Thursday, July 31, 2008

Mimpi Gigi Tanggal

Percaya gak sih mimpi gigi tanggal?

Orang jaman dulu berkata kalau ada yang mimpi gigi tanggal maka ada anggota keluarga atau orang-orang yang dekat yang akan meninggal. Serem juga sih memikirkannya.

Kalau kita melihat kematian itu sebagai sesuatu yang mengerikan memang, akan serem jadinya. Tetapi kalau kita melihat kematian itu sebagai kesempatan bertemu Sang Pencipta mungkin kita akan melihat premonisi itu dengan lebih baik.

Sebenarnya apa sih yang ditakutkan kalau meninggal dari dunia ini. Tentunya adalah keluarga yang ditinggalkan. Untuk bapak-bapak mungkin akan pusing sekali siapa nanti yang membiayai keluarganya. Hmm... mungkin kita percaya saja kali ya pada Yang Maha Kuasa kalau memang sudah waktunya seseorang dipanggil berarti yang ditinggalkan mesti dijagai.

Wednesday, July 30, 2008

Biaya Kuliah

Gua baru menemukan di sini, setelah gua secara tetap bergaul dengan penghuni-penghuni Priok Jakarta Utara, bahwa ternyata gua itu sangat beruntung bisa berkuliah. Gua baru menemukan di sini teman-teman gua bahwa ada beberapa, bahkan mungkin, banyak orang yang tidak berkuliah karena orang tua mereka tidak mampu membiayai.

Maklum aja, sekalipun gua selama ini berkuliah di Priok, Cilincing tepatnya, tapi kehidupan gua tidak sepenuhnya berada di Priok sana. Gua lebih banyak menghabiskan waktu gua di luar daerah ini bersama dengan teman-teman gua. Okelah waktu SD dan SMP emang gaulan gua sekitaran Kalibaru-Cilincing-Priok, tentu aja lah secara masih SD dan SMP emang belom terlalu ngerti apa itu bersekolah. Puji Tuhan setelah itu gua bisa masuk ke SMU Negeri 13 Jakarta Utara, SMA Negeri paling top di Jakarta Utara. Nah, mulai dari situ, gua gak terlalu banyak gaul lagi dengan teman-teman dari Cilincing. Para siswa dari sekolah itu juga ternyata memiliki orang tua yang rata-rata menengah ke atas. Bisa dikatakan orang beradalah, gak ada yang sampe miskin-miskin banget. Kalaupun ada itu cuma beberapa. Dan itu pun mereka pada akhirnya semua berkuliah.

Pun begitu waktu masuk kampus. Malahan gua menemukan teman-teman gua yang super tajir banget setelah masuk kampus. Sekalipun kampus yang gua masukin notabennya adalah kampus negeri, tetapi yang gua perhatikan bahwa orang-orang yang bersekolah di sana bukanlah orang-orang yang tidak mampu. Sehingga pada kesimpulannya, wacana seseorang tidak berkuliah karena tidak punya biaya hampir-hampir tidak terdengar di telinga gua.

Agak anomali memang hal ini. Padahal gua tinggal di daerah yang hitungannya kumuh di Jakarta. Namanya Tanah Merdeka, Kalibaru, Cilincing, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Tapi memang dari lima orang bersaudara di Keluarga gua semuanya berkuliah. Herannya lagi gua gak nyadar, bener-bener sama sekali gak nyadar, kalo lingkungan gua itu sedikit sekali yang berpendidikan sampai jenjang kuliah.

Dulu waktu gua berkuliah, gua sama sekali tidak pernah berprasangka kalau bisa-bisa aja sebenernya gua berhenti kuliah karena gak ada biaya. Gak tau tuh, dulu gua santai-santai aja. Gua yakin banget kalo orang tua gua mesti bisa aja nyediain. Akhirnya gua nganggep remeh gitu. Gua jadi gak bersyukur dan gak belajar dengan SANGAT GIAT. Coba kalau gua mengerti akan hal ini terlebih dahulu, mungkin gua bisa lebih berusaha dengan kuliah gua, dan lebih menghargai perjuangan orang tua. Ya Tuhan, semoga anak gua tidak mengulangi kesalahan gua ini.

