Wednesday, January 28, 2009

Pelajaran Dari Para Driver

Notabennya Departemen yang gua huni saat ini memiliki 5 armada mobil pengantar + 5 orang pengemudi (driver) nya. Terkadang kalau pekerjaan lagi penat, driver-driver ini adalah orang-orang yang asyik banget diajak ngobrol. Tentang banyak hal. Sambil menikmati indahnya Jakarta di malam hari, ngborol-ngobrol nglalur ngidul dan banyak sekali mendapatkan hal berharga. Berikut beberapa hal yang menurut gua inspiring banget belakangan.
Gue: Males banget kali pak gue..
Driver: Gue juga males kali bos. Tapi kalo gak dipaksain yah gak akan pernah bisa sih.
Pembicaraan kali itu perihal kemalasan gua nyuci mobil. Sebenarnya pernyataan dia itu cukup menjawab pertanyaan besar gua selama ini:
Gimana caranya mengatasi kemalasan?
sebab, biasanya kalau alasannya udah males pasti gua menyerah. Hmm.. nice answer dari pak driver yang satu itu.

Pada kesempatan lain.
Gue: Siapa Pak yang nelpon?
Driver: Temen, dia kuncinya hilang. Tadi sih duduk di situ, di tempat bos duduk. Baca koran.
Gue: Oh... gak ada tuh.
waktu berlalu beberapa detik.
Driver: Bos, maaf bos, coba tolong lihat dong bos di bawah sana. Kesian.
Spontan gua kaget banget mendengar kata itu: "Kesian." Udah lama banget gua gak mengerti akan hal tersebut. Mungkin karena udah kelamaan tinggal di kota Jakarta yang penat ini, membuat kasih gua menjadi luntur dan pendek. Udah lama juga gua gak mencurahkan kasih gua ke orang lain dengan total seperti itu. Setidaknya kasih yang mengharuskan gua sedikit berusaha. Biasanya gua akan langsung bilang gak bisa or gak ada. Atau, itu kan urusan loe. Hmm.. kali ini gua diingatkan. Entah dari mana pengaruh yang membuat kasih gua putus dan pendek seperti itu. Tapi nampaknya gua harus kembali berubah seperti dulu. Tulus membantu orang dan mau membantu orang.

Beberapa saat gua mencari sekeliling bangku di samping bangku kemudi yang sedang gua duduki. Dan ternyata memang kuncinya berada di situ. Akhirnya, kunci ketemu dan dikembalikan kepada driver lain yang membutuhkan itu. Gila, ketidakpedulian gua itu parah ternyata.

Terima kasih kepada para bapak-bapak driver, yang selalu setia menemani dan mengajar-ajari anak muda yang satu ini. Semoga bapak-bapak sekalian beserta keluarga diberkati Tuhan. Amin.

Thursday, January 22, 2009

Nampaknya Nyokap Tertipu

Saat sedang berada di kantor klien kemarin, tiba-tiba abang ipar gua telpon ke nomor gua. Dikarenakan nyokap paginya kurang sehat jadi gua agak sedikit cemas dan telpon balik ke nomor tersebut tapi sibuk terus. Akhirnya gua menghubungi rumah, dan ada Kakak gua yang angkat. Katanya Nyokap lagi di Cempaka Mas dia dapet undian berhadiah.

Zaman gini... ada undian berhadiah yang terlintas di otak gua adalah penipuan, penipuan dan penipuan. Kemudian mulailah gua bertanya-tanya ke Nyokap:

Gue: Kenapa mih?
Nyokap: Iya, dari tadi saya ditelponin terus. Terus menerus, jadinya saya ke sini. Ini lho, tadi ada undian gosoknya. Saya gosok, saya dapat Platinum. Kalau platinum katanya dapat potongan 75%. Jadi beli barangnya 1/4 harga. Ini dapat 4 barang:
1. Air Cooler, harganya 5 juta-an
2. DVD Home Theatre, harganya 5 juta-an
3. Accupunture Massager, harganya 5 juta-an

Jadi harusnya total 16 juta, nyokap bisa dapet ketiganya dengan harga 4 juta. Selain itu juga dapat hadiah langsung berupa distiller air minum dan termos.

