nih...
Ayo para pekerja Garuda yang membaca ini lebih semangat lagi membangun penerbangan kita tercinta itu.
Viva to Garuda, thanks for your service
Viva to Indonesia
Kesan gua sendiri (bukannya promosi lho…) terhadap maskapai ini adalah, kalau katanya Garuda
“Gagah di Angkasa”
ternyata ada benernya juga. Setiap gua naik Garuda kesannya gagah gitu lho. No offense to other airlines. Walopun gua sendiri gak memungkiri kualitas keselamatan penerbangan Indonesia memang masih rendah. Tapi setelah gua membaca artikel penelitian seorang dosen ITB, yang mengatakan pemeliharaan pesawat-pesawat Garuda paling baik di tanah air, membuat gua sedikit percaya sama penerbangan ini. Kebetulan ada temen gua juga yang kerja di GMF (Garuda Maintenance Facilities), dan orangnya pintar, muda dan cantik, plus suaranya bagus (hehe) jadi gua makin percaya sama Garuda.
Kalo gak salah juga waktu gua kuliah Manajemen Industri tahun 2005 lalu, dosennya adalah salah satu auditor dari kinerja Garuda Indonesia. Waktu itu tim tersebut, yang diketuai dosen gua itu (lupa gua namanya), mengatakan bahwa Garuda perlu memotong jalur-jalurnya terutama jalur-jalur ke Eropa yang memang sedikit penumpang. Padahal pada jaman itu Garuda terkenal dengan satu-satunya maskapai penerbangan nasional yang menjelajah ke seluruh bumi. Tapi ya dari pada Garuda Indonesia gulung tikar?? Ternyata bapak itu benar juga. Setelah 2 (dua) tahun berlalu akhirnya kerasa juga efeknya. Garuda Indonesia meraih untung. Seneng deh gua kalo perusahaan nasional bangkit.
Cuma gua ada sedikit kritik buat Garuda. Waktu itu gua naik penerbangan malam Jakarta-Surabaya, pramugari/a-nya kemeja dan jas-nya sudah agak kotor. Gak terlalu lecek sih. Udah gitu senyumnya kelihatan capek banget, terkesan dipaksakan. Gua bisa mengerti sih kalo mungkin pramugari/a itu udah bekerja seharian untuk melayani penumpang, cuma ya kalo Garuda mau naik dan gagah di angkasa lebih lagi ya berarti Garuda Indonesia harus menutup semua kemungkinan kegagalan, menutup semua pintu-pintu kompromi kekalahan. Garuda Indonesia harus lebih detail lagi dalam mengoreksi dirinya sendiri dalam melayani. Dan ini berlaku di semua aspek pelayanan yang dilakukan. Lagi gua iseng banget merhatiin aja. Haha.
Sayang Garuda juga terkena dampak embargo penerbangan tanah air oleh Uni Eropa. Jadinya kan gak bisa ke Frankfurt naik Garuda nih...
Ayo para pekerja Garuda yang membaca ini lebih semangat lagi membangun penerbangan kita tercinta itu.
Viva to Garuda, thanks for your service
Viva to Indonesia