Dulu sebelum mengerti akan hal ini, gua tuh sebenernya tidak terlalu bersyukur juga, karena Orang Tua gua itu sepertinya sudah menetapkan jalan hidup gua tanpa gua bebas memilih. SD, terus SMP, terus SMA, terus Kuliah. Kan bisa aja gua memilih masuk STM. Atau gua memilih masuk kuliah musik, dsb. Tapi, setelah gua menyadari akan hal ini. Gua langsung bereluh:"Waduh, ternyata udah untung gua bisa kuliah, meni milih-milih". Thanks Pop and Mom.

Hmm... jadi buat kita-kita yang berkuliah, sudah sepatutnya kita bersyukur kalau kita dilahirkan dari orang tua yang berada. Pula kita bisa berkuliah dengan sehat selalu. Pun, walaupun kita tidak sempat berkuliah, jangan kecil hati karena orang tua kita. Karena di Keluarga manapun kita ditempatkan oleh Tuhan itu adalah keluarga yang terbaik untuk kita. Percayalah akan hal ini!

Pun, setelah gua sampai sini, ternyata kepintaran pendidikan formal tidak sepenuhnya terpakai, yang terpenting adalah pengalaman hidup. Jadi banyak-banyak berdoalah kita untuk kemajuan hidup kita masing-masing.

Thursday, July 24, 2008

Demi Pembaca

Dari pada gua selalu mengecewakan pembaca, karena selalu dikomplain tidak pernah meng-update blog, kini gua punya jurus-jurus jitu untuk menulis blog.

- Membuat tulisan di kala weekend atau akhir pekan, kemudian mem-posting-nya hari lepas hari selama seminggu. Tulisan yang dibuat minimal berjumlah 3 tulisan. Sehingga dalam waktu sibuk selama seminggu hanya diharuskan membuat satu tulisan saja. Dan rasanya itu sudah cukup. Hebatnya lagi, blogspot memberikan layanan scheduled posting. Yang artinya, gua bisa memberikan tanggal posting, dan secara otomatis tulisan tersebut akan di-posting pada tanggal dan waktu yang sudah gua berikan. Gitu. Keren juga!
Tulisan ini salah satu, improvisasi yang dibuat di hari kerja, bukan pada saat weekend.

- Meminimalkan tulisan berbahasa Inggris. Secara ternyata, tulisan berbahasa Indonesia ternyata lebih banyak comment-nya dari pada yang berbahasa Inggris. Dan secara juga gua haus comment, makanya gua harus lebih banyakin dong tulisan-tulisan berbahasa Indonesia. Lagi, orang baca blog juga cari yang ringan kali yah, males juga kalau lagi istirahat gitu mesti disuguhin sesuatu yang berat, terang aja gak pada mo baca, apalagi kasih comment.

- Masih ngikutin saran Melly, kalau tulisan itu mesti jujur. Kalau kita bohong pada tulisan kita, maka tulisan itu tidak akan hidup, melainkan kering dan mudah diterbangkan angin. Tulisan ini memang sekitar hidup. Dan emang itu sih yang gua harapkan juga ketika membaca tulisan seseorang, gua bisa membaca hidup sang penulis itu.

- Tetap memberikan hadiah pada pengunjung di angka-angka cantik. Hahahaha... Salah satu pemenangnya bisa dilihat di sini. Hahahahaha.

Dan terima kasih untuk semua pembaca setia blog ini.

Hiihihihi... sumpah, sok terkenal banget. Hihihihi...


-penulis

Watch Again

Several serial films which I really want to watch again for the second time are:

  • Saint Seiya
The story is about several knights who fight for the truth. With their Guardian Goddess, Athena, they are fighting with all the 12 Gold knights to save the world. In the next season, they fight with the North Ice knights which threatened to melt the north pole Ice. So, once again they fight together to save the earth.

Saint Seiya is a Japanese Serial Cartoon Film. I really like it. I watched it when I was still in Elementary School. I watched it every Thursday afternoon, right after I got up from my afternoon sleep.