Begitu udah tau seperti itu, spontan gua tahu itu penipuan. Jadi gua udah bilang ke nyokap. Gak usah diambil.

Eh, begitu gua nyampe rumah pulang dari kantor, ternyata barang-barang tersebut udah ada di rumah. Wadoh.. berabe banget deh ini. Mana nyokap pake kartu kredit gua lagi bayarnya. Langsung gua cek-cek deh barang tersebut:
1. Kartu garansi. Tulisan garansi 1 tahun, dicoret menjadi garansi servis gratis 2 tahun.
2. Gak ada Barcode pada 4 item. Yang ada hanya pada distiller air minum, Barcode-nya menandakan barang tersebut dari Malaysia.
3. Gua cek website g8-great www.g8-great.com yang tertera, tulisannya: this website is currently closed.
Terus gua bandingin harganya dengan produk-produk merk lain, dan memang harganya cuman sekitar 1 jutaan per item. Gak terlalu rugi juga. Tapi yah, salah beli menurut gua. Seharusnya bulan ini kan beli:
1. Lemari Es
2. Pompa air otomatis
3. Sofa
Jadi ditunda berbulan-bulan deh gara-gara ini.

Nyokap sih bilangnya dia di hipnotis. Hmm... gua agak gak percaya sih sama begituan. Setelah ini nampaknya gua tidak akan memberikan kartu kredit gua lagi ke Nyokap. Dia setuju. Dia akan memberikan penggantian uang barang yang Dia beli ke gua.

Dan karena trauma, Nyokap males liat barang-barang itu di sana. Alhasil, bakal dikasiin deh ke anak-anaknya satu-satu. Hahahaha.. pas juga sih. Ada 5 anak, ada 5 barang. Yang ditipu nyokap, yang untung anak-anaknya.

Ada-ada saja...

Btw, kejadian yang sama juga menimpa keluarga lain. Bisa dibaca di sini. Kalau sudah begini, hmm.. biar Tuhan saja yang menjadi Hakim. Gua sih suka-suka aja punya barang baru.

Tuesday, January 20, 2009

Bugh vs Jazzy

Bugh itu adalah motor gua B 6271 UGH, sementara Jazzy adalah mobil gua B 1410 JZ. Gua sih cinta mati ama mereka berdua, sebenarnya lebih ke si Bugh si selama ini. Secara gua lebih suka sesuatu yang cepat, ringkas, padat.

Gua suka si Bugh karena:
- Dia itu cepat, efisien dan efektif di tengah kemacetan Jakarta
- Mesinnya halus
- Bisa di ajak ngebut

Sementara gua suka si Jazzy karena:
- Nyaman
- Bisa sambil dengerin musik + Karaoke (ini nilainya tinggi banget)

Baru aja tadi gua menemukan lagi Album Closer-Josh Groban di mobil gua. Itu artinya, sampai beberapa saat ini, kayaknya gua prefer Jazzy deh.

Bayangkan, sambil mendengarkan alunan musik nan indah, melihat pemandangan lingkar luar Jakarta nan cerah, gak pake macet, meluncur dengan kecepatan stabil dan santai. Iya banget deh si Jazzy belakangan ini. Udah gitu Premium turun lagi. Jadi untuk sementara.. Bye.. bye.. Bugh. Tetep gua pakai koq untuk jarak pendek. Hehehe..

Love them both.

Friday, January 16, 2009

Will Never Break the Law Anymore

Jumat, 19 Desember 2008, Hukum bertindak tegas terhadap gua.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah hidup gua, gua berada di posisi tepat 1 meter di depan seorang hakim. Pasalnya, 2 minggu sebelum itu gua dengan santainya (dan biasanya juga gitu) berputar di U turn ke arah yang berlawanan. Ditemani dengan si Bugh, Supra kesayangan gua, gua membelok dan tepat berhadapan dengan sebuah truk kontainer besar.