There are several prime knights in that film. Seiya The Pegasus, Syriu The Dragon, Yoga the Ice Goose, Sun The Andromeda, and Ikki The Fire Eagle. My Favorit is Syriu The Dragon. He has lot of ability and power. He is very calm and cool also, even if he is blind. Awesome!

Recently I watched this movie again in Cartoon Channel. That's why I miss this movie a lot.
  • Charmed
What I like about this movie is its different characters of the Player. Prue the leader, Piper who is very pretty and Phoebe who is the youngest. Wow... it's just like so true.

Anyway, I also like the romance of Phoebe and Cole. They love is so full with emotion. They love seems so impossible but they still fight to achieve it. Wow... great emotion of that film. Phoebe is a witch, and Cole is a Demon. Witch supposed to vanished the Demon. That's what make this film more interesting.
  • Party of Five
Gosh, I really like this film. This film starts with the reality of 5 children are left by it's parents due to the accident. They life suddenly changed. The elder one must be the parents while the others are still can not receive that their parents is already died. There is also a baby on that family.

It is a great film. Really. I watched it everyday, how they grow up in every episode. What they usually fight about, how they can survive without no parents beside them, and else. For honest, I could not imagine how if I was one of them. It is hard I believe, not to have our parents so early. And yet, they can describe it beautifully through this film, how is it gonna be. Gosh, I like this film.

So, you? What film you in the past you really want to re-watch it?

Wednesday, July 23, 2008

Produktif

Gua gak pernah membayangkan diri gua sebelumnya kalo ternyata dari diri seorang Sahat bisa menghasilkan sesuatu yang bermilyar-milyar harganya untuk perusahaan. Intinya gua gak nyangka kalau ternyata gua bisa menghasilkan revenue untuk perusahaan tempat gua bekerja sekarang. Pokok pembicaraannya: Gua menghasilkan.

Maklum orang kampung. Gak ngerti ternyata skill itu emang bener-bener mahal harganya.

Dulu waktu kecil gua pengen banget menghasilkan duit. Maksudnya sih bukan buat gua dan selanjutnya gua nikmati, bukan itu. Yang gua inginkan waktu gua kecil adalah gua menjadi sangat produktif. Masih kecil bisa memberikan sumbangsih ke orang tua, tempat gua bekerja waktu itu.

Waktu itu gua jualan Es Potong keliling sekitar daerah rumah. Ke sekolah-sekolah. Jalan sini-jalan sana, pokoknya menjajakan dagangan. Nah, waktu itu yang gua pikirkan adalah Es Potong gua laku, dan gua menjadi sangat produktif dengan menyumbangkan hasil dagangan gua ke orang tua. Hehehe. Tapi nampaknya hal itu tidak terlalu berhasil. Gua berjalan hanya ke tempat-tempat yang dekat saja. Gak berani terlalu lama-lama di sekolah karena malu sama teman, dan yang pasti gua lebih banyak duduknya dari pada menjajakan Es Potong itu. Plus, gua makan sendiri deh itu Es Potong. Abis panas banget. Dan itu cuman terjadi sehari. Esoknya gua langsung mangkat dari pekerjaan itu. Hahahaha.

Gak nyangka ternyata gua bisa juga menghasilkan uang. Menghasilkan sesuatu yang bisa dijual ke pelanggan. Dan ternyata harganya cukup mahal. Juga gua terlibat dalam satu project yang nilainya Jutaan US Dollar lho. Hmmm... senang mendengarnya. Gini-gini ternyata gua berguna juga.

Maybe this is time when I call my self employed

Tuesday, July 22, 2008

August Rush

Have you ever watch this movie?

Wow... awesome!!!

High class movie. High class musical film. Nice really nice. Too nice not to be watched.

The theme of this movie is music. How can we appreciate the music. The music which come from the Giver of The Music it self. The story is wrapped with the journey of one boy Evan, to find his parents. Evan, which later called August Rush, truly believe that his parents still live. He, himself, is already stayed in orphanage house since born. But he refuses to have new family since he believe his parents still alive. He hear it. Everyday. His parent's sounds. Through the music. Music which bring by the wind, the cloud, the stars, the rain, the water, the nature.