Sebenarnya waktu itu ada beberapa motor yang membelok, sialnya, hanya gua yang terjebak paling dalam ke papasan dengan kontainer. Sejujurnya, sedikit lagi gua terjepit oleh kontainer itu. Tapi yah namanya pengendara motor, semua juga dijadiin jalan.

Dan tiba-tiba, muncullah, seseorang berseragam polisi, lengkap dengan kacamata raybend, menutup kedua matanya. Gua tertangkap basah. Dia menilang gua dan gua gak bisa berkata apa-apa lagi. Secara gua sukanya sesuatu yang instan, jadi gua tawarkanlah berdamai di tempat. Tapi ditolak tuh... Mungkin dia udah kesel banget kali yah, karena untuk menangkap gua dia mesti berlari-lari berdampingan dengan kontainer itu. Hihihihi... Olah raga juga tuh Pak Polisi.

However, gua langsung panik. Seumur hidup gua, gua baru 2 (dua) kali di tilang naik motor, dan semuanya itu berlangsung dengan damai dan cepat. Gak pake sidang-sidangan. Kali ini gua mesti sidang. Dan itu, somehow, membuat gua afraid.

Jadilah gua bertanya-tanya ke semua mantan-mantan pelaku pelanggaran itu. Mereka semua merespon dengan:
"tenang aja... semua itu gampang diatur"
sementara gua sendiri mengumpat dalam hati:
"gimana bisa tenang orang gua bentar lagi di sidang"
Sialnya lagi, jadwal sidang gua tersebut bertepatan dengan rencana jadwal gua untuk presentasi Knowledge Sharing di kantor. Dan karena gua panik, gua lebih memilih sidang.

Ternyata sidang itu berlangsung sangat cepat dan efektif. Kecuali, ada satu bagian yang bikin bete banget. Kira-kira begini runut persidangannya:

1. Datang ke Pengadilan yang dituju, alamatnya ada di Surat Tilang yang diberi Polantas.
2. Cari nomor tilang dan kemudian catat nomor sidang.
3. Serahkan surat tilang tersebut ke petugas yang berada di depan sebelah kiri Hakim, kemudian tunggu sampai nama dan alamat disebutkan.
4. Begitu nama anda dipanggil, anda akan berhadapan langsung dengan Hakim
5. Anda akan diminta menyebutkan kesalahan anda, jawablah dengan jujur
6. Denda yang dikenakan akan dibacakan + 1000 rupiah biaya administrasi
7. Pergi ke Kasir pembayaran denda (di sinilah terdapat banyak calo yang menyelak). Kasir tersebut terdapat dua petugas. Satu petugas khusus melayani para calo, sementara satu lagi melayani orang-orang yang ditilang. Petugas tersebut suaranya sangat kecil. Sementara ia diharuskan menyebut nama orang satu persatu. Ditambah, yang sangat menyebalkan, suara para calo itu yang sangat keras-keras bersenda gurau, membuat suara petugas sama sekali tidak terdengar.
8. Bayar denda dan ambilah SIM anda.

Demikian prosesnya. Sangat mudah diikuti dan berlangsung sangat cepat. Kurang dari satu jam.

Tapi untuk itu pula, gua udah males kalo disuruh balik lagi ke sana. Udah cukuplah pengalaman gua. Makanya gua berjanji will never break the law anymore. Hope I can do it.

Wednesday, January 14, 2009

Cinca

Kata baru di dunia per-engineer-an MGW Indosat. Kata ini diperuntukan kepada seluruh MGW Engineer Ericsson yang memegang project Indosat. Tidak tanggung-tanggung, kata ini sudah mulai merabah ke dunia peremailan internal Project Indosat Ericsson. Nampaknya hal ini membuat para manajer bingung juga.

Belakangan, mahluk paling Macho di kalangan para MGW Engineer Project Indosat, Andhi Ekho Ariawan, akhirnya menyerah juga dan bersedia disebut dengan panggilan Cinca. Walaupun, rasanya "ngga banget", tetapi keadilan tetap harus ditegakkan, nama depan untuk kami berlaku untuk semuanya. Ketika dilangsir ke mahluk bersangkutan, beliau menjawab:

"cinca-cincalah... cinca balsem..."

Dilain pihak panggilan baru ini memang menimbulkan beberapa efek negatif. Satu diantaranya adalah lidah dan bibir para MGW Engineer sekarang mulai mengsong. Dikarenakan selain menggunakan panggilan Cinca, bahasa yang digunakan pada percakapan biasa juga mengikuti lafalan cinca tersebyut. (Tyuh khan.. gua cadhi ikhyut-ikhutyan... .Red)

Tuesday, January 13, 2009

Biarkan Hanya Aku dan Tuhanku yang Tahu

Kemarin lampu padam di rumahku. Mungkin petugas PLN mengalami kesulitan karena hujan yang sangat deras dan angin yang sangat kencang. Maghrib sudah datang, dan sang surya sudah tenggelam. Warna kemerahan di langit juga sudah hilang.

Aku menyalakan tiga batang lilin. Masing-masing di ruang tamu, ruang keluarga dan ruang makan. Seraya mengambil makanan ke piring ku, aku berbicara kepada Tuhanku. Ditemani derasnya hujan dan kencangnya angin aku berbicara kepada penciptaku. Pembicaraan itu sangat pribadi. Tidak pernah ada yang tahu selain aku dan Tuhanku.

Suatu topik yang sangat karib antara aku dan Dia. Aku menumpahkan segalanya. Semuanya. Aku tahu Dia mendengar. Sampai muncullah tiga pertanyaan kepada diriku sendiri. Aku tak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Pun begitu, lilin itu menjadi saksi percakapanku denganNya. Lilin itu mendengar segalanya. Begitu pula dengan dinding-dinding itu. Aku berharap bunyi deras hujan membuat samar kata-kataku.

Dan untuk segala sesuatu yang ku katakan malam itu, biarkan hanya aku dan Tuhanku yang Tahu.

Sunday, January 04, 2009

Ketika...

Ketika Lebah tidak lagi menghisap madu pada bunga
Ketika rumput tidak lagi bergoyang diterpa angin
Ketika Kumbang memilih untuk diam
dan Ketika Nirwana memilih untuk ditutupi awan

Biarkan aku menatapmu dari kejauhan
Biarkan saja lubuk ini sengsara bak gurun durjana
Biarkan saja kelopak ini ternganga dan mencurahkan air suci
Dan biarkan aku menikmati kesendirianku

Aku akan belajar
hidup tanpa hadirmu
Aku akan belajar
hidup dalam lintasan benang merah kehidupan

Ketika diam menjadi pemecah batu karang nan kokoh
Baiklah, aku akan terdiam dan menatapmu
hanya menatapmu
dari kejauhan

Saturday, January 03, 2009

Mencintai Seorang Psikopat

Sony: Satu hal yang harus engkau ingat, kau adalah milikku!
Kiara: Tapi apakah kau milikku?
Sony: Bukan! Dan jangan pernah berharap.
Sony membentak Kiara dengan keras. Ini bukanlah pertama kali mereka membahas hal ini. Dan memang selalu berakhir seperti ini. Ironis memang, tetapi nampaknya mereka saling menerima keadaan ini.

Sony bukanlah orang yang jahat, bahkan tidak sama sekali. Ia juga bukan tipe orang yang suka mempermainkan wanita. Bahkan bisa dikatakan Ia adalah tipe yang setia. Hanya saja, cinta mereka adalah cinta yang terlarang. Setidaknya begitu bagi Sony.