Gosh, the film is so much live. For you who likes music very much like me, it is a truth film of music.

Music is actually around us. The ringing of big trunk striking each other, the sound of wave, the sound of water clicking, the sound of phone ringing, the wind blows, everything. Actually it is music. Music of nature. I really like the philosophy. And I count it as truth.

As I follow the development of the contemporary music these days, actually it also lead us to the development of the music by the nature. Lot of composition today is imitating the sound of rain fall, the canon ball, the wind blow, the magic of the water flowing, the birds singing, the lark, everything. And the sound it self become amazing.

I really like one of the quote of this film:

The sounds of nature, it creates a great amazing music, it is everywhere, around us,
IT IS OVERTONE.

Yes it is. It is overtone. All around us. Just listen, then you will believe.

Right after I'd done watch this movie, I laid on my bed. Then I tried it. To listen the music of nature. Yes it's true. I could hear it. The nodes of water which falling down from my pipe in front of my house, the-almost could not be listened music- which played from the house far there, the moon light, the sounds of flipping leaves because the wind blows, every thing. I tried to listen. And yes it is true. Then I tried to find the beat of this music. But I couldn't. There's no beat here. Then I realize something, why should I find the beat? Let it be! Let it the music of the nature form itself, why should be any beat there? That's why now I realize, these music which I hear everyday actually sharping the great area of music. I use to envy drums as a beat guardian, but now I accept the music on it's own. With or without beat. It's all music. And,

IT"S ALL OVERTONE.
I tried it so hard, since I am a replacing conductor, so I can heard the overtone from the choir. But I never find it. Now, accidentally, I can hear it surrounds me. Wow... it's amazing. Truly amazing.

Music is very great. Far more grande that I've ever heard before. Music is music. And music is beautiful.

Monday, July 21, 2008

Completed

Thanks God

Finally it has finished

Hey Jazzy (that's what I use to call it), welcome to the Family. Hahaha.

This three years abuse finally has gone. After every month my salary was being cut, from now on, I can spend or save my salary-all-on my own.

Hmm… maybe next is:






Or it maybe something else. Don’t know it for sure now. Still consider it wisely.

Friday, July 18, 2008

Nintendo

Gua inget banget kejadian ini belasan tahun yang lalu. Waktu itu gua masih duduk di kelas 5 SD, tapi gua yakin banget kalau kejadian waktu itu berpengaruh banget ama kehidupan gua sekarang ini.

Alkisah waktu itu tetangga depan rumah dibeliin Nintendo ama nyokapnya. Anak itu seumuran ama gua. Batak juga, Kristen juga. Tapi kami sekolah di tempat yang berbeda. Dia di sekolah Strada-Sekolah Katolik, dan gua di SD Negri Inpres nan kumuh. Dulu sih kami cukup karib. Walaupun, yah namanya anak-anak sering tengkar dan ngerasa paling kuat disbanding yang lain. Gua pribadi ngerasa dia itu saingan waktu itu. Gua ngerasa gua harus ngerasa lebih dari dia waktu itu. Jadi ya gitu deh. Begitu dia dibeliin Nintendo ama nyokapnya gua enak-gak enak gitu setiap main Nintendo di rumah Dia.

Jaman itu yang terkenal adalah Sega, Video Cassete ama LD dan waktu itu belom ada VCD apalagi DVD. Tentu saja teman depan rumah gua itu selalu membangga-banggakan teman-temannya di sekolah yang memang cukup bonafit dibanding SD Inpres macam tempat gua belajar. Serunya:

“Temen gua si Bimo, yang rumahnya di Dewa Kembar, Beh… Dia udah punya Sega”.