Ade: Ngapain sih loe masih mempertahankan hubungan yang kayak begitu sama Sony? Bikin hati lu tersiksa aja.
Kiara: Biarin sih 'de, toh gua kan masih muda, gua cuma maen-maen ama dia. Gua sih asyik-asyik aja kayak begitu.
Ade: ya terserah lu sih, cuman gua risih aja ngeliat loe tersiksa terus kayak begini. Bentar-bentar nangis, bentar-bentar sedih, keganggu semua deh kegiatan lu!
Kiara: Kan itu gunanya sahabat. Gua selalu bisa dateng ke lu. Hihihihi...
Ade: Yee... terserah loe deh...

Kiara memang selalu datang ke sohib karibnya sejak kecil jika suatu pukulan keras mendarat di hati Kiara. Terutama jikalau menyangkut hubungan Kiara dengan Sony.

Ade: Lagian kalo emang si Sony bilang "lu milik dia" kenapa kalian gak jadian aja sih?
Kiara: Nggak tau juga gua 'de. Setiap gua tanya baik-baik, waktu hati dia senang, dia langsung marah. Dia bilang "itu bukan urusan kamu! Yang penting kamu adalah milikku". Gua sih setiap Dia bilang kayak gitu langsung terbang. Ya emang gua cukup puas sih 'de walau cuman sebatas itu aja.
Ade: Trus, kalau tiba-tiba lu kangen ama Dia dan pengen ketemu gimana? Sementara, setiap Dia pengen ketemu lu; lu langsung ada buat Dia.
Kiara: Ya... gua menghayal aja kisah-kisah romantis gua bersama Dia. Kalo gak, ya gua inget-inget masa-masa indah gua buat Dia.
Ade: Yee.. emang loe yang gila kalo gitu mah.

Kiara dan Ade adalah sohib sejak kecil. Mereka berdiri di bangku Sekolah Dasar yang sama, SMP yang sama bahkan SMA yang sama. Kedua sohib ini berpisah ketika berkuliah. Ade memilih kuliah di luar kota, sementara Kiara tetap tinggal di Kota kelahiran mereka. Kini mereka sudah kembali berkumpul di kota yang sama. Hanya saja tempat pekerjaan mereka berbeda. Kiara yang adalah seorang pegawai di sebuah Event Organizer ternama memang orang yang sangat cerdas dan cekatan. Sementara Ade bekerja di sebuah Bank Nasional dan memiliki hidup yang lebih santai. Kiara berkenalan dengan Sony di Event Organizer tersebut.

Ade: Emang Orang Tuanya gak setuju sama hubunga kalian?
Kiara: Harusnya sih nggak. Agama sama, ortunya juga gak ada masalah sama suku atau latar belakang gitu. Malahan gua kompak koq sama nyokapnya. Seru malah ngobrol ama beliau.
Ade: Dia punya penyakit kali, yang buat umur Dia tinggal sejengkal lagi.
Kiara: Huss.. ngawur loe. Jangan mengada-ada. Tapi gua pernah nanya ama Nyokapnya sih tentang hal itu. Jangan-jangan bener Dia punya penyakit parah. Tapi kata Nyokapnya nggak tuh. Dia mah seger-seger aja.
Ade: Lantas, kenapa dong Dia menganggap rasa sayang kalian berdua tuh terlarang?
Kiara: Nggak tau tuh. Palingan Dia emang mau cari yang lebih baik lagi aja kali dari gua.
Ade: Gila lu 'ra! Lu tuh cantik tau. Bisa dandan. Kelihatan menarik. Pinter dan cerdas pula. Bisa menempatkan diri. Brilian. Lu di atas rata-rata tau. Sementara Dia siapa coba. Gak ada bagus-bagusnya. Penampilan biasa aja. Gak tajir-tajir amat juga. Pas-pas-an. Kere malah. Heran gua lu bisa bilang begitu.
Kiara: Tapi Dia baik banget 'de. Kayaknya emang cuma Dia deh yang bisa ngerti gua. Semua orang tuh nganggep gua musuh. Dia doang yang mau coba mengerti gua.
Ade: Iya sih.. gua ngakuin itu. Lu emang resistan banget orangnya. Emang udah bawaan Orok kali. Terang aja emang susah orang masuk ama lu. Hahahahaa. Ya sudahlah terserah lu. Kalau lu emang nganggep itu buat seneng-seneng aja, gua cuma nyaranin, jangan sampai terlalu dalam, sakitnya bakal gak ketolongan. Udah ah... gua mo tidur dulu, besok kerja. Lu tahu sendiri gua harus tidur 8 jam. Besok siang gua telpon lagi deh. HP lu aktif yah..
Kiara memang orang yang sangat jujur terhadap dirinya sendiri. Dia tidak bisa menyembunyikan perasaannya. Untung saja Kiara adalah orang yang fleksibel, sehingga sakit hatinya tidak terlalu berlebihan. Tuntutan kerja Kiara mengajari dia bersifat seperti itu. Walaupun sebenarnya Kiara sangat menyayangi Sony. Bahkan Kiara merasa Sony adalah pelabuhan akhir hatinya. Kiara rela jikalau harus menghabiskan hidupnya berdua dengan Sony. Namun, setiap saat pikiran itu muncul, Kiara hanya melambungkannya ke suatu khayalan cerita dongeng dipikiran Kiara. Dia tidak kuasa untuk meminta hal itu menjadi nyata kepada Sony. Ia hanya pasrah.