Gua sih sebagai anak Kampung tulen dari Priok senyum-senyum aja ngedengernya. Dan emang bener. Pernah juga gua diajak ke rumahnya si Bimo itu. Rumahnya emang gede banget. Dan gua ngeliatin komplotan mereka lagi pada maen Sega. Gua sih cuma ngeliatin aja, sambil berbicara kepada diri sendiri

Sebenernya ngapain sih gua di sini. Cuman ngeliatin mereka maen. Diajak maen juga nggak. Udah gitu, kalopun diajak maen, ya gua gak bisa.

Dan emang gua gak bisa melakukan sebaliknya. Yang belajar di SD Inpres itu adalah sekumpulan anak kampung yang waktu gua bilang Nintendo atau Sega, mereka gak pada ngerti. Namanya juga anak-anak nelayan, anak-anak kuli panggul kayu di pelabuhan, mana kenal begitu-begituan. Meskipun begitu, gua sebenernya lebih seneng maen ama anak-anak kampung itu sih dari pada sama anak-anak borju komplotan depan rumah gua itu. Bukannya apa-apa gua gak ngerti kehidupan mereka.

Kira-kira gini kali ya perbandingannya:






Mainan Anak Kota



Mainan Anak Kampung






Nintendo



Gobak Sodor






Sega



Lompat Tali






In Line Skate



Sepatu Roda






Skate Board



Naik perahu di laut

Puncaknya adalah waktu gua akhirnya memberanikan diri minta dibeliin Nintendo ama Nyokap gua. Sebenernya gua gak enak banget sih ama Nyokap waktu itu. Gua (udah) ngerti, kalo nyokap mesti nyekolahin 5 anak sekaligus dan udah ada yang SMA, sementara keluarga depan rumah kan cuma nyekolahin 3 anak dan itu pun semua masih SD. Tapi tetep, gua maksa minta ama Nyokap. Seharian gua merengek. Ngambek. Bener-bener cuman di kamar doang. Seharian nangis. Mogok makan. Mogok belajar. Mogok apapun. Cuma mengurung diri di kamar tanda protes atas ketidakmauan Nyokap beliin gua Nintendo.

Jujur waktu itu gua sih sedih. Gua sedih karena keluarga gua gak mampu beliin gua Nintendo. Dan gak bisa dilakuin apa-apa lagi tentang hal itu. Intinya, emang keluarga gua miskin.

Nah, waktu ngerengek gitu, gua suka banget keputusan yang diambil Nyokap gua. Dia bukannya memanjakan gua, beliau malah ninggalin gua ngajar. Beliau adalah guru PPKN SMP. Bahkan ketika Bokap pulang narik (maklum Supir Angkot) pun, Bokap yang mencoba menenangkan gua. Tapi ya tetap, Nintendo gak dibeliin.

Gua suka sekali keputusan kedua orang tua gua untuk TIDAK membelikan gua Nintendo. Ya udah akhirnya gua berusaha menerima aja. Kadang maen ke tetangga depan rumah kalau maen Nintendo, dengan sedikit rasa gengsi tentunya, kadang memilih permainan yang lain seperti Kelereng, Gambaran, dll. Sampe akhirnya Nintendo teman depan rumah itu rusak. Kadang gua suka sedih juga, soalnya di hari-hari , minggu-minggu, bulan-bulan berikutnya, nyokap sering nanya-nanya berapa harga Nintendo ke orang-orang, kalau-kalau budget dia udah cukup untuk beli tuh barang. Tapi ya tetep aja gak dibeliin. Mungkin karena ini juga kali ya, masa kanak-kanak gua kurang bahagia. Hahahahahahaha.

Sebenernya yang pengen diangkat di sini adalah dua cara yang berbeda dalam mendidik anak.

  1. Teman gua, karena dia anak laki satu-satunya (di Batak sangat di banggakan), maka semua keinginan dia dipenuhi oleh kedua orang tuanya.
  2. Gua yang diajari sama nyokap gua kalau gua belum tentu menerima semua hal yang gua inginkan.

Dan memang, kalau gua melihat hasilnya sekarang ini sangat berbeda. Gua merasa gua lebih beruntung dari teman depan rumah gua ini. Gua berada di track yang benar. Setidaknya begitu menurut gua. Sementara Ia akhirnya stuck dengan pekerjaannya sebagai sekuriti kampung dikarenakan ketidakmampuannya menembus akademi polisi.