Friday, January 02, 2009

Mencintai Seorang Psikopat (2)

"Waduh, hujan deras banget nih, mending gua naik taksi aja lah biar aman", Kiara berbisik di hatinya sambil mengangkat telepon genggamnya dan menelpon perusahaan Taksi langganannya. Dan ketika Taksi yang dipesannya datang, Kiara sudah setengah basah kuyup. Maklum selain hujan deras angin juga bertiup sangat kencang.

Tiba-tiba telepon genggam Kiara berdering.

Kriiing.. kriiing.. Kriing.. kriing..

Kiara: Hei...
Nada Kiara sedikit melemah dan memanja, Sony menelpon.
Sony: Di mana?
Kiara: Di Taksi
Sony: Hujan deras, koq gak minta dijemput?
Kiara: Ehmm.. terakhir minta dijemput dibilang manja, emangnya gua Tukang Ojek pribadi lu apa? Jadi yah lebih baik naik Taksi. Lagi lebih enak jadi gak terkena hujan.
Sony: Kan, mahal. Lain kali kalau ada apa-apa telepon aja.

Hah? Please deh...
Kiara tahu betul itu hanya bual belaka. Palingan juga Sony gak akan pernah menjemput Kiara. Mustahil hal itu terjadi. Palsu.

Kiara: Iya, nanti kalau ada kesulitan pasti telpon.
Tuut.. tuut.. tuut.. tiba-tiba telepon putus. Kiara mencoba menelpon balik tetapi tidak berhasil. Untuk kedua kalinya Kiara mencoba tetap tidak berhasil. Hmmh... mungkin baterainya habis. Kiara meyakinkan dirinya sendiri. Kemudian Ia menatap ke luar jendela dan mulai berimajinasi di kepalanya. Hal favoritnya adalah, menciptakan suatu skenario-skenario khusus tentang Ia dan Sony. Ia paling suka melakukan itu, apalagi ditemani bunyi deras hujan. Ia juga percaya seluruh orang di dunia sangat senang melakukan hal yang sama. Ia tidak merasa teralienasi karenanya.

Sebentar Ia mengingat perkataan Sony di telepon tadi,

Lain kali kalau ada apa-apa telepon saja.

Hmm... Dia sebenarnya serius nggak sih ngomong gitu? Kiara bertanya dalam hatinya sendiri. Kemudian Ia jauh-jauh membuang pikiran itu dari dirinya. Bukan sekali atau dua kali Kiara dikecewakan akan janji-janji dan omongan manis Sony. Melainkan kerap kali. Tidak lagi bisa terhitung. Dan setiap Sony meminta maaf akan hal tersebut, Kiara hanya akan marah beberapa hari dan kemudian mengharapkan lagi cinta kasih dari Sony. Kiara terlalu candu terhadap Sony. Terlalu dalam.