Orang tua yang baik bukanlah orang tua yang selalu menyenangkan anaknya, melainkan yang selalu memikirkan masa depan anaknya.

Thursday, July 17, 2008

I Believe

For those of you who claim yourself can sing, maybe you can hear below link first:

http://youtube.com/watch?v=TqJY8Ml_UgU

So? Can you really sing now? Haha.

Friday, July 11, 2008

Hari Pertama Masuk Sekolah

Nampaknya sekalipun aku sedang belajar menulis dalam bahasa inggris bukan berarti semua tulisanku harus menggunakan bahasa inggris. Aku akan memilih judul-judul tertentu saja.


Aku sedang membaca buku yang berjudul Laskar Pelangi tulisan dari Andrea Hirata. Hmm… sampai dengan Bab III aku melihat alurnya maju. Pemilihan kata juga belum seberapa dan metafora yang dipakai juga menurutku belum terlalu berani, atau kadang terlalu berani sehingga tidak berhasil menangkap hatiku. Namun begitu, kisah yang diangkat membawaku terus penasaran untuk mengikuti novel ini.

Ada satu hal yang menarik yang aku refleksikan kepada diriku sendiri dari cerita di awal buku Laskar Pelangi, yaitu HARI PERTAMA MASUK sekolah. Agak bingung memang, Hirata nampaknya ingat betul akan kejadian hari pertama masuk sekolahnya. Sedangkan aku, hanya sepotong gambaran kecil yang aku ingat, ya satu potong, itu pun kalau benar itu hari pertamaku masuk sekolah.

Aku waktu kecil tidak dimasukan di Taman Kanak-Kanak oleh ibundaku. Tidak tahu kenapa. Terkadang aku sirik juga sih pada masa-masa itu. Saat anak-anak lain bercerita tentang kesenangan di TK, aku hanya bisa diam saja karena tidak pernah menikmati indahnya masa Taman Kanak-Kanak. Aku masuk di sebuah sekolah 200 meter dari rumah yang bernama SDN Inpres Kalibaru 07 Pagi. Masuk di kelas 1B bersama 30 orang lebih murid lainnya. Tidak saling mengenal.

Sekolah itu adalah suatu komplek sekolah, cukup besar dan luas. Apalagi ukuran kami masih kecil-kecil, segala sesuatu terlihat luas dan tinggi-tinggi. Selain SD-ku, di sebelah luar, di bagian yang paling dekat dengan pintu gerbang, adalah SDN 05 Pagi. Dan kalau sudah sore nama tersebut berubah menjadi SDN 06 petang, sementara sekolahku SDN 08 petang. Kakak-kakakku juga semua sekolah di sana. Aku masih hapal mereka masuk SD mana.

Kakak Pertama : SDN 05 Pagi
Kakak Kedua : SDN 07 Pagi
Abang : SDN 07 Pagi
Kakak Ketiga : SDN 08 Petang
Aku : SDN 07 Pagi

Ternyata tidak ada yang masuk SDN 06 Petang dikeluargaku.

Hari pertama masuk sekolah aku sama sekali tidak ingat apa yang terjadi. Yang ku ingat waktu itu memang banyak sekali orang tua yang mengantar anak-anaknya. Aku tidak lagi ingat kegugupanku saat pertama, atau kesenanganku membeli seragam sekolah: topi, dasi dan baju sekolah; aku sama sekali tidak ingat itu semua. Aku bahkan lupa lokasi kelas mana dulu aku pertama kali belajar. Hmm… ingatanku memang payah.