Kiara menikmati sekali kasih sayangnya kepada Sony. Dan setiap tetesan balasan kasih dari Sony, Kiara menganggap itu sudah cukup untuk memuaskan dahaga kerinduannya. Jemari lentiknya yang putih mulai menyentuh kaca jendela. Kiara mengingat itu, momen paling indah dalam hidupnya, ketika kedua tangan Sony mendekap erat dirinya. Kedua tangan itu muncul dari belakang. Tidak pernah di duga-duga oleh Kiara. Kedua tangan itu kemudian mendekap tubuh Kiara dengan sangat hangat dan sebuah kata-kata melantun di telinga Kiara:
Aku sangat menyayangimu...
Itu saja. Itu yang membuat Kiara bisa bertahan. Dengan semua perlakuan Sony terhadap dirinya.

Suatu waktu, Kiara yang telah 3 jam lamanya menunggu kedatangan Sony di suatu titik temu, kemudian dibatalkan begitu saja oleh Sony. Belakangan Kiara tahu bahwa Sony membatalkan janji tersebut karena Ia pergi dengan teman-temannya. Pernah pula, Kiara meng-cancel semua janji hari tersebut karena Sony memintanya pergi bersama, namun dengan mudah Sony membatalkannya karena alasan ketiduran. Atau ketika, Kiara telah menolak niat baik Ayahnya yang ingin menjemput Kiara di Bandara, ketika Ia pulang dari Spanyol. Kala itu Ia sangat rindu kepada Sony, dan dengan mudah Sony menjawab.
"Hah? Memangnya ada yang janji mau jemput? Gua nggak ngerasa ah..."
Padahal, waktu dan tempat sudah disepakati mereka berdua. Akhirnya Supir Taksi yang terus diuntungkan setiap kali Sony menyakiti Kiara dengan janji-janjinya.

Juruselamat

Beribu-ribu tahun yang lalu, manusia pada zaman itu menanti-nantikan lahirnya Sang Juruselamat. Beberapa teks pada zaman itu menyuratkan tentang lahirnya Sang Juruselamat yang akan memperbaiki kehidupan umat manusia. Mereka semua menantikan dengan seksama tanda-tanda lahirnya Sang Juruselamat. Malangnya, banyak yang keburu meninggal padahal sang Juruselamat tersebut belum juga lahir.

Cerita tinggalah cerita...

Cerita menjadi legenda..

Legenda menjadi lelucon...

Akhirnya manusia berhenti menanti, sampai akhirnya kedatangan Sang Juruselamat itu tidak lagi menjadi topik favorit.

Namun begitu, kelahiran Sang Juruselamat bukanlah tentang manusia, melainkan tentang Sang Juruselamat itu sendiri.

Lihatlah...

seluruh surga merayakan kelahiranNya. Semesta bernyanyi dan dunia bersukacita, karena Sang Juruselamat yang akan menyelamatkan manusia sepanjang abad telah lahir. Sekali untuk selamanya.

Beberapa tahun lalu, ketika musim gembala menggembalakan domba-dombanya, ketika Bintang Terang terbit di ufuk timur, barisan tentara surgawi bernyanyi menyambut kelahiran Sang Juru Selamat. Ia telah lahir ke dunia, dan tugasNya telah selesai di kayu salib.

Tinggallah kita manusia, apakah kita ingin Sang Juruselamat tersebut lahir di hati kita. Suatu waktu, suatu saat, ketika kita membiarkan Sang Juruselamat lahir di hati kita, ketika itu juga hidup kita diselamatkan. Hidup akan sangat drastis berubah. Hidup bukan lagi tentang kita, tetapi tentang Dia yang telah menyelamatkan kita.

Selamat Natal 2008 & Tahun Baru 2009.