Satu-satunya potongan gambar yang aku ingat adalah:

Saat kelas kami bubar, aku berlari kencang ke arah tengah lapangan, nampaknya ke arah orang tuaku, meninggalkan teman-teman di sekitarku. Sudah. That’s it. Segitu saja yang ku ingat tentang pertama kali masuk sekolah. Tidak ada hal lain yang ku ingat. Siapa Guru yang menerima kami pun aku lupa. Apakah waktu itu guru Agama, atau Ibu Guru yang tua, kurus, keriput di seluruh muka, rambut sebahu, yang selanjutnya menjadi guru kelas 1B satu tahun bersama kami. Aku sudah lupa semuanya. Tidak ada cerita maupun kenangan indah hari pertama masuk sekolah yang ku ingat. Payah!

Namun begitu, aku juga jadi terinspirasi untuk membuat tulisan tentang sahabat-sahabatku sepanjang hidupku sampai sekarang. Orang-orang yang kepadanya aku merasa nyaman untuk berteman. Nantikan saja. Cheers!


Wednesday, July 09, 2008

Plow-Harvest Law

Plow and Harvest Law, a law, simply law, similar with Archimedes Law or Newton Law. It’s simply like Gravity Law. If it stated in gravity law: if a thing is loosen in open air, it will be pulled to the earth surface. The righteous of gravity law is exactly the same with plow-harvest law; if you plow then you will harvest.

Some people have a weird mind frame about prosperity and wealth. Some people choose to hoard their riches as much as possible. They think as they hoard it a lot, it will increase a lot. As of matter of fact “yes”, it will increase, but trust me, according to the Plow-Harvest Law; it will not increase exponentially, and even (if you are unwise) it will decrease gradually.

If you want your money duplicate more, according to this law, there’s only one way to do it. The way is by give, give and give more. Giving, giving and giving. But not that kind of giving which I mention here. Giving that would just ask for your money to duplicate more. Giving that I mention here is, kind of giving with all our hearts to them who need it badly. As we know, lots of people there need our help. People who are difficult to eat everyday, people who are in deep sad of disaster, or even people who are working for humanity reason. They all need our help.

Now, let me explain how this Law works. The truth which we should now earlier about this law is:

  • - Everything which we have is not ours. They are all belongs to God.
  • - We are the treasurer of God
  • - So everything is in our hand is just temporary in our hands.
  • - God’s willing is to help their children.

So, as God’s willing to help His children who are on the bad situation, everything wills He gives for their children. If it must be money or food, of course He will give it to His children. So He will ask His dedicated treasurer to supply His riches to His children who need.

Of course, not every people realize this, that they are treasurer of God. So they use what that they have as they want.

So, God, as He see one of His treasurers trustable to through His riches to His children need, He will trust more of His riches to these treasurers. I type it once again: he will trust more of His riches of these treasurers.

And this is the miracle, that we, His trustable treasures, simply don’t get annoyed anymore of what will we eat, what we will drive, where we will live, as we also realize that we are also His children that need help. We don’t hardly thinking anymore to get more money, since we know who is the source of the riches is. The God is self.

That’s it. That is the miracle, when we fully understand that the source of riches is God Himself. We are no longer disturbed by from where we will get those needs. As we do our part to work, God will provide our needs.

That’s it. I already explain how Plow-Harvest law works.

Now is my example:
Several weeks ago, my brother in law and one of my friend lent money from me. I also borrowed some money for one of my friend. The amount of money which lent from me is more than money which I borrowed. Money which I lent is bout Rp 7 million, while money which I borrowed is about Rp.500.000,-. So, I try to practice this law. Rather than asked my brother in law and my friend for that money, I choose to pay my debt first. After I paid my debt, that night my brother in law and my friend send my money to my account. The law was worked. And yet, I do believe, even believe more, with this law.

So, are you wanted to practice this law also? If you still don’t believe it, please ask Oprah, Ford and Gates about this thing. They know this secret, so they build foundation for their riches.

Thursday, July 03, 2008

Some Blogs to Write

My brain is now full with ideas. Ideas of writings. Some of them are:

- Plow-Harvest Law
- My Bad Personality
- The Stories behinds my own created Songs
- My two new songs (which not created yet. Hahaha)

I just have not had the time to write them. I'm writing this right now is to remind me, my homework for this blog. Maybe I become lazy to write since I commit to write it in English right now. I write in English to prepare for my IELTS examination next August.

Cheers.